oleh Hartono Ahmad Jaiz
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, mari kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan berbagai keni’matan dan yang terutama adalah keni’matan Iman dan Islam. Semua itu dari Allah Ta’ala, maka mesti kita syukuri. Dan Allah akan menambah keni’matan itu bagi orang-orang yang bersyukur.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, dalam kesempatan ini kami berwasiat kepada diri kami khususnya dan jama’ah pada umumnya, marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar taqwa. Dan jangan sampai mati kecuali dalam keadaan Muslim.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, dalam kita menjalani Islam hendaknya kita mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu wahyu matluw (yang dibacakan oleh malaikat Jibril) yakni Al-Qur’anul kariem, dan wahyu ghairu matluw (tidak dibacakan oleh Malaikat Jibril tetapi wahyu juga) yakni hadits Nabi SAWatau secara komplitnya adalah Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka insya Allah kita tidak tersesat. Karena berarti kita telah mentaati Allah, ketika mentaati Rasulullah SAW yaitu mentaati apa-apa yang dibawanya itu.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. (QS An-Nisaa’ [4] : 80)
Jama’ah sekalian, mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu hendaknya secara total. Tidak pilih-pilih. Karena Allah Ta’ala menegaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ [البقرة/208]
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah [2] : 208)
Juga ancaman Allah Ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (150) أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا [النساء/150، 151]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan. (maksudnya: beriman kepada Allah, tidak beriman kepada rasul-rasul-Nya) antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS An-Nisaa’ [4] : 150-151)
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, ancaman dari Allah sebegitu tegasnya. Tidak boleh mengimani sebagian dan menolak sebagiannya. Namun dalam kehidupan akhir-akhir ini, ada orang-orang yang dengan entengnya mengatakan sesuatu yang isinya menolak sebagian ayat Al-Qur’an atau pun As-Sunnah. Bahkan kadang penolaknnya itu total.
Tidak jarang kita dengar, ada orang yang membuat ibarat-ibarat mengenai agama. Lalu dikatakan, agama itu hanya jalan yang kita lewati untuk menuju suatu tujuan, maka kita boleh lewat mana saja. Mau lewat jalur selatan, jalur utara atau lainnya, boleh-boleh saja. Yang penting tujuannya sama, nantinya akan sampai juga.
Pengibaratan yang sudah sering terdengar itu kemudian oleh seseorang sutradara terkenal yang kini tampak dihujat Ummat Islam karena ketahuan liberalnya. Ungkapan pengibaratan agama dengan jalan tersebut kemudian dia ilmiyah-ilmiyahkan. Lalu dia katakan:
'Sebenarnya, menurut saya, agama adalah medium sebagaimana kalau saya mau makan yang saya makan itu bukan piringnya, tapi vitamin yang ada di dalam makanannya.'
'Piring itu mau pakai porselen, pakai plastik atau pakai daun pisang, itu adalah medium. Nah, buat saya agama hanyalah medium.'
Astaghfirullahal ‘adhiem. Agama hanya diibaratkan sarana, medium, mau pakai piring atau daun pisang terserah saja. Yang penting vitamin yang ada di dalamnya.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah. Bicara agama mestinya pakai dalil yaitu ayat atau hadits yang shahih. Dan tidak boleh menyamakan sesuatu yang tidak sama. Agama tidak sama dengan piring atau daun pisang. Ketika Allah Ta’ala mengutus para rasul, dan yang terakhir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk seluruh manusia (dan jin) itu bukan mengajarkan agar pilih agama apa saja. Tetapi Allah Ta’ala menegaskan:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali ‘Imran [3] : 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [آل عمران/85]
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali’Imran [3] : 85)
Jama’ah jum’at rahimakumullah, Kalau semua agama itu sama, sedang mereka yang beragama Yahudi, Nasrani, dan Shabi’in itu mereka anggap cukup hanya mengamalkan agamanya, dan tidak usah mengikuti Nabi Muhammad SAW, maka berarti membatalkan berlakunya sebagian ayat Allah dalam Al-Qur’an. Di antaranya ayat:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ(28).
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia.” (QS. As-Saba’ [34] : 28)
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا.
“Katakanlah (hai Muhammad): Hai manusia! Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu semua.” (QS. Al-A’raaf [7] : 158)
Lebih jelas lagi, dalam hadits dinyatakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ * . (رواه مسلم).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (Hadits shahih Riwayat Muslim bab Wujubul Iimaan birisaalati nabiyyinaa saw ilaa jamii’in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah nabi kita saw bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, ayat-ayat Al-Qur’an telah menegaskan bahwa yang mencari selain Islam sebagai agamanya maka tidak akan diterima agamanya itu dan di akherat termasuk orang-orang yang rugi; dijelaskan dalam hadits tersebut yaitu termasuk penghuni neraka. Bahkan selain orang Muslim maka mereka kekal di neraka jahannam. Karena Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ [البينة/6]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah [98] : 6)
Sebaliknya, orang yang beriman dan beramal shalih difirmankan:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ [البينة/7] جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ [البينة/8]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. Al-Bayyinah [98] : 7-8)
Semoga kita mengimani benar-benar ayat-ayat tersebut, dan sama sekali tidak mau mengikuti perkataan orang-orang yang menyama-nyamakan sesuatu tanpa dalil yang shahih.
Akhir-akhir ini gencar sekali aneka pihak menyamakan antara orang laki-laki dan perempuan. Entah dengan alasan emansipasi, atau apa yang mereka sebut persamaan jender (gender). Sampai pernah ada yang membuat konter legal draf kompilasi hukum Islam yang isinya, lelaki pun dikenai ‘iddah (masa tunggu) sebagaimana perempuan (ketika cerai karena suaminya mati atau cerai ketika masih hidup). ‘Iddah bagi laki-laki Itu sangat mengada-adakan syari’at baru yang tidak diadakan oleh Allah Ta’ala. Dan Allah telah menegaskan, tidak sama antara lelaki dan perempuan.
وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى [آل عمران/36]
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. (QS. Ali ‘Imran [3] : 36)
Dalam hukum-hukum tertentu pun tidak sama. Allah Ta’ala berfirman:
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ [النساء/11]
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan. (QS. An-Nisaa’ [4] : 11)
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, Banyaknya orang yang dengan mudahnya memain-mainkan agama dengan menyama-nyamakan sesuatu tanpa dalil yang shahih, kadang menyeret sebagian orang untuk ikut-ikutan bahkan ikut meramaikan dalam memain-mainkan agama pula. Di antaranya ada yang mengatakan, karena boleh minta didoakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau masih hidup, maka boleh juga kita minta beliau doakan ketika beliau telah wafat. Ketika kita boleh minta didoakan oleh Nabi yang sudah wafat, berarti boleh juga minta didoakan oleh orang shaleh yang sudah wafat, dan seterusnya. Ungkapan ini sangat berbahaya, karena telah menyeret kepada penyamaan hal yang tidak sama. Karena orang yang masih hidup tidak sama dengan yang sudah meninggal. Telah ditegaskan oleh Allah Ta’ala,
وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ (19) وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ (20) وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ (21) وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ [فاطر/19-22]
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya,dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas,dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. (QS. Father [35] : 19-22)
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, dengan penjelasan-penjelasan ayat-ayat dan hadits tersebut semoga kita terhindar dari faham-faham yang disebarkan oleh orang-orang liberal ataupun yang menambah-nambah syari’at dengan qiyas-qiyas batil dan semacamnya untuk menyamakan hal-hal yang tidak sama. Akibatnya, membantah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Kalau demikian, maka betapa jauhnya dari Islam, dan betapa ruginya.
Akhirnya, semoga kita benar-benar menjadi Ummat Islam yang mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah dijamin taat kepada Allah Ta’ala bila telah taat kepada beliau, tanpa mengurangi, menambahi apalagi mengingkarinya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
No comments:
Post a Comment