visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Monday, October 29, 2012

Meneropong Alam Surga Serta Keindahannya (Bagian 3)

Menyelami keindahan dan kenikmatan surga akan membawa kita pada kerinduan yang mendalam untuk segera menghuni tempat yang Allah Subhanahu wa ta’ala sediakan untuk orang-orang yang beriman dan bertaqwa ini.. Sekarang, mari simak kembali alam surga dan kenikmatan di dalamnya, semoga hal ini dapat memotivasi kita untuk beramal sholih, sehingga Allah karuniakan kita menjadi penghuni surga…

.:: Buah-Buahan Surga.
Buah-buahan di surga sangat banyak dan beraneka ragam warna, bentuk, rasa, dan ukurannya yang tak pernah habis dan berhenti.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 32-33).
Penghuni surga dimudahkan untuk memetik buah dengan semudah-mudahnya. Tidak perlu pergi ke kebun untuk memetiknya dan tak pula bersusah-payah pergi ke pasar untuk membelinya. Di antara nikmat Alloh  yang dilimpahkan kepada mereka adalah buah-buah itu dapat dipetik dari jarak dekat.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.” (QS. al-Insan [76]: 14).
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.” (QS. ar-Rohman [55]: 52-54).
Penghuni surga memperoleh seluruh buah-buahan dari macam-macam buah yang mereka kehendaki dan ingini. Hal demikian tidak seperti saat seseorang mengarungi kehidupan di dunia. Jika seseorang menginginkan sesuatu, bisa jadi ia memperolehnya dan bisa jadi sebaliknya.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.  Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.” (QS. al-Mursalat [77]: 41-42).
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Apabila penghuni surga tertarik untuk memetik buah-buahan surga, maka buah-buahan tersebut mendekat kepadanya hingga ia dapat mengambil mana yang ia sukai.” Ia juga berkata, “Buah-buahan di surga seperti anggur, ia lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, lebih lembut dari tepung dan di dalamnya tidak ada biji. Adapun tanaman di surga, setelah benihnya disebar, maka tumbuh dalam sekejap dan siap panen saat itu juga.”  (HR. al-Bukhori).
Di antara nama buah yang disebut dalam al-Qur’an adalah delima dan anggur.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.” (QS. ar-Rohman [55]: 68).

.:: Sungai-Sungai Surga
Sungai di surga adalah sungai-sungai dari air yang tak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tak berubah rasanya, sungai-sungai dari khomar yang terasa lezat bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khomar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Robb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS. Muhammad [47]: 15).
Sungai di surga sungguh sangat menakjubkan dan mengagumkan. Mengapa demikian?
Tanah liatnya adalah dari kesturi yang mengeluarkan aroma sangat wangi, kedua sisinya adalah emas, airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari salju.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
(( الْكَوْثَرُ نَهْرٌ فِى الْجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ وَأَبْيَضُ مِنَ الثَّلْجِ ))
“Telaga Kautsar adalah sungai di surga yang kedua sisinya adalah emas, tempat mengalirnya di atas mutiara dan yaqut, tanahnya lebih wangi dari minyak kesturi, airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari salju.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Ketika aku berjalan di surga, tiba-tiba aku berhadapan dengan sungai yang kedua sisinya adalah kubah-kubah yang terbuat dari permata yang lekuk. Aku pun bertanya, “Apa ini, wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Ini adalah telaga Kautsar yang dikaruniakan Robb untukmu.” Aku mendapati wangi atau tanah liatnya berasal dari kesturi yang sangat wangi.” (HR. al-Bukhori).

.:: Tingkatan-Tingkatan Surga.
Kelak di surga kedudukan orang-orang yang beriman bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar amal sholih yang mereka kerjakan di dunia. Barangsiapa yang senantiasa bersegera dalam beramal kebajikan, niscaya akan memperoleh kedudukan surga yang tinggi lagi mulia.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Alloh, dan Alloh Maha melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali-Imron [3]: 163).
Sesungguhnya di surga terdapat seratus tingkatan yang dipersiapkan oleh Alloh  bagi orang-orang yang mau berjuang di jalan-Nya, baik dengan harta maupun jiwa untuk menggapai ridho-Nya.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
 إِنَّ فِى الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِى سَبِيلِهِ، كُلُّ دَرَجَتَيْنِ مَا بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Sesungguhnya di surga terdapat seratus tingkat yang Alloh persiapkan untuk orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, jarak antara tiap tingkatan seperti jarak antara langit dan bumi. Bila kalian meminta kepada Alloh, maka mintalah surga Firdaus, karena sesunguhnya ia adalah surga yang tengah dan paling tinggi. Di atasnya terdapat singgasana Yang Maha Penyayang dan dari situ pula terpancar sungai-sungai surga.” (HR. al-Bukhori).
Sedangkan penghuni surga paling rendah akan memperoleh kenikmatan berkali-kali lipat kerajaan seseorang raja di dunia.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Nabi Musa bertanya kepada Robbnya, “Siapakah orang yang paling rendah tempatnya di surga?” Alloh berfirman, ‘Ia adalah orang yang datang setelah semua penghuni surga dimasukkan surga.’ Lalu orang tersebut mendapat seruan, ‘Masuklah ke surga.” Ia menjawab, “Wahai Robbku, bagaimana aku akan masuk surga? Sedangkan semua orang telah memasuki tempatnya masing-masing, mereka telah mengambil bagian masing-masing.” Orang itu mendapat seruan lagi, “Apakah kamu rela dengan hanya mendapat kerajaan seperti kerajaan seorang raja di dunia?” Orang itupun menjawab, “Tentu wahai Robb.” Alloh berfirman, “Aku berikan kepadamu kerajaan seperti kerajaan raja dunia, dan tambahan yang semisal dengan itu, dan yang semisal dan yang semisal dan yang semisal dengan yang itu.” Ketika Alloh menyebutkan ukuran yang sama untuk kali kelima, orang itu berkata, “Wahai Robbku itu sudah cukup.” Kemudian Musa bertanya lagi, ‘Wahai Robbku, lalu siapa yang menghuni tempat tinggal tertinggi di surga?” Alloh berfirman, “Mereka adalah orang-orang yang Aku pilih dan Aku pelihara kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri. Tidak ada yang mengetahui kemuliaan dan balasan seperti apa yang Aku sediakan untuk mereka, balasan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, bahkan tidak pernah terlintas dalam hati seorangpun.” Bukti dalam al-Qur’an adalah ayat yang berbunyi, “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikamt yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. as-Sajadah [32]: 17)” (HR. Muslim).

.:: Pintu-Pintu Surga.
Di dalam surga terdapat delapan pintu. Di antaranya adalah pintu Ar-Royyan, yang diperuntukkan bagi orang yang shoum. Seorang wanita yang rajin sholat lima waktu dan shoum, lalu meninggal sedangkan suaminya ridho, maka ia akan dipersilahkan untuk masuk surga dari pintu manapun  yang ia sukai.
Pintu-pintu surga senantiasa terbuka, orang yang sholat akan masuk pintu sholat, orang yang berjihad akan dipanggil dari pintu jihad dan orang yang bershodaqoh akan masuk dari pintu shodaqoh (HR. al-Bukhori dan Muslim). Luas dan lebarnya pintu surga seperti jarak pengendara tercepat selama tiga hari. Jarak antara satu pintu dengan pintu lainnya seperti jarak antara Mekkah dengan Bashroh. (HR. al-Bukhori dan Muslim).

 .:: Seruan di Surga.
Di surga akan ada seorang penyeru yang berkata, “Sesungguhnya sekarang tibalah saatnya kalian hidup dan tidak mati selama-lamanya. Sekarang tibalah saatnya kalian sehat wal afiat dan tidak menderita sakit selama-lamanya.. Sekarang tibalah saatnya bagi kalian tetap muda dan tidak tua selama-lamanya. Sekarang tibalah saatnya bagi kalian bersenang-senang dan tidak sengsara selama-lamanya.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan, “Penghuni surga akan masuk surga dan penghuni neraka akan masuk neraka, kemudian penyeru berdiri di antara mereka dan berkata, ‘Wahai penghuni surga, sekarang tidak ada lagi kematian. Wahai penghuni neraka, sekarang tidak ada lagi kematian. Semuanya kekal abadi di tempat masing-masing’. (HR. al-Bukhori dan Muslim).

.:: Angin dan Bau Surga.
Bau aroma surga bisa dicium dari jarak perjalanan selama 100 tahun. Imam Ibnul Qoyyim  berkata: “Aroma surga itu ada dua macam. Pertama, aroma yang bisa ditemui di surga yang dicium oleh para arwah dan tidak bisa dicium orang-orang lainnya. Kedua, aroma yang bisa diketahui dengan panca indera seperti halnya aroma bunga dan lain sebagainya. Aroma jenis kedua bisa dijangkau seluruh penghuni surga di akhirat kelak, baik dari tempat yang jauh, atau tempat yang dekat. Adapun aroma surga di dunia, maka ia hanya bisa dicium oleh orang-orang yang dikehendaki Alloh, seperti para nabi dan rosul. Aroma yang dicium oleh Anas bin Nadhr   bisa kategorikan pada aroma jenis ini.”(Red-HASMI).

Meneropong Alam Surga Serta Keindahannya (Bagian 2).

2. Bangunan Surga
 
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan kepada orang-orang beriman, lelaki dan perempuan akan mendapatkan tempat-tempat yang bagus di surga kelak.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Alloh menjanjikan kepada orang-orang Mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhoan Alloh adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 72).

Bangunan surga begitu indah dan menawan. Tak ada bangunan satupun di dunia ini yang menandingi dan mengunggulinya. Istana raja-raja di dunia tak sanggup dan tak mampu mewujudkan konstruksi bangunan surga.

Bangunannya terbuat dari batu emas dan perak, adukannya beraroma kesturi yang sangat harum,, kerikilnya terbuat dari mutiara lu’lu dan yaqut serta tanahnya terbuat dari za’faran, seperti tepung putih yang  beraroma kesturi. Di antara bentuk bangunannya adalah kubah-kubah indah yang terbuat dari mutiara.

 

Abu Huroiroh Radiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa para sahabat bertanya kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, “Wahai Rosululloh, bagaimana bangunan surga itu?” Beliau menjawab,
(( لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ، وَمِلاَطُهَا الْمِسْكُ الأَذْفَرُ، وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرْبَتُهَا الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلْهَا يَنْعَمْ وَلاَ يَبْأَسْ وَيُخَلَّدْ وَلاَ يَمُوتْ، لاَ تَبْلَى ثِيَابُهُمْ وَلاَ يَفْنَى شَبَابُهُمْ ))
“Batu batanya terbuat dari perak dan emas, tanah untuk melepanya adalah minyak kesturi yang sangat harum baunya, kerikilnya adalah mutiara dan yaqut (batu permata berwarna biru atau hijau), debunya adalah za’faran. Barangsiapa yang memasukinya, niscaya akan merasakan kenikmatan dan tidak akan pernah kesusahan, ia akan hidup kekal dan tidak akan mati, pakaian mereka tidak akan usang dan mereka akan merasakan masa muda selamanya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).

Siapa yang berkehendak memperoleh bangunan surga yang mewah nan indah? Adakah tiket khusus untuk menggapai bangunan megah ini?
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjanjikan, barangsiapa yang sholat sunnah 12 roka’at sehari semalam, maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan membangunkan sebuah rumah untuknya di surga.
 Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda:
(( مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ؛ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ ))
“Barangsiapa yang secara konsekuen (tekun) menjalankan dua belas roka’at sholat sunnah, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga: empat roka’at sebelum Zhuhur, dua roka’at sesudahnya, dua roka’at sesudah Maghrib, dua roka’at sesudah Isya dan dua roka’at sebelum sholat Shubuh.” (HR. at-Tirmidzi)

3. Makanan dan Minuman Surga.
  
Kepada penduduk surga akan dihidangkan makanan dan minuman lezat yang sangat mengundang selera, apapun yang mereka inginkan pasti mereka dapatkan.
 Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Masuklah kalian ke dalam surga kalian dan istri-istri kalian digembirakan. Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kalian kekal di dalamnya.” (QS. az-Zukhruf [43]: 70-71).
 Segala makanan yang lezat dan baik adalah makanan penghuni surga, buah-buahan, aneka macam daging dan lain sebagainya.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 20-21″

Makanan dan minuman yang telah dicerna oleh penduduk surga tidak menghasilkan buang air kecil atau air besar sebagaimana saat di dunia, akan tetapi menghasilkan sendawa dan tetesan keringat yang beraroma wangi minyak kesturi. Sebab surga adalah tempat yang bebas dari kotoran dan najis.
 Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
 (( إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَأْكُلُونَ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ وَلاَ يَتْفُلُونَ وَلاَ يَبُولُونَ وَلاَ يَتَغَوَّطُونَ وَلاَ يَمْتَخِطُونَ . قَالُوا: فَمَا بَالُ الطَّعَامِ؟ قَالَ: « جُشَاءٌ وَرَشْحٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ، يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّحْمِيدَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ))
“Sesungguhnya penghuni surga makan dan minum di dalamnya, mereka tidak meludah, tidak pula buang air kecil dan air besar, serta tidak beringus. Para sahabat bertanya, “Lalu bagaimana dengan makanan yang telah dicerna?” Beliau menjawab, “Menjadi sendawa dan tetesan keringat seperti tetesan minyak kesturi. Mereka senantiasa bertasbih dan bertahmid sebagaimana mereka bernafas.” (HR. Muslim).

Alat-alat makan dan minum penghuni surga terbuat dari emas dan perak. Hal itu sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala :
“Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan gelas-gelas yang bening laksana kristal, (yaitu) kristal-kristal dari perak yang dapat mereka tentukan ukurannya.” (QS. al-Insan [76]: 15-16).

Di antara bejana-bejana yang akan dipakai penduduk surga untuk minum adalah gelas, teko, dan cangkir.
 Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, teko dan minuman yang diambil dari air yang mengalir.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 17-18). (Red/HASMI).

Meneropong Alam Surga Serta Keindahannya

 Dikutip dari Hasmi.org

Inilah negeri orang-orang yang dianugerahi kenikmatan dari kalangan para nabi, shiddiq, para syahid dan orang-orang sholih. Negeri yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, negeri yang istana-istananya berbatu-bata emas, berbatu-bata perak, berplester kesturi wangi, berlahan subur  mutiara dan yaqut. Tanahnya berasal dari za’faran, dan kemahnya berasal dari mutiara berlubang. 

Demi Alloh , ia adalah negeri yang berkilau kemilau dan berbau semerbak, dengan sungai yang terus mengalir dan buah-buahan bersusun hijau, serta istri-istri nan cantik jelita. Di sana ada pohon sidir yang tidak berduri, buah pisang yang bersusun-susun, pohon rindang membentang dan air yang tertuangkan. Wahai hamba Alloh , disana mereka makan dan bersenang-senang, tidak pernah mengeluarkan ingus dan tidak pernah buang air, hanya mengeluarkan bau kesturi.
syurga
Di sana mereka tertawa dan tidak pernah menangis. Di sana mereka menetap dan tidak pernah berpindah. Di sana mereka hidup dan tidak pernah mati. Di sana wajah-wajah ceria dan cerah. Di sana terdapat keindahan yang nyata dan hurun ’ien (bidadari surga). Di sana terdapat kesenangan abadi. Di sana segala sesuatu indah. Di sanalah hijab akan tersingkap, dan merekapun melihat wajah Alloh  Yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi.

Di sanalah wahai hamba Alloh , terdapat sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.
Rosululloh  bersabda:
)) قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ …)(
“Alloh berfirman, “Aku persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang sholih, kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.” Jika kalian suka, maka bacalah:
 “Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. as-Sajdah [32]: 17) (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Agar kita rindu kepada surga, marilah kita menelusuri berbagai kenikmatan dan kesenangannya. Di antaranya sebagai berikut:
  1. 1.    Bidadari Surga, Pesona dan Kecantikannya.
Mereka adalah bidadari yang sangat cantik jelita. Keelokan dan kecantikan mereka mencapai kesempurnaan, tak ada kekurangan dan kecacatan sedikitpun, hingga mata tak akan berpaling dari memandang mereka.
Kulit mereka sangat halus dan jernih, hingga sum-sum tulang betis mereka bisa terlihat dari balik dagingnya. 

Oleh karena itu, tubuh mereka laksana permata yaqut dan marjan.
     Alloh  berfirman:
“Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan.” (QS. ar-Rohman [55]: 58)

Mereka memiliki mata yang begitu indah dan menawan. Mereka bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.
Alloh  berfirman:
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Robb kamu yang manakah yang kamu dustakan?  (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (QS. ar-Rohman [55]: 70-72)

Mereka adalah gadis-gadis yang muda belia, yang tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka dan tidak pula oleh bangsa jin.
Alloh  berfirman:
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (QS. ar-Rohman [55]: 56)

Mereka adalah gadis-gadis perawan yang penuh cinta dan sayang diciptakan untuk penghuni-penghuni surga.
Alloh  berfirman:
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 35-38)

Mereka senantiasa dalam keadaan suci dari haidh dan nifas, dari air seni dan kotoran, sebagaimana firman-Nya:
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Alloh), pada sisi Robb mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhoan Alloh. Dan Alloh Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imron [3]: 15)
Aroma mereka adalah aroma harum minyak kesturi. Sungguh sangat menakjubkan bahwa semerbak aroma wanginya mampu memenuhi sepenuh bumi.
Rosululloh  bersabda:
)) وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ لأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلأَتْهُ رِيحًا ، وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ((
“Seandainya wanita surga (bidadari) muncul ke permukaan bumi, niscaya dia akan menerangi apa yang ada di antara keduanya, aroma wanginya akan memenuhi bumi. Sungguh tutup kepalanya lebih baik dari dunia seisinya.” (HR. al-Bukhori)

Ibnul Qoyyim  berkata:
“Jika anda bertanya tentang mempelai wanita dan istri-istri penduduk surga, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang montok dan sebaya. Pada diri mereka mengalir darah muda, pipi mereka halus dan segar bagaikan bunga dan apel, dada mereka kencang dan bundar bagai delima, gigi mereka bagaikan intan mutu manikam (bermacam-macam permata), keindahan dan kelembutan mereka selalu menjadi perebutan.
Elok wajahnya bagaikan terangnya matahari, kilauan cahaya terpancar dari gigi-giginya dikala tersenyum. Jika anda dapatkan cintanya, maka katakan semau anda tentang dua cinta yang bertaut. Jika anda mengajaknya berbincang (tentu anda begitu berbunga), bagaimana pula rasanya jika pembicaraan itu antara dua kekasih (yang penuh rayu, canda dan pujian). Keindahan wajahnya terlihat sepenuh pipi, seakan-akan anda melihat ke cermin yang bersih mengkilat (maksudnya, menggambarkan persamaan antara keindahan paras bidadari dengan cermin yang bersih berkilau setelah dicuci dan dibersihkan, sehingga tampak jelas keindahan dan kecantikan). Bagian dalam betisnya bisa terlihat dari luar, seakan tidak terhalangi oleh kulit, tulang maupun perhiasannya.
Andaikan ia tampil (muncul) di dunia, niscaya seisi bumi dari barat hingga timur akan mencium aroma wanginya, dan setiap lisan makhluk hidup akan mengucapkan tahlil, tasbih, dan takbir karena terperangah dan terpesona. Dan niscaya antara dua ufuk akan menjadi indah berseri berhias dengannya. Setiap mata akan menjadi buta, sinar mentari akan selalu pudar sebagaimana matahari mengalahkan sinar bintang. Pasti semua yang melihatnya di seluruh muka bumi akan beriman kepada Alloh Yang Maha hidup lagi Maha Qoyyum (Tegak lagi Menegakkan). Kerudung di kepalanya lebih baik daripada dunia seisinya. Hasratnya terhadap suami melebihi semua keinginan dan cita-citanya. Tiada hari berlalu melainkan akan semakin menambah keindahan dan kecantikan dirinya. Tiada jarak yang ditempuh melainkan semakin menambah rasa cinta dan hasratnya. Bidadari adalah gadis yang dibebaskan dari kehamilan, melahirkan, haidh dan nifas, disucikan dari ingus, ludah, air seni, dan air tinja, serta semua kotoran.

Masa remajanya tidak akan sirna, keindahan pakaiannya tidak akan usang, kecantikannya tidak akan memudar, hasrat dan nafsunya tidak akan melemah, pandangan matanya hanya tertuju kepada suami, sekali-kali tidak menginginkan yang lain. Begitu pula suami akan selalu tertuju padanya. Bidadarinya adalah puncak dari angan-angan dan nafsunya. Jika ia melihat kepadanya, maka bidadarinya akan membahagiakan dirinya. Jika ia minta kepadanya pasti akan dituruti. Apabila ia tidak di tempat, maka ia akan menjaganya. Suaminya senantiasa dalam dirinya, di manapun berada. Suaminya adalah puncak dari angan-angan dan rasa damainya.

Di samping itu, bidadari ini tidak pernah dijamah sebelumnya, baik oleh bangsa manusia maupun bangsa jin. Setiap kali suami memandangnya maka rasa senang dan suka cita akan memenuhi rongga dadanya. Setiap kali ia ajak bicara maka keindahan intan mutu manikam akan memenuhi pendengarannya. Jika ia muncul maka seisi istana dan tiap kamar di dalamnya akan dipenuhi cahaya.
Jika anda bertanya tentang usianya, maka mereka adalah gadis-gadis remaja yang sebaya dan sedang ranum-ranumnya.
Jika anda bertanya tentang keelokan wajahnya, maka apakah anda telah melihat eloknya matahari dan bulan?!
Jika anda bertanya tentang hitam matanya, maka ia adalah sebaik-baik yang anda saksikan, mata yang putih bersih dengan bulatan hitam bola mata yang begitu pekat menawan.
Jika anda bertanya tentang bentuk fisiknya, maka apakah anda pernah melihat ranting pohon yang paling indah yang pernah anda temukan?
Jika anda bertanya tentang warna kulitnya, maka cerahnya bagaikan batu rubi dan marjan.
Jika anda bertanya tentang elok budinya, maka mereka adalah gadis-gadis yang sangat baik penuh kebajikan, yang menggabungkan antara keindahan wajah dan kesopanan. Maka merekapun dianugerahi kecantikan luar dan dalam. Mereka adalah kebahagiaan jiwa dan penghias mata.
Jika anda bertanya tentang baiknya pergaulan dan pelayanan mereka, maka tidak ada lagi kelezatan selainnya. Mereka adalah gadis-gadis yang sangat dicintai suami karena kebaktian dan pelayanannya yang paripurna, yang hidup seirama dengan suami penuh pesona harmoni dan asmara.
Apa yang anda katakan apabila seorang gadis tertawa di depan suaminya maka surga yang indah itu menjadi bersinar? Apabila ia berpindah dari satu istana ke istana lainnya, anda akan mengatakan: “Ini matahari yang berpindah-pindah di antara garis edarnya.” Apabila ia bercanda, kejar mengejar dengan suami, duhai… alangkah indahnya…!!” (Hadil Arwah ila Biladil Afrah, 359-360)

Wednesday, October 24, 2012

Berlakulah JUJUR !!!

Perilaku jujur adalah perilaku yang teramat mulia. Namun di zaman sekarang ini, perilaku ini amat sulit kita temukan. Lihat saja bagaimana kita jumpai di kantoran, di pasaran, di berbagai lingkungan kerja, perilaku jujur ini hampir saja usang. Lihatlah di negeri ini pengurusan birokrasi yang seringkali dipersulit dengan kedustaan sana-sini, yang ujung-ujungnya bisa mudah jika ada uang pelicin. Lihat pula bagaimana di pasaran, para pedagang banyak bersumpah untuk melariskan barang dagangannya dengan promosi yang penuh kebohongan. Pentingnya berlaku jujur, itulah yang akan penulis utarakan dalam tulisan sederhana ini.
Jujur berarti berkata yang benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Jujur juga secara bahasa dapat berarti perkataan yang sesuai dengan realita dan hakikat sebenarnya. Kebalikan jujur itulah yang disebut dusta.
 
Perintah untuk Berlaku Jujur

Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119).
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)

Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.“[1]
Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.“[2] Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan.
Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.
 
Perintah Jujur bagi Para Pelaku Bisnis

Terkhusus lagi, terdapat perintah khusus untuk jujur bagi para pelaku bisnis karena memang kebiasaan mereka adalah melakukan penipuan dan menempuh segala cara demi melariskan barang dagangan.
Dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!” Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ
Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.“[3]
Begitu sering kita melihat para pedagang berkata, “Barang ini dijamin paling murah. Jika tidak percaya, silakan bandingkan dengan yang lainnya.” Padahal sebenarnya, di toko lain masih lebih murah dagangannya dari pedagang tersebut. Cobalah lihat ketidakjujuran kebanyakan pedagang saat ini. Tidak mau berterus terang apa adanya.
 
Keberkahan dari Sikap Jujur
Jika kita merenungkan, perilaku jujur sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan adalah tetap dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.“[4]

Di antara keberkahan sikap jujur ini akan memudahkan kita mendapatkan berbagai jalan keluar dan kelapangan. Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119. Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut.“[5]
 
Akibat Berperilaku Dusta
Dusta adalah dosa dan ‘aib yang amat buruk. Di samping berbagai dalil dari Al Qur’an dan dan berbagai hadits, umat Islam bersepakat bahwa berdusta itu haram. Di antara dalil tegas yang menunjukkan haramnya dusta adalah hadits berikut ini,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
Tanda orang munafik itu ada tiga, dusta dalam perkataan, menyelisihi janji jika membuat janji dan khinat terhadap amanah.“[6]

Dari berbagai hadits terlihat jelas bahwa sikap jujur dapat membawa pada keselamatan, sedangkan sikap dusta membawa pada jurang kehancuran. Di antara kehancuran yang diperoleh adalah ketika di akhirat kelak. Kita dapat menyaksikan pada hadits berikut,
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : الْمَنَّانُ, الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ وَالْمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلَفِ الْكَاذِبِ
Tiga (golongan) yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak melihat kepada mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, yaitu: orang yang sering mengungkit pemberiannya kepada orang, orang yang menurunkan celananya melebihi mata kaki dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta.”[7]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu mencela orang yang tidak transparan dengan menyembunyikan ‘aib barang dagangan ketika berdagang. Coba perhatikan kisah dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.“[8]

Jika dikatakan bukan termasuk golongan kami, berarti dosa menipu bukanlah dosa yang biasa-biasa saja.
 
Jujur Sama Sekali Tidak Membuat Rugi

Inilah pentingnya berlaku jujur dalam segala hal, terkhusus lagi dalam hal muamalah atau berbisnis. Dalam berbisnis hal ini begitu urgent. Karena begitu banyak orang yang loyal pada suatu penjual karena sikapnya yang jujur. Namun sikap jujur ini seakan-akan mulai punah. Padahal sudah sering kita dengar perilaku jujur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, dan ulama salafush sholeh lainnya. Mereka semua begitu semangat dalam memelihara akhlak yang mulia ini. Walaupun ujung-ujungnya, bisa jadi mereka merugi karena begitu terus terang dan terlalu jujur.

Bandingkan dengan perangai jelek sebagian pelaku bisnis saat ini. Coba saja lihat secara sederhana pada penjual dan pembeli yang melakukan transaksi. “Mas, HP yang saya jual ini masih awet lima tahun lagi,” ucapan seseorang ketika menawarkan HP pada saudaranya. Padahal yang sebenarnya, HP tersebut sudah jatuh sampai sepuluh kali dan seringkali diservis.

Pahamilah wahai saudaraku! Jika pelaku bisnis mau berlaku jujur ketika berbisnis, mau menerangkan ‘aib barang yang dijual, tidak sengaja menyembunyikannya, sungguh keberkahan akan selalu hadir. Walaupun mungkin keuntungan secara material tidak diperoleh karena saking jujurnya, namun keuntungan secara non material itu akan diperoleh. Karena jujur, sungguh akan membuahkan pahala begitu besar. Yakinlah bahwa keuntungan tidak semata-mata berupa uang atau material. Pahala besar di sisi Allah, itu pun suatu keuntungan. Bahkan pahala di sisi-Nya, inilah keuntungan yang luar biasa. Sungguh, nikmat dunia dibanding dengan nikmat akhirat berupa pahala di sisi Allah amat jauh sekali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِى الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.“[9]
Ya Allah, mudahkanlah hamba-Mu untuk selalu memiliki akhlak yang mulia ini, selalu berlaku jujur dalam segala hal. Hanya Allah yang beri taufik.
 
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
[1] HR. Muslim no. 2607.
[2] HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[3] HR. Tirmidzi no. 1210 dan Ibnu Majah no. 2146. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib 1785 mengatakan bahwa hadits tersebut shahih lighoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).
[4] HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532
[5] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Al Qurthubah, 7/313
[6] HR Bukhari no. 2682 dan Muslim no. 59, dari Abu Hurairah.
[7] HR. Muslim no. 106, dari Abu Dzar.
[8] HR. Muslim no. 102.

Sunday, October 21, 2012

Fenomena ‘Doomsday Preppers’


Dikutip dari Eramuslim.com

Saat ini di layar kaca pelanggan TV kabel yang dapat menangkap kanal NGC (National Geographic Channel) sedang gencar-gencarnya ditayangkan program berjudul Doomsday Preppers (untuk selanjutnya kita singkat DP). Menurut Wikipedia acara tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
Doomsday Preppers is a reality TV show on the National Geographic Channel that follows people preparing for the end of civilization. The series interviews people who are preparing to survive the various circumstances though which life as we know it might come to an end, including: economic collapse, electromagnetic pulse, terrorist acts, fuel shortages, war, pandemics, etc. The interviews detail the actions that the preppers have taken, and end with an expert analysis and recommendations for improvements.
“Preppers Kiamat” adalah acara reality show TV di kanal National Geographic Channel yang menggambarkan aktifitas orang-orang yang mempersiapkan diri menghadapi akhir peradaban. Seri wawancara orang-orang yang sedang mempersiapkan diri untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan meskipun kehidupan seperti yang kita ketahui ini mungkin akan berakhir, di antaranya karena: keruntuhan ekonomi, pulsa elektromagnetik, tindakan para teroris, kekurangan bahan bakar, perang, pandemi, dll. Terdapat wawancara intensif mengenai tindakan persiapan para preppers dan diakhiri dengan analisis para ahli dan rekomendasi untuk perbaikan.
Yang dimaksud dengan DP ialah komunitas terbatas, khususnya di Amerika Serikat, yang mengisi hidupnya dengan persiapan intensif menghadapi “hari kiamat”. Selintas bagi kita orang beriman pastilah acara tersebut sangat baik dan bermanfaat. Mengapa? Karena Islam jelas-jelas memerintahkan setiap muslim untuk senantiasa dalam keadaan bersiap-siaga menghadapi hari kiamat atau hari berbangkit atau kehidupan di akhirat. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr 18)
Tetapi jika kita perhatikan, ternyata tayangan tersebut sangat jauh dari yang kita perkirakan. Mengapa? Karena program DP dibuat berlandaskan paradigma kaum kafir barat. Acara DP dibuat berlandaskan cara-pandang kaum kafir terhadap dunia yang sangat berbeda dengan cara pandang seorang mukmin. Bahkan istilah Doomsday (hari kiamat) yang mereka maksud sangat berbeda dengan konsep Islam mengenai hari Kiamat. Menurut Al-Qur’an hari kiamat merupakan hari dimana Allah subhaanahu wa ta’aala menghancurkan segenap alam semesta atas kehendak-Nya Yang Maha Kuasa sehingga tidak bakal menyisakan satupun makhluk bernyawa yang masih hidup di muka bumi. Dan Hari Kiamat menurut Al-Qur’an ialah berakhirnya kehidupan dunia yang fana untuk selanjutnya memasuki alam berikutnya yaitu alam akhirat yang kekal-abadi.
Sedangkan konsep “hari kiamat” menurut program DP adalah aneka bencana di dunia yang memang mengkhawatirkan, tetapi tidak bakal menyebabkan hancurnya dan binasanya seluruh makhluk bernyawa. Serta tidak berarti berpindahnya seseorang dari alam dunia fana menuju alam akhirat. Mereka memaknai “doomsday” sebagai sesuatu yang harus diantisipasi dengan aneka persiapan agar seseorang dapat tetap survive (bertahan) hidup terus di dunia, bukan untuk mempersiapkan diri berpindah ke alam akhirat.
Di antara skenario “hari kiamat” menurut program DP seperti misalnya terjadinya global economic breakdown (kegagalan sistem ekonomi dunia), nuclear war (perang nuklir), super-volcano (letusan gunung skala raksasa), fuel shortages (punahnya persediaan bahan bakar) dll. Jadi acara DP menggambarkan berbagai persiapan yang dilakukan oleh para preppers. Persiapan itu meliputi kegiatan menumpuk aneka jenis makanan di dalam rumah. Makanan itu ada yang berupa makanan kalengan atau makanan yang diawetkan dengan tehnik tertentu. Ia juga meliputi persiapan evakuasi ke tempat yang lebih aman. Mungkin di bawah tanah atau di sebuah container yang telah dimodifikasi menjadi sebuah rumah lengkap dengan segala fasilitas toilet, tempat bermain, ruang keluarga, ruang makan dan lain sebagainya. Ia juga meliputi persiapan pembuatan energi alternatif, entah itu energi surya, bahan bakar bio-etanol dan lain-lainnya. Ia juga meliputi persiapan pertahanan diri sehingga wajib menyimpan senjata dan melatih diri setiap anggota keluarga agar mahir menggunakannya.
Apa sebenarnya pesan yang ingin disampaikan melalui program DP ini? Menurut penulis setidaknya ada beberapa pesan yang ingin disampaikan kepada para pemirsa:
Pertama, dunia sudah semakin kacau sehingga umat manusia dikondisikan untuk menghadapi aneka kemungkinan doomsday scenario (skenario hari kiamat). Dan adalah terserah anda untuk meyakini skenario mana yang paling mungkin terjadi. Apakah itu sebuah perang nuklir, gunung meletus berskala raksasa, gempa skala besar diiringi tsunami dahsyat, kegagalan sistem ekonomi dunia, kehabisan bahan bakar, kehabisan sumber makanan atau apapun skenario yang bisa dibayangkan.
Kedua, apapun skenario kiamat yang paling anda yakini bakal terjadi, maka anda harus segera menyesuaikan diri dengan berbagai persiapan yang diperlukan. Dan semua kasus yang ditayangkan pasti meliputi persiapan yang memerlukan pembiayaan hingga ratusan ribu dollar atau kalau di kurs dengan rupiah mencapai milyaran rupiah. Berarti ini kesempatan bisnis bagi para pedagang makanan kalengan, peralatan survival dan persenjataan. Semua preppers yang diperlihatkan di kanal NGC rela menghabiskan uang dalam jumlah besar demi menyelamatkan diri dan keluarganya dari peristiwa katastrofik yang diyakini bakal datang. Jadi program ini patut dicurigai merupakan sebuah kolaborasi antara produsen acara DP dengan aneka industri besar di bidang makanan tahan lama, peralatan survival, teknologi energi alternatif serta industri persenjataan.
Ketiga, mengingat bahwa semua preppers yang diperlihatkan merupakan warga Amerika Serikat, maka ada semacam ajakan kepada seluruh warga dunia agar melakukan hal yang serupa. Sebab Amerika dicitrakan sebagai pelopor sekaligus role model (teladan) negara dan masyarakat paling maju di dunia. Maka hendaknya masyarakat di belahan bumi manapun jika ingin selamat menghadapi doomsday scenario perlu meniru langkah-langkah persiapan yang telah dilakukan para preppers negara paling maju di dunia modern.
Keempat, secara langsung ataupun tidak langsung program DP hendak menyesatkan umat manusia, kaum muslimin khususnya, dari konsep pemahaman akan hari kiamat yang benar bersumber dari petunjuk Allah subhaanahu wa ta’aala dan Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Bahwa kiamat yang bakal datang bukanlah kiamat yang memisahkan antara kehidupan dunia yang fana ini dengan kehidupan akhirat yang kekal. Tidak ada jenis kiamat seperti itu yang perlu dikhawatirkan. Sebab yang penting adalah menjadi kaum minoritas yang cerdas dan sanggup bertahan (kelompok elite) menghadapi berbagai doomsday scenario agar dapat lebih lama hidup di dunia. Pembuat tayangan DP benar-benar memiliki latar-belakang paradigma materialisme dan dunia-oriented sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aala gambarkan di dalam ayat berikut:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS Ar-Ruum 7)
Kelima, karena konsep hari kiamat yang mereka perkenalkan adalah konsep materialisme yang batil dan menyesatkan, maka akibat selanjutnya umat manusia, termasuk ummat Islam, diharapkan tidak mempersiapkan diri menghadapi berbagai tanda-tanda kiamat sebagaimana diinginkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala dan Rasul-Nya Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم .
Berarti siapapun yang menyetujui langkah-langkah serta falsafah para Doomsday Preppers akan sangat jauh dari mempersiapkan diri untuk berbaiat dengan Al-Imam Al-Mahdi. Mereka juga akan sangat jauh dari mempersiapkan diri menghadapi fitnah yang paling dahsyat yaitu fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Alih-alih turut bergabung dengan barisan Imam Mahdi beserta Nabiyullah Isa ‘alaihis-salam memerangi Dajjal, maka sangat boleh jadi para preppers yang digambarkan di dalam tayangan kanal NGC tersebut justeru akan menjadi cikal-bakal paramiliter utama pasukan Dajjal. Wa na’udzubillahi min dzaalika…!

Waspadai Dosa Syirik “Wishing On A Star”


Dikutip dari eramuslim.com
Baru-baru ini detikcommemberitakan bahwa sebentar lagi akan terjadi “Hujan Bintang”. Di antara isi beritanya adalah sebagai berikut:
Fenomena hujan bintang atau hujan meteor memang sangat jarang terjadi di Indonesia tapi fenomena alam seperti ini sudah bisa diprediksi kapan terjadinya dikarenakan para ilmuwan sekarang sudah mampu menganalisa penyebab terjadinya hujan bintang yang terjadi secara periodik. Terjadinya hujan bintang dimulai dari kumpulan meteor yang meluncur masuk ke dalam lapisan atmosfir bumi dengan jumlah yang banyak, pada saat itu meteor-meteor yang bertebaran di langit menciptakan fenomena alam seperti curahan air hujan yang memijarkan cahaya dikarenakan oleh gesekan batu-batu meteor tersebut dengan lapisan atmosfir bumi. (Siap-Siap Ada Hujan Bintang- detikNews- Kamis, 27/09/2012 07:07 WIB)
Artikel tersebut juga menegaskan bahwa “Fenomena hujan bintang tidak pernah membahayakan penduduk bumi, Melainkan menjadi sebuah peristiwa yang dinanti-nanti karena pada saat fenomena berlangsung pemandangan di langit menjadi begitu menakjubkan, langit menjadi ramai oleh cahaya sekumpulan meteor yang sedang beterbangan, tak heran ketika fenomena ini terjadi banyak orang yang berusaha untuk bisa melihatnya secara langsung.” (Siap-Siap Ada Hujan Bintang- detikNews- Kamis, 27/09/2012 07:07 WIB)
Berarti jika seorang muslim berkesempatan menyaksikannya sungguh ia merupakan karunia Allah subhaanahu wa ta’aala yang patut disyukuri. Sebab fenomena tersebut merupakan salah satu di antara tanda-tanda kebesaran Allah subhaanahu wa ta’aala. Keindahannya akan membuat kita semakin kagum akan Penciptanya. Dan tentunya hal itu sepatutnya akan meningkatkan iman dan taqwa kita agar lebih serius dalam beribadah, beramal-sholeh, berda’wah bahkan berjihad fii sabilillah.
Tetapi di tengah arus kemusyrikan yang begitu meluas di era modern ini, tampaknya media-massa memandang perlu untuk turut serta –baik sadar maupun tidak sadar- menyebarluaskan fikroh (ideologi) penghambaan diri manusia kepada makhluk ciptaan Allah subhaanahu wa ta’aala. Alih-alih mengajak manusia untuk meningkatkan rasa syukurnya kepada Sang Pencipta saat terjadinya fenomena hujan bintang. Malah sebaliknya media menganjurkan masyarakat modern untuk segera mempersiapkan daftar harapan yang ia inginkan untuk diajukan saat fenomena tersebut berlangsung. Sehingga secara tidak langsung manusia dialihkan dari berdoa dan mengarahkan harapannya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala untuk selanjutnya justeru berharap dan berdoa kepada bintang jatuh. Seolah bintang punya kuasa merubah nasib manusia. Jelas ini merupakan logika dan keyakinan kuno kaum paganis (musyrikin).Na’udzubillaahi min dzaalika…!
Sehingga di dalam artikel lainnya ditulis sebagai berikut:
Pada suatu malam ada seorang anak lelaki yang sedang melihat pemandangan alam dari jendela kamarnya, dan tiba-tiba sebuah cahaya melesat jatuh dari langit, si anak bercerita kepada ibunya ‘tadi aku melihat cahaya yang jatuh ke bumi, cahaya apa itu?’ sang ibu menjawab ‘itu bintang jatuh nak’, segera sampaikan permintaanmu, si anak meminta agar esok hari dia memiliki teman yang setia dan selalu bahagia bermain bersamanya. Di pagi hari yang cerah si anak keluar rumah dan disambut oleh seekor anak anjing lucu yang tidak bisa diam, mereka pun bermain di halaman rumah hingga matahari terbenam, anjing itu menjadi sahabatnya sampai dia tumbuh dewasa.
Cerita tentang bintang jatuh memang banyak sekali macamnya, dari dongeng anak seperti diatas, kisah Superman yang jatuh ke bumi untuk menyelamatkan dunia sampai kisah cinta seorang wanita yang berharap ingin kembali bersama kekasih pujaannya telah mendefinisikan adanya kemakmuran di balik bintang jatuh. Bintang jatuh memang telah menjadi sebuah fenomena yang banyak dipercaya dan ada sejak dulu kala, dan dibalik kisahnya yang melegenda selalu ada kemakmuran yang senantiasa bisa dimiliki bagi orang-orang disekitarnya, kemakmuran memang bisa terjadi kapanpun dan milik siapapun tapi pernahkah Anda terbayang bagaimana bila Anda adalah salah satu dari jutaan orang yang beruntung bisa melihat bintang jatuh secara langsung, dan bila esok hari Indonesia akan dihujani bintang dan Anda adalah salah satu yang beruntung bisa melihatnya secara langsung, keinginan apa yang paling Anda inginkan?( Pernah Melihat Bintang Jatuh?- detikNews- Jumat, 28/09/2012 01:00 WIB)
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ
وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dan yang kamu seru (sembah / berdoa kepada) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS Fathir 13-14)
Sedangkan Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم bersabda:
من مات وهو يدعو لله نداً دخل النار
“Barangsiapa mati dalam keadaan berdoa kepada sekutu selain Allah, maka ia masuk neraka.” (HR Bukhari)
DR Abdul Latif di dalam kitabnya berjudul Pembatal Keislaman menulis: “Wajib diketahui bahwa barangsiapa berdoa kepada selain Allah, atau ber-istighatsah (memohon bantuan) atau ber-isti’anah (memohon pertolongan), maka dia kafir meskipun dia tidak meyakini bahwa sesuatu yang di-istighatsahi-nya itu mempunyai hak mengatur atau memberi pengaruh atau penciptaan.” (“Pembatal Keislaman” karya DR Abdul Aziz Abdul Latif – Pustaka Sahifa hlm 195)
Oleh karena itu Ibnu Taimiyah berkata: “Di antara pengikut orang-orang musyrik itu ada yang bersujud kepada matahari, rembulan, dan bintang-bintang, dia berdoa kepadanya seperti dia berdoa kepada Allah, berpuasa untuknya, menyembelih untuknya, mendekatkan diri kepadanya kemudian dia berkata: ‘Ini bukan syirik, akan tetapi syirik apabila kamu meyakini bahwa ia mengaturmu, tetapi jika kamu menjadikannya sebab atau perantara maka ia bukan syirik’, padahal sudah diketahui secara mendasar (dharuri) bahwa ia adalah syirik di dalam ajaran Islam.” (“Pembatal Keislaman” karya DR Abdul Aziz Abdul Latif – Pustaka Sahifa hlm 196)
Oleh karenanya, hendaknya kita berhati-hati menyikapi fenomena hujan bintang. Sebab di dalam dunia modern yang sarat dengan nilai-nilai kemusyrikan dan sepi dari nilai-nilai tauhid, banyak manusia yang dengan ringannya melakukan hal-hal yang dianggapnya ringan padahal sesungguhnya masuk ke dalam kategori perbuatan kufur bahkan syirik. Sedangkan perbuatan syirik menyebabkan pelakunya tidak berhak memasuki surga Allah di akhirat. Ia akan kekal di dalam neraka karena telah melakukan perbuatan yang tidak terampuni oleh Allah subhaanahu wa ta’aala, kecuali bila sebelum ajalnya ia sempat bertaubat dari perbuatan tersebut.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ
لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisa 48)
Allah subhaanahu wa ta’aala menegaskan bahwa orang-orang beriman hendaknya hanya berdoa dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’aala semata bukan kepada selain-Nya. Itupun Allah mensyaratkan bahwa doa tersebut hendaknya diiringi dengan mematuhi segenap perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya dan beriman kepada Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai Yang Maha Kuasa mengabulkan doa hamba-hamba-Nya.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ
إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186)

Tuesday, May 15, 2012

KESETARAAN GENDER DLM SOROTAN



Dari sejak hegemoni Barat mulai bercokol di banyak negeri kaum muslimin, seiring melemahnya kekuatan mereka, sedikit demi sedikit dominasi syariat dan hukum-hukum Islam bergeser ke ranah-ranah privat dan hanya diminati oleh minoritas orang. Produk-produk pemikiran Barat pun sedikit demi sedikit menyebar di khalayak kaum muslimin. Diantara produk pemikiran Barat yang saat ini tengah dengan giat disosialisasikan adalah isu kesetaraan gender. Isu yang menghendaki hancurnya batas-batas pembeda antara dua kelompok manusia (baca: laki-laki dan perempuan) dalam status sosial dan peran di masyarakat ini dijajakan oleh para aktivis feminisme yang tidak lain adalah anak turunan liberalisme; ideologi kebebasan mutlak tanpa tapal batas.
Problem lemahnya keyakinan dan dangkalnya wawasan keagamaan menjadi pemicu utama yang menyebabkan ide-ide luar itu dapat dengan mudah masuk ke dalam pemikiran kaum muslimin tanpa filter yang menyaringnya. Apalagi, budak-budak pemikiran Barat yang giat menebar ide-ide rusak ini tidak jarang berbicara atas nama pembaharuan Islam, moderenisasi, dan jargon-jargon lainnya.
Kesetaraan dalam Kewajiban Beribadah dan Pahalanya
Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama, tanpa ada perbedaan. Masing-masing adalah ciptaan Allah yang dibebani dengan tanggungjawab melaksanakan ibadah kepada-Nya, menunaikan titah-titah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Hampir seluruh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk kaum Adam dan kaum Hawa secara seimbang. Begitu pun dengan janji pahala dan ancaman siksaan. Tidak dibedakan satu dengan yang lainnya. Masing-masing dari mereka memiliki kewajiban dan hak yang sama dihadapan Allah sebagai hamba-hamba-Nya. Berikut adalah petikan ayat-ayat al Qur`an yang menjelaskan tentang pandangan Islam dalam hal ini:
 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
 “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baikdan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”  (QS. An-Nahl [16]: 97)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisa [4]: 124)
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” (QS. Ali Imran [3]: 195)
Mujahid berkata, “Ummu Salamah pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, kami tidak mendengar penyebutan wanita dalam masalah hijrah sedikitpun?” maka turunlah ayat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir: 2/190, Tafsir Al Bagawy, 2/153)
Perbedaan Kodrat
Namun demikian, bukan berarti kaum laki-laki dan wanita menjadi sama dan setara dalam segala hal. Menyetarakan keduanya dalam semua peran, kedudukan, status sosial, pekerjaan, jenis kewajiban dan hak sama dengan melanggar kodrat. Karena, kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa antara laki-laki dan wanita terdapat perbedaan-perbedaan mendasar, hingga jika kita melihat keduanya dengan kasat mata sekalipun. Secara biologis dan kemampuan fisik, laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Begitu pun dari sisi sifat, pemikiran-akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-masing juga berbeda.
Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan proses reproduksi, mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi, sementara laki-laki tidak. Adalah tidak adil jika kita kemudian memaksakan suatu peran yang tidak sesuai dengan tabiat dan kecenderungan dasar dari masing-masing jenis tersebut.
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata, “Bertolak dari perbedaan mendasar ini, sejumlah hukum-hukum syariat ditetapkan oleh Allah yang Mahaadil dengan perbedaan-perbedaan pula. Sebagian hukum, kewajiban, hak dan peran yang disyariatkan oleh Allah dibedakan sesuai dengan kemampuan masing-masing dari keduanya tadi. Tujuannya adalah, agar keduanya saling melengkapi satu sama lain dan dengannya hidup ini dapat berjalan sempurna, harmonis dan seimbang.” (Lihat Hirâsatu al Fadhîlah, hal. 18-19)
Dari sisi ini pula, Muhammad Aali al Ghamidy dalam sebuah artikel bertajuk “Muqâranatu al Nadzrah al Takâmuliyyah al Islâmiyyah bayna al Rajul wa al Mar`ati wa al Nadzrah al Tanâfusiyyah al ‘Almâniyyah” menjelaskan, bahwa pandangan Islam dalam model hubungan antara laki-laki dan wanita adalah hubungan saling melengkapi, bukan hubungan persaingan sebagaimana yang diinginkan oleh konsep sekuler. (http://www.saaid.net/female/0137.htm)
Allah berfirman menghiyakatkan perkataan istri Imran,
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى
Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” (QS. Ali Imran [3]: 36)
Dari sini, kesetaraan, atau persamaan (dalam bahasa Arab: musâwâtu) antara laki-laki dan perempuan bukanlah nilai yang berasal dari pandangan Islam Islam memandang keadilan antara laki-laki dan wanita, bukan kesetaraan. Konsep kesetaraan bertolak belakang dengan prinsip keadilan. Karena adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Sementara (Lihat kritikan Syaikh al Utsaimin tentang kata al musâwâtu dalam Syarhu al ‘Aqîdah al Wâsithiyyah, hal. 180-181)
Hukum Syariat antara Laki-laki dan Wanita
Di antara ketetapan syariat yang Allah khususkan bagi laki-laki adalah soal kepemimpinan. Allah berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa` [4]: 34)
Posisi strategis ini Allah berikan kepada laki-laki karena ia sesuai dengan tabiat dan kodrat penciptaannya, sebagaimana yang telah disebutkan. Dalam rumah tangga, laki-laki adalah pemimpin yang bertanggungjawab menjaga dan memelihara urusan orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya dari para istri dan anak-anak, termasuk menjamin pakaian, makanan dan rumah mereka.
Bahkan, tidak hanya urusan-urusan dunia mereka, namun juga dalam urusan agama mereka. Syaikh Shalih Al Fauzan berkata, “Laki-laki adalah pemimpin/penanggungjawab bagi wanita, dalam hal agamanya, sebelum dalam hal pakaian dan makanannya.” (Khuthbah Jum’at, Masjid Amir Mut’ib)
Dengan catatan, kepemimpinan atau kekuasaan seorang laki-laki atas wanita itu bermakna penjagaan, perhatian dan pengaturan, bukan dalam arti kesewenang-wenangan, otoritarian dan tekanan.
Begitu pula dalam kepemimpinan pada ranah-ranah publik seperti jabatan kepala negara, kehakiman, menejerial, atau perwalian seperti wali nikah dan yang lainnya, semua itu juga hanya diberikan kepada laki-laki dan tidak kepada wanita.
Dalam ibadah dan ketaatan, laki-laki secara khusus dibebani kewajiban jihad, shalat jum’at dan berjamah di masjid, disyariatkan bagi mereka adzan dan iqamah. Syariat juga menetapkan perceraian berada di tangan laki-laki, dan bagian waris dua bagi laki-laki dan satu untuk wanita.
Adapun hukum-hukum yang khusus untuk kaum wanita juga banyak. Baik dalam ibadat, muamalat dan lain-lain. Bahkan sebagian para ulama menulis secara khusus buku-buku yang berkaitan dengan hukum-hukum wanita. (Lihat Hirâsah al Fadhîlah, hal. 22)
Sikap Seorang Mukmin dan Mukminah
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah menyimpulkan, dari perbedaan-perbedaan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah tersebut, maka ada tiga sikap yang harus kita ambil:
Pertama, beriman dan menerima perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan wanita baik secara fisik, psikis, atau hukum syar’i, serta hendaknya masing-masing merasa ridha dengan kodrat Allah dan ketetapan-ketetapan hukum-Nya.
Kedua, tidak boleh bagi masing-masing dari laki-laki atau wanita menginginkan sesuatu yang telah Allah khususkan bagi salah satunya dalam perbedaan-perbedaan hukum tersebut dan mengembangkan perasaan iri satu sama lain disebabkan perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh karena itu Allah melarang hal itu dengan firman-Nya,
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nisa` [4]: 32)
Tentang sebab turunnya ayat ini, Mujahid menuturkan, “Ummu Salamah berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa laki-laki berperang sementara kami tidak? Dan mengapa kami hanya mendapatkan setengah dari harta waris? Maka turunlah ayat ini.” (Diriwayatkan oleh al Thabari, Imam Ahmad, Hakim dan yang lainnya)
Ketika, jika al Qur`an dengan jelas melarang untuk sekedar iri, maka apalagi mengingkari dan menentang perbedaan-perbedaan syar’i antara laki-laki dan wanita ini dengan cara memropagandakan isu kesetaraan gender. Hal ini tidak boleh bahkan termasuk kekufuran. Karena ia merupakan bentuk penentangan terhadap kehendak Allah yang bersifat kauni yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan perbedaan-perbedaan tabiat tadi, sekaligus bentuk pengingkaran terhadap teks-teks syar’i yang bersifat qath’i dalam pembedaan-pembedaan hukum antara keduanya. (Lihat Hirâsah al Fadhîlah, hal. 22)
Wallâhu ‘alam, wa shallallâhu wa sallam ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.

Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc. (Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da’i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)
Artikel Muslim.Or.Id