visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Wednesday, January 18, 2012

Menikmati Cinta dengan Cara yang Tidak Biasa


Saat ikrar suci telah terucap. Visi hidup bersama telah saling dipahami. Misi kebersamaan pun akan segera dimulai. Setahap demi setahap, tapi pasti. Mencoba meraih keberkahan dalam setiap jeda detik kebersamaan. Belajar memaknai arti cinta disaat berdua, maupun di kala tidak bersama.

Semua harus bernilai ibadah, karena dijalan-Nya kita menikah. Itu motivasi awal menikah yang harus dibangun sebelum yang lainnya. Dan kini, ketika Allah telah mempertemukan kita dalam ikatan yang agung, maka kinilah pula saatnya kita membuktikan keseriusan kita menikah di jalan-Nya. Jangan sampai visi kabur. Jangan sampai misi gagal. Sehingga kebersamaan ini menjadi tidak berarti.

Sungguh, Rasulullah telah banyak mengajarkan kepada kita, bagaimana cara menikmati kebersamaan ini dengan cara yang sangat istimewa. Ada syukur dalam suka. Ada sabar dalam duka. Karena, kalau tujuan kita menikah hanya hidup bersama saja, maka sesungguhnya binatangpun juga bisa melakukannya. Makanya, harus ada yang istimewa dalam merayakan cinta kita ini.

Mari kita simak, bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengolah cintanya dengan salah seorang istrinya, Ummul Mukminin Aisyah radhiallohu ‘anha. Suatu ketika Aisyah menceritakan kisah kebersamaannya bersama Nabi.

Aku minum, dan saat itu aku sedang haidh. Kemudian Nabi mengambilnya (gelas), dan meletakkan bibirnya di tempat dimana aku minum, lalu meminumnya. Kemudian aku menggigit daging, dan saat itu aku sedang haidh. Nabi pun meraihnya (daging tersebut) dan meletakkan mulutnya di tempat dimana aku menggigit.” (HR. Muslim)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi menjelaskan bahwasanya sebuah suapan suami ke mulut istrinya juga bernilai sedekah yang sangat berarti disisi Allah Ta’ala.

Maka, sungguh sayang jika kebersamaan kita hanya berlalu begitu saja. Hanya fisik yang bersatu atau hati yang saling mengagumi saja. Tanpa ada pahala yang bisa kita raup didalamnya. Bukankah kita sudah sepakat untuk membangun mahligai cinta kita diatas pilar takwa?

Meskipun kita saling mencintai, namun kita masih membutuhkan cinta Ilahi. Meskipun kasih sayang diantara kita begitu besar, tapi kita masih tetap membutuhkan kasih dan sayang-Nya. Karena sesungguhnya, cinta kita dan kasih sayang diantara kita bersumber dari mata air cinta-Nya. Sehingga, jika kita tidak terus menjaga sumber mata air cinta-Nya, maka selamanya cinta kita hanya bermakna kebersamaan saja. Tidak lebih.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu hurairah, Rasulullah pernah menyampaikan sebuah langkah terapan, tentang bagaimana kita bisa menikmati cinta kita dengan cara yang tidak biasa. Kalau biasanya orang-orang menikmati cinta mereka dengan dinner bersama di restoran yang mahal, atau berlibur ke tempat wisata, bahkan ke luar negeri, maka mari kita menikmati romantika cinta kita dengan cara yang lebih istimewa.

Rasulullah bersabda, “Allah merahmati seorang laki-laki, bangun di malam hari, lalu shalat dan membangunkan istrinya sehingga ikut serta shalat. Dan jika sang istri enggan, maka ia percikkan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang wanita, bangun di malam hari, lalu shalat dan membangunkan suaminya, sehingga ikut serta shalat. Dan jika enggan, maka ia percikkan air ke wajahnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Jarir, Hakim, Ibnu Hibban dan Baihaqi)

Allah merahmati, artinya Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita. Allah mengucurkan kasih sayang-Nya kepada kita. Sehingga mata air cinta dan kasih dalam hatinya tidak kering. Dan dengan itu, cinta diantara mereka akan terus mekar dan bersemi, karena diairi dengan mata air kasih Ilahi.

Menjadi suami atau istri adalah peran kedua kita. Sedangkan ‘ubudiyah (menghambakan diri pada Allah) adalah peran utama kita dalam hidup ini. Mari kita mainkan peran ini bersama-sama. Dalam ridha-Nya kita bertemu. Dan dengan keta’atan kepada-Nya kita isi “diary” cinta kita.

Yang jelas, cinta kita bukan cinta biasa. Kebersamaan kita bukan kebersamaan biasa. Makanya, harus kita nikmati pula dengan cara yang tidak biasa. Dengan cara yang sangat istimewa.



No comments:

Post a Comment