Orang-orang yang berpendapat bahwa setiap prinsip manapun yang dikenal umat manusia dalam sejarahnya yang panjang, mungkin untuk berjuang menentang segala macam keaniayaan, sebagaimana perjuangan yang telah dilakukan Islam, atau dapat berdiri di samping orang-orang yang teraniaya semuanya sebagaimana yang telah dilakukan Islam, atau dapat berteriak di depan muka para tiran dan diktator-diktator yang sombong sebagaimana yang telah dilakukan oleh Islam, maka orang yang berpendapat begini amat tersalah, atau amat tergoda, atau amat tidak mengerti akan Islam.
Orang yang berpendapat bahwa mereka itu orang Islam, tetapi mereka tidak berjuang menentang keaniayaan dengan segala bentuknya, tidak mempertahankan orang-orang yang teraniaya dengan sebaik-baiknya dan tidak berteriak di depan muka para tiran dan diktator. Orang yang berpendapat seperti ini amat tersalah sekali, atau mereka itu amat munafik, atau amat tidak mengerti akan Islam.
Inti Islam itu adalah gerakan pembebasan. Mulai dari hati nurani setiap individu dan berakhir di samudera kelompok manusia. Islam tidak pernah menghidupkan sebuah hati, kemudian hati itu dibiarkannya menyerah tunduk kepada suatu kekuasaan di atas permukaan bumi, selain daripada kekuasaan Tuhan Yang Satu dan Maha Perkasa. Islam tidak pernah membangkitkan sebuah hati, lalu dibiarkannya hati itu sabar tidak bergerak dalam menghadapi keaniayaan dalam segala macam bentuknya, baik keaniayaan ini terjadi terhadap dirinya, atau terjadi terhadap sekelompok manusia di bagian dunia manapun, dan di bawah penguasa manapun juga.
Jika anda melihat keaniayaan terjadi, bila anda mendengar orang-orang yang teraniaya menjerit, lalu anda tidak menemui umat Islam ada di sana untuk menentang ketidakadilan itu, menghancurkan orang yang aniaya itu, maka Anda boleh langsung curiga apakah umat Islam itu ada atau tidak. Tidak mungkin hati-hati yang menyandang Islam sebagai aqidahnya, akan rela untuk menerima ketidakadilan sebagai sistemnya, atau rela dengan penjara sebagai hukumnya.
Masalahnya, Islam itu ada atau tidak ada. Kalau Islam itu ada maka ini berarti perjuangan yang tidak akan henti-hentinya, jihad yang tidak ada putus-putusnya, mencari syahid demi untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan persamaan. Kalau Islam tidak ada, maka di waktu itu yang terdengar adalah bisikan do’a-do’a, bunyi tasbih yang dipegang di tangan, jimat-jimat dengan do’a perlindungan, berserah diri dengan harapan langit akan menghujankan rezeki dan kebaikan ke atas bumi, menghujankan kemerdekaan dan keadilan. Langit tidak pernah menghujankan hal-hal seperti ini. Tuhan tidak akan menolong suatu kelompok manusia yang tidak mahu menolong diri sendiri, orang yang tidak percaya kepada keluarganya sendiri, dan tidak menjalankan hukum Tuhan tentang jihad dan perjuangan:
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, sampai bangsa itu mengubah nasibnya sendiri.” (QS. Ar-Rad [13] : 11)
Islam adalah aqidah revolusioner yang aktif. Artinya kalau ia menyentuh hati manusia dengan cara yang benar, maka dalam hati itu akan terjadi suatu revolusi: revolusi dalam konsepsi, revolusi dalam perasaan, revolusi dalam cara menjalani kehidupan, dan hubungan individu dan kelompok. Revolusi yang berdasarkan persamaan mutlak antara seluruh umat manusia. Seorang tidak lebih baik dari yang lainnya selain dengan taqwa. Berdasarkan kehormatan manusia, yang tidak meninggalkan seorang makhluk pun di atas dunia, tidak suatu kejadian pun, dan tidak suatu nilai pun. Revolusi itu berdasarkan keadilan mutlak, yang tidak dapat membiarkan ketidakadilan dari siapa pun juga, dan tidak dapat merelakan ketidakadilan terhadap siapa pun juga. Baru saja manusia merasakan kehangatan aqidah ini, ia akan maju ke depan untuk merealisasikannya dalam alam nyata dengan seluruh jiwanya. Ia tidak tahan untuk bersabar, untuk tinggal diam, untuk tenang-tenang saja, sampai ia benar-benar telah menyelesaikan realisasinya di alam nyata. Inilah pengertiannya bahwa Islam itu suatu aqidah revolusioner yang aktif-dinamis.
Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh, kemudian mereka orang-orang yang berjuang untuk menegakkan kalimat Allah yang tinggi. Kalimat Allah di atas bumi ini tidak akan dapat tertegak, selain jika ketidakadilan dan keaniayaan telah dihilangkan darinya sampai seluruh manusia itu memperoleh persamaan seperti gigi sisir, di mana tidak ada salah seorang pun yang lebih dari orang lain selain karena ketaqwaan.
Orang-orang yang melihat ketidakadilan di sepanjang jalan, dan bertemu dengan kesewenang-wenangan di setiap saat, dan mereka tidak menggerakkan tangan maupun lidah, padahal mereka itu mampu untuk menggerakkan tangan dan lidah. Mereka ini adalah orang-orang yang hatinya tidak digugat oleh Islam. Jika hatinya tergugat oleh Islam tentulah mereka akan berubah menjadi para mujahidin yang berjuang mulai dari saat api yang suci itu menyentuh hati-hati yang rasional dan menyalakannya, dan mendorongnya dengan dorongan yang kuat ke medan perjuangan.
Seandainya jiwa nasionalisme mampu mendorong kita sekarang ini untuk berjuang menentang penjajahan yang dibenci itu, seandainya jiwa kemasyarakatan mampu mendorong kita hari ini untuk berjuang menentang kaum feudal yang tidak berbudi dan kapitalisme yang memeras, seandainya jiwa kebebasan individu mampu untuk mendorong kita sekarang ini untuk berjuang menentang diktator yang melampaui batas dan ketidakadilan yang congkak, maka jiwa Islam mengumpulkan penjajahan, feudalisme dan kediktatoran di bawah sebuah nama, yaitu: ketidakadilan. Jiwa Islam mendorong kita semua untuk memerangi segalanya itu, tanpa pikir-pikir dan tanpa ragu-ragu, tanpa pembicaraan lagi dan tanpa dibeda-bedakan lagi. Itulah salah satu ciri Islam yang besar di bidang perjuangan manusia untuk menegakkan kemerdekaan, keadilan dan kehormatan.
Seorang muslim yang telah merasakan jiwa Islam dengan hatinya, tidak mungkin akan memberikan pertolongan kepada pihak penjajah, atau memberikan bantuan kepada mereka, atau berdamai dengan mereka sehari pun, atau berhenti berjuang melawan mereka, baik secara sembunyi-sembunyi atau secara terang-terangan. Pertama-tama ia akan menjadi pengkhianat bagi agamanya, sebelum menjadi pengkhianat terhadap tanah airnya, terhadap bangsanya dan terhadap kehormatan dirinya. Setiap orang yang tidak merasakan adanya rasa permusuhan dan kebencian terhadap kaum penjajah dan tidak melakukan perjuangan menentang mereka sekuat tenaga, adalah pengkhianat. Lalu bagaimana dengan orang yang mengadakan perjanjian persahabatan dengan mereka? Bagaimana dengan orang yang mengadakan persekutuan abadi dengan mereka? Bagaimana dengan orang yang memberikan bantuan kepada mereka baik di zaman damai maupun di zaman perang? Bagaimana dengan orang yang membantu mereka dengan makanan sedangkan bangsanya sendiri kelaparan? Bagaimana dengan orang yang melindungi dan menutup-nutupi mereka?
Seorang muslim yang merasakan jiwa Islam dengan hatinya tidak mungkin akan membiarkan kaum feudal yang tidak bermoral dan kaum beruang yang menindas itu berada dalam keamanan dan ketenteraman. Ia akan memberitahukan perbuatan mereka yang tidak punya rasa malu. Ia akan menjelaskan kejelekan-kejelekan mereka. Ia akan berteriak di depan muka mereka yang tidak bermalu itu. Ia akan berjuang menentang mereka dengan tangan, dengan lidah dan dengan hati, dengan segala cara yang dapat dilakukannya. Setiap hari yang dilaluinya tanpa perjuangan, setiap saat yang dilaluinya tanpa pergelutan, dan setiap detik yang dilaluinya tanpa karya nyata, dianggapnya sebagai dosa yang menggoncang hati nuraninya, sebagai kesalahan yang membebani perasaannya, sebagai suatu perbuatan kriminil yang hanya dapat dihapuskan dengan perjuangan penuh dorongan, penuh kehangatan, penuh tolakan.
Setiap muslim yang merasakan Islam dengan hatinya tidak akan mungkin membiarkan diktator yang aniaya serta penguasa zalim yang tidak bermalu bergerak di atas permukaan bumi, menjadikan manusia budak beliannya, padahal tiap-tiap manusia dilahirkan oleh ibunya sebagai orang yang merdeka. Tetapi orang Islam itu akan maju ke depan dengan jiwa dan hartanya, untuk memperkenankan seruan Tuhannya yang menciptakannya dan memberi rezeki kepadanya:
“Kenapa kamu tidak berjuang di jalan Allah dan untuk kepentingan orang-orang yang tertindas, yang terdiri dari laki-laki, wanita dan anak-anak kecil, yang berkata, ‘Wahai Tuhan Kami! Keluarkanlah kami dari negara yang penduduknya aniaya ini. Berikanlah kepada kami seorang penolong dari sisi-Mu. Berikanlah kepada kami seorang pembantu dan sisi-Mu’.” (QS. An-Nisa’ [4] : 75)
Jadilah seorang Islam. Ini telah cukup untuk mendorongmu berjuang menentang penjajahan dengan berani, mati-matian, penuh pengorbanan dan kepahlawanan. Kalau Anda tidak dapat melakukannya, cobalah periksa hatimu. Barangkali hati itu telah tertipu tentang hakekat imanmu. Kalau tidak begitu, alangkah sabarnya Anda, karena tidak berjuang menentang penjajahan.
Jadilah seorang Islam. Ini saja telah cukup untuk mendorong anda berjuang melawan segala bentuk ketidakadilan sosial, suatu perjuangan yang dilakukan dengan terus-terang, penuh semangat, penuh dorongan. Kalau Anda tidak melakukan hal ini, cobalah periksa hatimu. Mungkin hati itu telah tertipu tentang hakekat imanmu. Kalau tidak begitu, kenapa Anda menjadi demikian teganya untuk tidak berjuang melawan pencaplokan hak?
Jadilah seorang Islam. Ini saja telah cukup untuk mendorong maju ke depan, berjuang melawan ketidakadilan, dengan tekad yang teguh tanpa memperdulikan kekuatan-kekuatan lawan yang hanya berupa kekuatan lalat, tetapi oleh orang-orang lemah dikira merupakan halangan besar. Kalau Anda tidak melakukan hal ini, cobalah periksa hatimu, mungkin ia telah tertipu tentang hakekat imanmu. Kalau tidak begitu, kenapa Anda menjadi demikian sabarnya dan teganya untuk tidak berjuang menentang ketidakadilan?
Semua prinsip yang terdapat di atas dunia ini, semua jalan pemikiran yang terdapat di atas dunia ini, akan mengambil jalan yang berada-beda, masing-masingnya mencari bidangnya sendiri-sendiri, untuk merealisasikan keadilan, kebenaran dan kemerdekaan. Tetapi Islam berjuang di segala bidang itu. Ia mencakup seluruh gerakan pembebasan. Ia menggerakkan seluruh pejuang.
Kalau orang-orang yang mempunyai prinsip dan jalan pemikiran mendasarkan kekuatannya kepada kekuatan dunia yang cepat hilang, Islam mendasarkan kekuatannya kepada kekuatan azali dan abadi. Orang orang Islam melakukan perjuangan dengan hati yang penuh rindu untuk mencapai syahid di bumi, agar ia beroleh kehidupan di langit:
“Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman, dengan janji bahwa mereka itu akan mendapat surga. Mereka berjuang di jalan Allah. Mereka membunuh dan terbunuh. Ini adalah suatu janji yang benar yang terdapat dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji dari Allah?” (QS. At-Taubah [9] : 111)
Dirasah Islamiyah
Islam Berjuang
Sayyid Quthb
No comments:
Post a Comment