visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Friday, December 8, 2017

AL-QUDS DAN INTIFADHAH PALESTINA



Oleh: Muhammad Syarief, Lc. dan Salman Alfarisy, Lc.



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.

 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

قال الله تعالي في القرآن العظيم:أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا  وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ.

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Mukminin Rahimakumullah

Pertama-tama dan paling utama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah mempertemukan kita di hari dan tempat mulia ini, dalam rangka menjalankan ibadah sholat Jumat berjamaah. Kita memohon kepada Allah Swt. semoga amal ibadah kita pada saat ini diterima dan menjadi pemberat timbangan kebaikan kita di hari hisab nanti.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad Saw. Dimana berkat perjuangan beliau dan para sahabatnyalah hingga saat kini kita dapat merasakan indahnya Iman dan Islam. Semoga kita yang hadir di sini kelak mendapatkan syafa’at beliau pada hari kiamat.

Dalam kesempatan mulia ini, khatib mengingatkan kepada diri khatib pribadi dan juga kepada para jamaah sekalian, agar kita senantiasa meningkatkan nilai ketakwaan kita kepada Allah Swt. karena takwa merupakan sebaik-baik bekal yang akan kita bawa hingga hari hasib nanti, amin.

Jamaah Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Perjuangan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Untuk dapat bertahan hidup, seseorang harus berjuang. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, seseorang juga harus berjuang. Untuk menuntut ilmu, mencari nafkah, seseorang pun harus berjuang. Dari rentetan perjuangan itu, tahukah kita perjuangan apa yang paling berarti? Ternyata sebaik-baik perjuangan itu adalah, perjuangan di jalan Allah, yang mengorbankan segalanya, mulai dari harta hingga jiwanya, semuanya dikorbankan untuk menggapai ridha Allah Swt.

Allah Swt telah befirman dalam Al-Quran surah As-Shaff ayat 10-11

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ  .تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ  ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: (10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah

Fenomena perjuangan saat ini diantaranya bisa kita ambil dari potret saudara kita di Palestina. Tepat di bulan ini (Desember), saudara-saudara kita di Palestina menjadikannya sebagai bulan perjuangan. Mereka menyebutnya dengan namaSyahrul Intifadhah atau bulan Intifadhah, yang berarti bulan perlawanan bangsa Palestina terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Israel.

30 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Desember 1987 lalu, rakyat Palestina meninggalkan rumah-rumah mereka demi meraih kemerdekaan. Tua, muda, anak-anak, laki-laki maupun perempuan, mereka semua bersatu padu, bergerak melawan tentara penjajah Israel. Harta hingga jiwa mereka korbankan, untuk melawan kezaliman yang telah merampas hak hidup mereka, dan juga telah menistai masjid Al-Aqsha yang dimuliakan.

Al-Aqsha merupakan masjid yang menjadi kiblat pertama umat Islam, dan kini masjid itu ingin dirobohkan oleh Zionis Israel. Masjid itu setiap harinya terus mendapatkan serangan, dinistai oleh militer Israel, para pemukim dan rabi-rabi Yahudi, serta jamaah sholatnya ditakut-takuti dengan bunyi rentetan suara mesiu.

Dua hari lalu, tepatnya pada hari Rabu siang waktu Amerika, Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan beberapa hal kontroversi terkait dengan Palestina. Pertama, Amerika mengakui Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota Israel. Kedua, Amerika akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Al-Quds. Ketiga, Masjid al-Aqsha berdiri di atas bukit Haikal Sulaiman.

Terus terang, pernyataan sepihak ini membuat Dunia Islam terhentak kaget. Beberapa Negara bahkan telah melakukan aksi pada hari Jum’at ini. Tagline yang diusung adalah Al-Quds, Ibukota Abadi Palestina. Lalu, pantaskah kita hanya berdiam diri melihat peristiwa itu? Pantaskah kita mendiamkan perjuangan Intifadhah itu berjalan sendirian? Jawabannya tentu tidak, kita tidak bisa tinggal diam. Kita sebagai sesama umat Islam harus merasa terpanggil untuk mendukung perjuangan mereka.

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah

Dalam sejarahnya, Palestina telah melawati tiga kali masa Intifadhah. Saat ini memasuki Intifadhah yang keempat. Intifadhah pertama disebut dengan nama Al-Intifadhah Al-Mubarokah, yang meletus di bulan Desember 1987. Perlawanan rakyat ini akhirnya berhenti pada bulan September 1993 bersamaan dengan ditandatanganinya kesepakatan Oslo, antara Otoritas Palestina dengan Israel. Sebanyak 1.392 warga Palestina gugur sebagai syuhada dalam aksi Intifadhah pertama itu.

Apakah dengan kesepakatan itu pertanda penjajahan telah berakhir? Ternyata tidak, penjajahan berlanjut dan perjuangan rakyat Palestina juga terus dilakukan. Maka meletuslah selanjutnya Intifadah kedua yang dikenal dengan nama Intifadhah Al-Aqsha pada bulan September tahun 2000. Penamaan Al-Aqsha tidak lepas dari penyebab meletusnya aksi itu, yaitu ketika Perdana Menteri Israel ketika itu, Ariel Sharon memaksa masuk ke dalam komplek masjid Al-Aqsha dengan membawa 1.200 personil kepolisian.

Menghadapi kondisi ini, jamaah masjid suci Al-Aqsha tidak tinggal diam, mereka melakukan perlawanan. Bentrokan pun meletus, darah suci para penjaga masjid Al-Aqsha membasahi pelataran masjid. Darah perjuangan itulah yang mewakili pembelaan umat Islam, yang kelak akan menjadi saksi kesungguhan perjuangan mereka di jalan Allah Swt.

Intifadhah ketiga dimulai pada tanggal 1 Oktober 2015, dengan nama Intifadhah Sakakin. Artinya perlawanan dengan menggunakan pisau. Sedang Intifadhah keempat dimulai hari ini, 8 Desember 2017 yang dinamakan dengan Intifadhah Huriyyat al-Quds (Pembebasan Al-Quds dan Tepi Barat).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Sungguh, saudara muslim kita di sana adalah orang-orang yang berjasa mempertahankan masjid kita, Al-Aqsha. Mereka berada di garda terdepan, menghadapi moncong senjata penjajah Israel, dan tanpa diliputi rasa takut sedikitpun. Mereka mempertahankan masjid yang sesungguhnya juga menjadi tanggungjawab kita untuk mempertahankannya. Umat muslim sedunia tidak diragukan lagi memiliki hutang terhadap jasa perjuangan mereka.

Saudara-saudara kita di Palestina saat ini diusir dari tanah kelahiran mereka, rumah-rumahnya dirobohkan, hidup di bawah tekanan dan blokade berkepanjangan. Mereka adalah orang-orang yang terzalimi, dan mereka memiliki hak untuk melakukan perlawanan dengan beragam bentuknya. Seperti yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam QS. Al-Hajj ayat 39 yang berbunyi:

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا  ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.

Orang-orang Palestina berperang dengan semangat keimanan mereka, mengerahkan tenaga baik dalam bentuk fisik, fikiran dan menggunakan persenjataan yang sangat terbatas. Namun disitulah kekuatan sesungguhnya, yang membuat musuh-musuh Allah menjadi takut. Sedangkan kita yang berada jauh dari mereka secara fisik, maka persiapkanlah materi terbaik dan doa terbaik kita untuk mereka. Karena setiap harta yang kita infakkan di jalan Allah, niscaya akan mendapatkan balasan yang tak ternilai harganya.

Allah Swt. dalam QS. Al-Anfal ayat 60 telah berfirman:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَ هُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ  ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Swt.

Bertepatan dengan perjuangan bulan Intifadhah, hendaklah kita mampu mengambil semangat dari perjuangan mereka. Beberapa pelajaran yang dapat kita petik adalah:

Pertama, tetap menjaga persatuan umat. Perjuangan tidak ada artinya ketika saling tercerai-berai. Karena Allah Swt. menyukai perjuangan hamba-Nya yang berada dalam satu shaf layaknya sebuah bangunan yang kokoh. Karena dengan cara itulah, perjuangan kita akan sampai pada kemenangan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Ash-Shaf ayat 4

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Kedua, dalam hidup yang hanya sekali ini, niatkanlah untuk berjuang menegakkan agama Allah dengan apapun bentuknya. Karena mati dalam membela agama Allah merupakan sebuah kemuliaan. Minimal ada niat dalam jiwa kita untuk siap berjihad di jalan Allah, sehingga kita tidak mati di atas cabang kemunafikan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ (رواه مسلم)

Artinya: "Siapa yang meninggal sementara ia tidak pernah berperang (berjihad) dan tidak pernah meniatkan untuknya, maka ia mati di atas cabang kenifakan." (HR. Muslim).

Ketiga, persiapkanlah diri kita untuk menghadapi segala kemungkinan. Karena Allah akan menguji kita untuk mengetahui siapa hamba-Nya yang memiliki kesungguhan. Dan ujian itu beragam bentuknya, bisa dalam bentuk pengorbanan harta hingga jiwa raga. Dan selalu ingatlah, seorang mukmin yang memiliki persiapan kekuatan, baik dari segi jasmani maupun rohani, ilmu maupun materi, lebih dicintai oleh Allah Swt. daripada mukmin yang lemah. Karena dengan kekuatan yang ia miliki, ia akan menjadi mukmin yang bermanfaat untuk menegakkan agama Allah di atas muka bumi ini. Rasulullah Saw. bersabda:

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ (رواه مسلم)

Artinya: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan (HR. Muslim).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّ يوَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Tuesday, November 14, 2017

Arti Jihad menurut Quran dan Hadits

Penulis : Soraya (Soraya.web.id)

Di zaman sekarang ini, di antara kata yang paling sering disalahartikan dalam Islam adalah kata Jihad, baik disalahartikan oleh orang non-muslim ketika menerjemahkan arti jihad dalam Islam, maupun kesalahpahaman arti jihad oleh muslim sendiri ketika mempraktekkan jihad dalam kehidupan mereka.

Arti jihad menurut al-Quran dan al-hadits

Sebagian besar non-muslim, berpikir bahwa perang yang dilakukan oleh umat Islam di manapun, entah apapun tujuan perang itu dilakukan, baik demi untuk keuntungan pribadi, kekuasaan politik, kekuatan kelompok, dan lain sebagainya adalah Jihad dalam persepsi mereka.

Etimologi Jihad

Jihad dalam bahasa arab berasal dari kata jahada yang berarti berjuang atau berusaha. Menurut Dr. Zakir Naik, Jihad bukanlah perang orang Islam di manapun. Dalam konteks Islam, jihad berarti berjuang dan berusaha melawan kecendrungan jahat dalam diri sendiri. Jihad dapat berarti berjuang dan berusaha untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik. Jihad juga bisa dimaksudkan sebagai bentuk perjuangan dan usaha melawan penindasan. Jihad juga berarti berjuang dan berusaha dengan berperang demi melindungi diri sendiri dari kejahatan. Intinya jihad adalah berjuang dan berusaha. Seperti berjihad melawan kemalasan dalam beribadah, berjihad melawan sifat malas dan rasa kantuk yang sangat berat ketika ada perintah Allah untuk menjalankan ibadah sholat subuh, berjihad mengeluarkan zakat, infaq, sedekah, ketika mendapatkan harta berlebih dll.

Jihad di Kalangan Non-Muslim

Banyak orang berpikir, bahwa jihad hanya dilakukan oleh muslim saja. Namun sebenarnya, ada beberapa ayat dalam al-Qur`an yang menjelaskan bahwa non-muslim pun berjihad.

Allah berfirman dalam al-Qur`an di surah Luqman [31:14]: وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤) Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanyalah kepada-Ku kembalimu (Ayat ini juga sebagai salah satu di antara ayat yang memberikan indikasi bahwa al-Quran tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang muslim (sudah memeluk agama Islam) saja, tapi juga diperuntukkan kepada siapa saja (non-muslim) sebagai panduan cara yang benar untuk menemukan jalan yang benar.

Lalu berikutnya di surah Luqman [31:15] وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (١٥) Dan jika keduanya memaksamu (cek kosa kata: jaahadaaka: جَاهَدَاكَ) untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (dalam ayat ini, al-Qur`an memberikan panduan kepada muslim untuk tidak menaati atau mengikuti ajakan orang tua mereka yang non-muslim yang berjuang dan berusaha untuk membuat anak-anak mereka menyembah yang lain selain Allah (syirik), namun mereka diperintahkan untuk memperlakukan ortu mereka dengan baik.

Kalimat yang sama diulang lagi di surah al-Ankabut [29:8-9] وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu (cek kosa kata: jaahadaaka: جَاهَدَاكَ) untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka pasti akan Kami masukkan ke dalam (golongan) orang yang saleh

Jihadnya orang yang mengajak mempersekutukan Allah atau perbuatan buruk lainnya disebut Jihad Fi Sabilisy-Syaithon (Jihad di jalan Setan). Adapun jihad bagi seorang muslim adalah jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah). Normalnya, kata jihad dalam Islam diterjemahkan sebagai berjuang dan berusaha di jalan Allah.

Jihad Yang Difahami Kalangan Orientalis

Hampir semua orientalis, menerjemahkan jihad sebagai perang suci (perang atas nama agama), dan sayangnya, banyak orang yang dianggap sebagai Ulama juga menerjemahkan jihad sebagai Perang Suci (dalam kondisi yang ekstrim) dan diikuti oleh murid-murid mereka. Padahal perang suci, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Arab adalah Harbun Muqoddasah, dan jika anda membaca al-Qur`an keseluruhan 30 Juz, maka anda tidak akan menemukan kata Harbun Muqoddasah. Demikian juga tidak akan pernah anda temukan dalam hadis Rasulullah disebutkan perkataan: Harbun Muqoddasah (Perang Suci). Jika kita belajar sejarah, maka kita akan menemukan bahwa kata: perang suci pertama kali digunakan untuk mendefinisikan PERANG SALIB yang dilakukan oleh umat nasroni (Kristen). Menurut sejarah, beberapa abad yang lalu, tentara salib kristen melakukan pemaksaan dan pembunuhan puluhan ribu umat manusia atas nama kekristenan (perintah paus di masa itu). Jika anda membaca sejarah yang benar, maka anda akan menemukan bahwa jumlah manusia yang terbanyak dibunuh adalah atas nama kekristenan atau atas nama perang suci (perang demi agama). Di zaman sekarang, sebagian besar orientalis menerjemahkan kata JIHAD Islam (dari bahasa Arab) dengan terjemahan yang semakna dengan apa yang dilakukan oleh tentara perang salib kristen, yaitu perang suci. Fundamentalis pertama kali menggunakan kata Perang Suci untuk menggambarkan bagaimana tentara kristen di masa perang salib, namun sekarang istilah kata perang suci itu disamakan dengan arti JIHAD bagi umat Islam dengan makna negatif suka berperang, membunuh, membantai, dan makna negatif lainnya.

Arti Jihad Menurut Al-Qur`an

Jihad tidak diartikan sebagai perang suci , melainkan berjuang dan berusaha, walaupun itu bukanlah perjuangan dan usaha dalam pertempuran di medan laga. Cara terbaik untuk memahami kata jihad adalah dengan memahami apa yang dikatakan oleh kitab suci umat islam tentang kata jihad itu sendiri, yaitu al-Qur`an dan al-Hadits (shohih). Ketika kita membaca al-Qur`an, maka kita akan tahu, disebutkan dalam surah al-Hajj [22:78]: وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ Dan berjihadlah kamu (cek kosa kata: wa-jaahiduu: وَجَاهِدُوا) di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat (selalu), tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Allah juga berfirman dalam Surah at-Taubah [9:20-22]: الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (٢٠) يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (٢١) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (٢٢) Orang-orang yang beriman dan berhijrah ( وَهَاجَرُوا) serta berjihad (cek kosa kata: wa-jaahaduu: وَجَاهَدُوا) di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah pahala yang besar. Disebutkan juga dalam Surah al-Ankabut [29:6]: وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (٦) dan barang siapa yang berjihad (berusaha dan berjuang di jalan Allah) (cek kosa kata: jaahada: جَاهَدَ), maka sesungguhnya, jihadnya itu (cek kosa kata: yujaahidu: يُجَاهِدُ) adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta. Jadi, jika anda berjuang di jalan Allah (berjihad), maka manfaatnya untuk diri anda sendiri, bukan untuk Allah, sebab Allah tidak membutuhkan bantuan apapun dari makhluk-Nya, dan memang Allah itu terbebas dari semua kebutuhan, untuk itu Allah itu maha terpuji lagi maha kuasa.

Arti Jihad Menurut al-Hadist

Dalam hadis shohih Bukhori Vol. 4, Kitab Jihad, hadits nomor 46, Abu Hurairah r.a berkata bahwa Rasulullal SAW bersabda: orang yang berjihad di jalan Allah, dan Allah maha mengetahui siapa yang berjihad (berjuang dan berusaha di jalan Allah). Bagaikan orang yang terus menerus berpuasa dan melaksanakan sholat dan Allah telah menjanjikan surga baginya jika dia terbunuh di medan perang atau Allah mengembalikannya dengan selamat dengan pahala dan harta rampasan perang.

Disebutkan dalam Shohih Bukhori Vol. 4, Hadits Nomor 2784 Hazrat Aisyah Radhiallahu Anha (Istri Rasulullah SAW), bertanya kepada Rasulullah: Dapatkah aku bergabung dalam jihad? Dan Rasulullah SAW menjawab: Haji Yang Sempurna Adalah Jihad Yang Terbaik untukmu.

Disebutkan dalam shohih bukhori hadits nomor 5972, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, Dapatkah Aku Pergi Berjihad? Rasulullah bertanya kepadanya, Apakah kau mempunyai orang tua? Dia (orang itu) menjawab Ya. Kemudian Rasulullah berkata: Bagimu, melayani orang tuamu adalah jihad

Disebutkan dalam Sunan Nasa`i, hadits nomor 4209, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Jihad manakah yang terbaik? Dan Rasulullah menjawab: Jihad terbaik adalah seseorang yang berbicara kebenaran melawan penguasa yang dzalim.

Disebutkan dalam Shahih ibn Hibban hadits nomor 4682, bahwa Rasulullah SAW bersabda, seorang Mujahid adalah orang yang berjuang dan berusaha melawan hawa nafsunya sendiri untuk ALLAH. Dan Muhajir adalah orang yang migrasi dari kebatilan menuju kebenaran. (baca juga: Surah at-Taubah [9:20-22])

Berdasarkan beberapa hadis di atas, dapat diketahui bahwa makna jihad tergantung situasi yang sedang terjadi dan sangat diperlukan, namun intinya adalah berjuang dan berusaha keras dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

Smoga manfaat ...

Hadits ttg Jihad dan Perang

1. Aku menginginkan berperang di jalan Allah, lalu aku terbunuh, dihidupkan lagi dan mati lagi, lalu dihidupkan lagi. (HR. Bukhari)
2. Kedua kaki hambaKu yang dilibat debu dalam perang fisabilillah tidak akan tersentuh api neraka. (HR. Bukhari)
3. Berjaga-jaga satu malam dalam perang fisabilillah lebih afdhol dari seribu malam dishalati malam harinya dan dipuasai siang harinya. (HR. Al Hakim)
4. Tidak ada hijrah lagi sesudah fathu Mekah selain jihad, niat, dan apabila diserukan berangkat (pergi berperang) maka berangkatlah. (HR. Bukhari)
5. Puncak persoalan adalah Islam. Barangsiapa pasrah diri (masuk Islam) maka dia selamat. Tiangnya Islam adalah shalat dan atapnya adalah jihad (perjuangan). Yang dapat mencapainya hanya orang yang paling utama di antara mereka. (HR. Ath-Thabrani)

6. Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lidahmu. (HR. An-Nasaa'i)
7. Manusia yang paling dekat derajatnya kepada derajat kenabian ialah para mujahidin dan ilmuwan (cendekiawan) karena kaum mujahidin melaksanakan ajaran para rasul dan ilmuwan membimbing manusia untuk melaksanakan ajaran nabi-nabi. (HR. Ad-Dailami)
8. Tiada setetes yang lebih disukai Allah 'Azza wajalla daripada setetes darah di jalan Allah. (HR. Ath-Thahawi)
9. Barangsiapa memberi perlengkapan bagi seorang yang berperang di jalan Allah maka dia terhitung ikut berperang dan barangsiapa ikut memenuhi kebutuhan keluarga (menyantuni) orang yang berperang maka dia terhitung ikut berperang di jalan Allah. (HR. Bukhari)
10. Wahai segenap manusia, janganlah kamu mengharap-harap bertemu dengan musuh. Mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Bila bertemu dengan mereka maka bersabarlah (yakni sabar menderita, gigih, ulet dan tabah dalam melawan mereka). Ketahuilah, surga terletak di bawah bayang-bayang pedang. (HR. Bukhari)

11. Rasulullah Saw bila melepas pasukan yang akan pergi berperang (tanpa disertainya) berpesan: "Dengan nama Allah, dengan disertai Allah, di jalan Allah dan atas sunah Rasulullah. Janganlah kamu berlebihan mengambil barang rampasan tanpa seijin pimpinan pasukan. Janganlah kamu berkhianat dan jangan pula melakukan sadisme (menganiaya) terhadap musuh. Jangan membunuh anak-anak, wanita-wanita dan laki-laki yang telah tua." (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)

12. Rasulullah Saw mengikutsertakan kaum wanita dalam peperangan. Mereka mengobati orang yang terluka. Rasulullah tidak pernah memberi mereka bagian dari harta rampasan tetapi memberi mereka dari kelebihan (sisa) pembagian. (HR. Muslim)

13. Perang adalah tipu daya. (HR. Bukhari)

14. Kalau kamu melakukan perdagangan dengan riba, hanya menjadi peternak-peternak dan senang hanya dengan bertani saja dan meninggalkan jihad (perjuangan) maka Allah akan menimpakan kehinaan atasmu. Kamu tidak dapat mencabut kehinaan itu sehingga kamu kembali kepada Ad Dienmu. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
15. Ada tiga hal yang menyebabkan tidak bergunanya seluruh amalan, yaitu: syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua, dan lari menghindari pertempuran (dalam perang fisabilillah) (HR. Ath-Thabrani)
16. Suatu kaum yang meninggalkan perjuangan akan Allah timpakan kepada mereka azab. (HR. Ath-Thabrani)
17. Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, "Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?" Nabi Saw menjawab, "Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya." (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Yang terbunuh berusaha membunuh tetapi kedahuluan terbunuh.

18. Rasulullah Saw melarang penyebaran racun (wabah penyakit / virus / senjata kimia) di negeri musuh. (HR. Ath-Thahawi)

19. Saling berpesanlah untuk memperlakukan para tawanan dengan baik. (HR. Ath-Thabrani)

20. Kami tidak menggunakan bantuan kaum musyrikin untuk memerangi kaum musyrikin. (HR. Ahmad)
21. Orang yang pergi berperang di jalan Allah dan yang pergi untuk menunaikan haji atau umroh adalah tamu-tamu Allah. Allah menyerukan kepada mereka, dan mereka menyambutnya dan mereka memohon kepada-Nya, lalu Allah mengabulkan permohonan mereka. (HR. Ibnu Majah).
22. Barangsiapa menolak ketaatan (membangkang) dan meninggalkan jama'ah lalu mati maka matinya jahiliyah, dan barangsiapa berperang di bawah panji (bendera) nasionalisme (kebangsaan atau kesukuan) yang menyeru kepada fanatisme atau bersikap marah (emosi) karena mempertahankan fanatisme (golongan) lalu terbunuh maka tewasnya pun jahiliyah. (HR. An-Nasaa'i)
Penjelasan:
Asysyathibi memberi definisi tentang yang dimaksud jama'ah, yaitu:
1. Orang-orang Islam yang berhimpun dalam satu urusan.
2. Mayoritas orang-orang Islam
3. Kumpulan ulama mujtahidin.
4. Jama'atul muslimin jika berhimpun di bawah komando seorang amir (pemimpin).
5. Para sahabat yang diridhoi Allah dan tentu pada kondisi yang khusus.
Suatu jama'ah akan terbentuk bila ada musyawarah.
Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press