Bermula dengan hijrahnya Nabi Ibrahim as. dari kampung halamannya di kota Ur (tepi sungai Eufrat, selatan Irak), ke arah barat laut yaitu kota Babil, terus menuju Haran di Syria. Nabi Ibrahim hijrah untuk mempertahankan imannya pada ALLAH, satu-satunya Tuhan, satu-satunya sesembahan yang layak bagi manusia. Sebelum dan selama masa hijrahnya, beliau dan para pengikutnya terus mandapat cobaan, dikejar dan dianiaya oleh raja Namrud, penguasa saat itu.
Dari Haran, hijrah Nabi Ibrahim berlanjut ke tanah Kan'an, terus ke barat daya, melintasi gurun Sinai dan akhirnya tiba di Mesir. Di Mesir lagi-lagi Nabi Ibrahim as. dan istrinya, Sarah, mendapat cobaan. Hampir saja Sarah diambil oleh penguasa Mesir saat itu, akan tetapi ALLAH menyelamatkan beliau. Bukannya istrinya diambil, karena kagum akan akhlak dan kecerdikan Nabi Ibrahim, penguasa Mesir justru menghadiahkan salah satu anaknya yang tercantik, Hajar, untuk menjadi pelayan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim kemudian memperistrinya.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as
Dari perkawinan nabi Ibrahim dan Hajar lahirlah Ismail. Segera setelah Ismail lahir, Nabi Ibrahim atas perintah ALLAH membawa Hajar dan bayi Ismail ke tempat di mana sejarah manusia bermula, yaitu Bait ALLAH yang pertama, di lembah Bakkah, jauh di selatan negeri mereka. Di situlah letak Rumah ALLAH yang pertama kali didirikan di muka bumi. Di situlah tempat seluruh nabi yang terdahulu mengerjakan ibadah haji mereka, termasuk Adam, Idris, Nuh, Hud, dan Shalih dengan berjalan atau mengendarai unta-unta mereka.
Nabi Ibrahim menjumpai tempat tersebut yang kering berbatu-batu dan panas. Di situlah ditinggalkannya anak dan istrinya dengan hanya berharap dan ergantung pada rahmat ALLAH, Tuhan yang Maha Pemelihara hamba-hamba-Nya. Maka pertolongan ALLAH pun turun melalui tendangan lemah bayi Ismail ehingga memancarlah mata air Zamzam yang hingga kini debit airnya mencukupi keperluan berjuta-juta orang. Hajar dan Ismail tetap tinggal di daerah tersebut.
Beberapa kali dalam setahun Nabi Ibrahim datang melihat keadaan anak istrinya. Ketika anaknya beranjak remaja, Nabi Ibrahim dan Ismail mendapat perintah ALLAH untuk membangun kembali Ka'bah sebagai rumah ALLAH. ALLAH memerintahkan malaikat turun untuk menunjukkan lokasi tepatnya di mana Bait ALLAH tersebut.
Di lembah Bakkah (yang kemudian jadi kota yang disebut Makkah) itu pulalah Nabi Ibrahim mendapat perintah ALLAH untuk menyembelih anaknya, Ismail. Kemudian, ALLAH dengan rahmat-Nya menggantikan Ismail yang akan disembelih itu dengan seekor domba untuk kurban Nabi Ibrahim pada Tuhannya. Ibadah Nabi Ibrahim ini dikekalkan ALLAH hingga kini.
Nabi Ismail beserta ibunya tetap tinggal di Makkah hingga kedatangan kabilah Jurhum (kabilah Arab kuno) ke daerah itu. Nabi Ismail berdakwah pada mereka dan menikahi perempuan dari kalangan Arab asli ini. Lahirlah anak keturunannya yang turun temurun menjadi penjaga Baitullah di Makkah.
Nabi Luth as
Dalam rombongan hijrah Nabi Ibrahim turut serta keponakannya, Luth, yang kemudian diangkat pula oleh ALLAH menjadi rasul-Nya, dan ditugaskan menyampaikan risalah pada penduduk kota Sadum (Sodom). Kota Sadum terletak di tenggara Kan'an, tepat di tempat yang sekarang dinamakan Laut Mati.
Nabi Luth as., menyampaikan dakwahnya pada penduduk Sadum yang banyak berbuat zalim, yaitu berhubungan seksual sejenis, terutama lelaki dengan lelaki. Suatu kekejian yang belum pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya sejak zaman Nabi Adam as., bapak seluruh manusia. Dakwah beliau hanya berhasil menyadarkan sedikit dari penduduk dua kota, yaitu kaum keluarganya. Penduduk yang lain tetap pada kekejiannya, hingga datanglah keputusan Tuhan.
Keputusan Tuhan datang dibawa oleh beberapa Malaikat. Sebelum pergi ke Sadum, mereka terlebih dahulu singgah ke tempat Nabi Ibrahim sambil membawakan berita gembira bahwa Sarah yang belum mempunyai anak akan segera hamil dan anaknya bernama Ishak dan dari Ishak akan lahir Ya'kub. Setelah menyampaikan berita tersebut, para Malaikat segera pergi ke kota Sadum untuk menjumpai Nabi Luth dan menyampaikan kabar bahwa siksaan ALLAH pada penduduk Sadum akan segera tiba dan memerintahkan Nabi Luth beserta keluarganya untuk meninggalkan kota tersebut pada tengah malam dan melarang mereka menoleh ke belakang. Istri Nabi Luth yang sebenarnya kafir dan berpihak pada kaumnya yang zalim melanggar perintah tersebut. Dia menoleh ke belakang dan ikut terkena azab.
Malaikat mengangkat tanah tempat kota itu berdiri, membawanya ke atas, membalikkannya dan menghempaskannya hingga amblas ke dalam bumi, kemudian menghujaninya dengan batu-batu yang terbakar. Saat ini tempat tersebut amblas menjadi daratan terendah di muka bumi, 400 m di bawah permukaan laut digenangi air, disebut Danau Luth atau populer dengan nama Laut Mati. Tidak ada tumbuhan atau hewan yang dapat hidup di situ.
Nabi Ibrahim mendapatkan Kan’an
Kembali pada Nabi Ibrahim as., dalam hijrahnya itu Nabi Ibrahim mendapat anugerah oleh ALLAH berupa tanah di wilayah Kan'an, suatu daerah di barat daya Haran, meliputi daerah di lembah sungai Jordan, suatu tempat berkat. Buminya sangat subur dan indah. Dikuasakan kepada Ibrahim dan keturunannya dengan syarat: mereka (keturunannya) tidak berbuat zalim (aniaya, baik pada Tuhan maupun pada manusia).
Dari Sarah, Nabi Ibrahim memperoleh anak yang dinamakan Ishak seperti perintah ALLAH. Ishak pun kemudian diangkat ALLAH menjadi rasul-Nya. Beliau menggantikan Nabi Ibrahim yang meninggal. Sebagian ulama berpendapat Nabi Ibrahim dimakamkan di Hebron, sebagian berpendapat beliau dimakamkan di Aleppo.
Nabi Ishak kemudian, seperti dijanjikan Malaikat, memperoleh anak yang dinamakan Ya'kub. Ya'kub pun diangkat oleh ALLAH menjadi Rasul-Nya dan bertugas meneruskan risalah kakeknya, Ibrahim as. Nabi Ya'kub inilah yang digelari "Israil" dan anak keturunannya disebut ALLAH sebagai "Bani Israil".
Sebagai catatan, Nabi Ishak juga mempunyai anak (sulung) yang bernama Aishu (Essau). Beliau ini bertubuh tinggi tegap dan ahli berburu. Al Aish menikah dengan anak perempuan Nabi Ismail dan menurunkan bangsa Romawi dan Yunani.
Nabi Ya’kub as
Nabi Ya’kub menikahi dua puteri pamannya, Laban, yang bernama Layya (Lea) dan Rahil (Rachel). Dari Layya Nabi Ya’kub memperoleh anak-anak: Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza (Yahuda, dari nama inilah diambil nama Yahudi), Yasakhir, Zabilun dan Dina (satu-satunya perempuan). Dari Rahil Nabi Ya’kub memperoleh dua putera: Yusuf dan Bunyamin. Setelah melahirkan Bunyamin, Rahil wafat. Beliau juga memperistri budak istri-istrinya: Zulfa dan Balha. Dari Balha Nabi Ya’kub memperoleh Dan dan Naftali. Dari Zulfa beliau memperoleh Jaad dan Asyir. Jadi anak-anak beliau berjumlah 12 laki-laki dan 1 perempuan. Kedua belas anak lelaki inilah cikal bakal dua belas suku besar Bani Israil.
Nabi Yusuf as
Yusuf yang paling tampan dan paling disayang oleh ayahnya menjadi sasaran iri hati sepuluh orang saudara-saudara lelakinya lain ibu (kecuali Bunyamin yang satu ibu dengan Yusuf). Mereka berencana mencelakakan Yusuf. Awalnya mereka berencana membawa Yusuf keluar dan membunuhnya. Tetapi oleh saran Yahudza (yang sebenarnya menyayangi Yusuf), akhirnya mereka mengubah rencana dengan membuang Yusuf ke suatu sumur agar diambil oleh kafilah dagang yang melewati daerah tersebut. Rencana mereka tersebut dilaksanakan dan berhasil. Sebelum pulang mereka mengambil baju Yusuf dan melumurinya dengan darah palsu. Kemudian, pada Nabi Ya’kub as. ayah mereka, dikatakan bahwa Yusuf tewas diterkam serigala. Nabi Ya’kub sangat sedih karena beliau tahu hal tersebut tidak benar. Beliau sebagai nabi tahu bahwa Yusuf dicelakakan saudara-saudaranya. Tetapi beliau bersabar.
Yusuf dibawa oleh kafilah dagang tersebut dan dijual di Mesir. Salah seorang menteri kerajaan Mesir membelinya sebagai budak. Saat itu yang berkuasa di Mesir adalah seorang raja, bukan fir’aun. Ahli sejarah memperkirakan Nabi Yusuf ada di zaman Dinasti Hyksos sedang berkuasa. Setelah Yusuf dewasa, dia pun diangkat Tuhan menjadi rasul-Nya. Setelah itu, datang ujian dari Tuhan. Beliau terkena fitnah dengan Zulaikha, yaitu istri tuannya. Wanita itu menuduh Nabi Yusuf as. mau menodainya. Fitnah tersebut terbukti tidak benar, tetapi Nabi Yusuf tetap dipenjara untuk menjaga kehormatan tuannya.
Di penjara beliau berjumpa dengan dua orang tahanan yang ingin mimpi mereka ditafsirkan. Nabi Yusuf yang memang diberi mukjizat dapat menafsirkan mimpi, dengan tepat dapat menafsirkan mimpi mereka. Tapi beliau masih berada dalam penjara hingga beberapa tahun kemudian sampai raja Mesir yang bermimpi. Nabi Yusuf pun menafsirkan mimpi raja dengan tepat, hingga akhirnya beliau dikeluarkan dari penjara, dimuliakan dan diangkat jadi bendahara negara Mesir. Setelah menjadi bendahara inilah, saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk mencari persediaan pangan karena saat itu sedang paceklik. Mereka yang tak lagi mengenal Nabi Yusuf pun meminta pertolongan pada beliau as. Nabi Yusuf menolong beliau dengan syarat mereka mau membawa adiknya (Bunyamin) ke Mesir. Akhirnya Nabi Yusuf bertemu kembali dengan adiknya. Setelah itu beliau pun meminta saudara-saudaranya membawa ayah dan ibu (tirinya) ke Mesir. Betapa berbahagianya Nabi Ya’kub as. setelah berpisah puluhan tahun dapat bertemu kembali dengan Nabi Yusuf as. Saudara-saudara Nabi Yusuf pun bertaubat pada ALLAH melalui ayah mereka dan ayah mereka pun mau memohonkan ampunan dari Tuhan untuk mereka. Kemudian seluruh keluarga mereka, Nabi Ya’kub, istri-istrinya, anak-anak dan cucu-cucunya pindah ke negeri Mesir, mengikuti Nabi Yusuf as. Inilah asal muasalnya Bani Israil berpindah ke Mesir.
Setelah beratus tahun hidup di Mesir, kekuasaan berpindah. Dinasti Fir’aun kembali dapat merebut kekuasaan dan mengalahkan dinasti para raja Hyksos. Bani Israil yang tadinya hidup mulia sepeninggal Nabi Yusuf, bertukar nasib menjadi budak-budak Fir’aun. Jumlah mereka setelah ratusan tahun telah membesar menjadi ratusan ribu orang. Keadaan terus begini selama beberapa ratus tahun hingga ALLAH mengutus Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. kepada Bani Israil.
Lahirnya Musa as
Nasab: Musa bin Imran bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Ya'qub as. Menjelang kelahiran Nabi Musa as., Fir'aun mendapat mimpi adanya nyala api yang besar dari arah Baitul Maqdis yang menyambar Mesir. Tapi yang terkena hanya penduduk asli Mesir. Bani Israil tidak ada seorang pun yang kena. Fir'aun meminta pendapat para ahli sihir dan ahli nujum, yaitu para penasehat dekatnya. Mereka berkata, akan segera lahir seorang anak lelaki di kalangan Bani Israil yang akan meruntuhkan kerajaan Fir'aun. Hal ini sesuai dengan berita yang berkembang di kalangan Bani Israil dari beberapa nabi mereka bahwa tak lama lagi akan datang seorang rasul yang akan membebaskan mereka.
Fir'aun murka dan memerintahkan agar seluruh anak lelaki Bani Israil yang lahir langsung dibunuh. Terjadilah pembantaian bayi-bayi Bani Israil di Mesir. Tetapi ALLAH-lah yang menjaga Nabi Musa as. Setelah beliau lahir, ibunya mendapat ilham dari ALLAH bahwa bayi tersebut mesti diletakkan dalam sebuah keranjang dan dihanyutkan di Sungai Nil supaya selamat. Ibu Nabi Musa tahu jika hal tersebut sangat berbahaya bagi anaknya. Tetapi ilham itu sangat mendesak hatinya sehingga akhirnya beliau melakukan hal yang nampak mustahil tersebut. Tetapi demikianlah ALLAH menjaga hamba pilihan-Nya. Keranjang berisi bayi Musa tersebut bukannya tenggelam, malah hanyut menuju istana Fir'aun dan --seperti yang telah ditakdirkan ALLAH-- jatuh ke tangan istri Fir'aun: Asiyah. Asiyah langsung menyukai bayi itu dan mencegah Fir'aun membunuhnya. Fir'aun yang sangat teliti tentu tahu bahwa bayi laki-laki itu adalah keturunan Bani Israil. Tetapi dia menuruti istrinya dan memelihara Musa hingga dewasa. ALLAH juga mengatur bahwa Musa hanya mau menyusu pada ibunya sendiri sehingga seluruh keluarganya pun diboyong juga ke istana sebagai pengasuh Musa. Beberapa keajaiban terjadi pada bayi Musa sehingga jiwanya selalu selamat dari pembunuhan. Hal ini menunjukkan Nabi Musa dijaga keselamatannya oleh ALLAH.
Nabi Musa as Hijrah ke Madyan
Ketika dewasa, Musa (belum diangkat menjadi nabi) tidak sengaja membunuh seorang penduduk asli Mesir yang berkelahi dengan seorang Bani Israil. Karena takut pada Fir'aun yang murka, Musa lari keluar Mesir dan sampai di negeri Madyan. Di sana beliau bertemu dengan puteri-puteri Nabi Syu'aib as. yang sedang kesulitan memberi minum ternaknya. Beliau menolong mereka dengan mengangkat batu penutup sumur yang hanya bisa diangkat sepuluh laki-laki. Beliau adalah seorang yang bertubuh tegap dan bertenaga sangat kuat. Akhirnya beliau dipanggil oleh Nabi Syu'aib dan menumpang hidup dengan bekerja pada Nabi Syua'ib. Kemudian Musa dinikahkan dengan puteri Nabi Syu'aib.
Setelah 10 atau 20 tahun bersama dengan Nabi Syu'aib, Musa kemudian diizinkan pergi bersama keluarganya. Mertuanya membekali beliau dengan beberapa ekor kambing untuk diternakkan. Musa dan keluarganya pun melakukan perjalanan. Suatu malam yang gelap gulita, mereka tidak dapat melihat jalan dengan baik. Musa mencoba membuat api, tapi aneh, api tidak mau menyala. Tiba-tiba beliau melihat cahaya api di Gunung Thursina. Beliau menyuruh keluarganya menunggu di situ dan beliau sendiri mendatangi sumber api tersebut.
Nabi Musa berbicara dengan Allah
Ternyata sumber api ada di Lembah Thuwa. Di sana Musa melihat api yang menyala pada suatu pohon yang berwarna hijau, tetapi anehnya pohon tersebut tidak terbakar. Lalu ALLAH berbicara langsung kepada Musa, menyuruhnya melepaskan terompah (karena lembah tersebut suci) dan mendengarkan firman Tuhannya. Di sana Tuhan telah memuliakannya, memilih beliau sebagai seorang rasul-Nya, memerintahkan untuk menyembah-Nya dan mendirikan shalat untuk mengingat-Nya. ALLAH juga menunjukkan dua di antara sembilan mukjizat yang akan digunakan untuk menghadapi Fir'aun, yaitu tongkat yang berubah jadi ular dan tangan beliau yang mengeluarkan cahaya.
Nabi Musa as. kembali pada keluarganya. Saat itu beliau telah mendapat perintah dari Tuhan untuk berdakwah pada Fir'aun. Kemudian beliau memohon kepada ALLAH agar saudaranya dijadikan rasul pula untuk membantunya. ALLAH mengabulkan permohonan tersebut dengan mengangkat Harun menjadi nabi sekaligus rasul.
Nabi musa berdakwah pada Fir’aun
Setibanya di Mesir, Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam menghadap Fir'aun dan menyampaikan kalimat Tuhan padanya dengan lemah lembut, sesuai perintah Tuhan. Mereka meminta Fir'aun menyembah ALLAH. Fir'aun menolak dan berniat mencelakakan Nabi Musa dan Nabi Harun as. Nabi Musa menyela dan beliau menunjukkan dua mukjizat yang dianugerahkan ALLAH, yaitu tongkat yang berubah jadi ular dan tangan yang bercahaya. Fir'aun menuduh Nabi Musa seorang penyihir dan hendak melawannya dengan sihir pula. Maka dikumpulkanlah ahli-ahli sihir terbaik di Mesir untuk melawan Nabi Musa as. Pada waktu yang telah ditentukan, kedua pihak itu bertemu.
Ahli-ahli sihir Fir'aun memulai lebih dulu dengan melempar tali-tali mereka yang langsung berubah jadi ular. Nabi Musa juga melempar tongkatnya yang berubah jadi ular besar yang memakan seluruh ular penyihir-penyihir tadi. Melihat hal tersebut para penyihir itu tahu bahwa yang dibawa Nabi Musa bukan sihir, melainkan mukjizat dari Tuhan. Mereka langsung beriman pada Nabi Musa. Fir'aun yang murka menghukum mereka dengan potong tangan dan kaki secara berseling, tetapi mereka tetap pada keimanannya.
Nabi Musa as kembali ketanah suci
Setelah ahli-ahli sihirnya dikalahkan, Fir'aun bukannya sadar, malah kesombongannya makin menjadi. Bahkan dia meminta menterinya, Haman, untuk membangun satu bangunan pencakar langit dan dia akan naik ke atasnya untuk mencari Tuhannya Musa. Karena itu ALLAH melalui mukjizat Nabi Musa menurunkan bermacam-macam peringatan agar Fir'aun dan pengikut-pengikutnya mau menyembah ALLAH dan taat pada Nabi Musa as.
Pertama ALLAH menurunkan taufan yang merusak segala tanaman dan buah-buahan orang-orang Mesir. Kemudian orang-orang Mesir meminta Nabi Musa berdoa agar azab itu diangkat dan mereka berjanji akan menyembah ALLAH saja. Nabi Musa berdoa, kemudian taufan itu pergi. Tetapi penduduk Mesir tetap pada dewa-dewa sembahannya. Kemudian ALLAH menurunkan belalang. Orang-orang Mesir sangat menderita dengan hama ini. Mereka menghadap Nabi Musa kembali dan minta Nabi Musa berdoa dan mereka berjanji menyembah ALLAH. Setelah hama belalang diangkat ALLAH, mereka tetap kafir seperti sediakala. Demikian berturut-turut ALLAH mengutus kutu, katak dan darah untuk mengazab mereka. Tapi Fir'aun dan orang-orang Mesir pengikutnya tetap kafir. Padahal azab ALLAH itu sangat membuat mereka menderita. Ketika ALLAH utus katak, bukan main banyaknya katak di mana-mana. Kemana pun mereka pergi, pasti ada katak. Kalau mereka hendak makan, pasti ada katak di sela makanannya. Katak terselip di lemari pakaian, di tempat tidur, kamar mandi di jalan-jalan, di mana-mana. Akhirnya ALLAH memerintahkan Nabi Musa keluar dari Mesir dengan membawa seluruh warga Bani Israil bersamanya, kembali ke tanah yang dijanjikan untuk mereka di Kan'an.
Maka Nabi Musa, Nabi Harun as. dan seluruh warga Bani Israil ditambah satu dua orang Mesir yang beriman pada Nabi Musa bergerak malam hari menuju Kan'an. Ketika tahu perkampungan Bani Israil kosong dan mereka pergi dengan membawa semua hartanya, Fir'aun murka dan mengumpulkan tentara dari seluruh penjuru Mesir untuk mengejar mereka. Rombongan besar Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa itu mendekati pantai laut merah ketika mereka menyadari Fir'aun dan pasukannya telah terlihat di belakang mereka. Ada yang mengatakan tentara Fir'aun lebih dari satu juta orang sementara Bani Israil termasuk wanita dan anak-anak sekitar 600 ribu orang. Bani Israil yang terjepit mulai ketakutan. Mereka mulai mengeluh pada Nabi Musa. Tapi Nabi Musa tetap yakin bahwa pertolongan ALLAH sudah dekat.
Pada saatnya, ALLAH mewahyukan pada Nabi Musa agar beliau memukulkan tongkatnya ke air. Tiba-tiba terjadi hal yang sangat luar biasa. Lautan membelah dengan belahan-belahan sebesar gunung dan menciptakan 12 lorong bagi Bani Israil untuk menyeberang. Tiap-tiap suku memiliki jalannya sendiri. ALLAH juga memerintahkan angin bertiup agar dasar laut menjadi kering dan bisa dilalui dengan mudah.
Nabi Musa dan seluruh pengikutnya segera menyeberang. Fir'aun dan tentaranya diam terpaku, menganga melihat mukjizat besar itu. Hal seperti itu belum pernah ada diceritakan dalam legenda-legenda mereka. Fir'aun pun sebagai seorang yang sangat waspada awalnya tidak mau bergerak mendekat ke laut. Setelah seluruh Bani Israil menyeberang, ALLAH mengutus Malaikat Jibril berwujud penunggang seekor kuda betina, mendekati posisi Fir'aun. Kuda Fir'aun, seekor kuda jantan terbaik di Mesir terpancing. Kuda itu berahi melihat kuda betina Malaikat Jibril. Malaikat Jibril memacu kudanya masuk ke laut yang sedang terbelah. Kuda Fir'aun pun ikut masuk. Bala tentara Fir'aun yang melihat kejadian tersebut langsung menyerbu mengikuti Fir'aun. Ketika mereka semua sudah masuk, ALLAH memerintahkan Nabi Musa memukulkan kembali tongkatnya ke laut dan laut itu pun menutup kembali, menenggelamkan Fir'aun dan seluruh tentaranya. Setelah mati, jenazah Fir'aun diangkat kembali oleh ALLAH dan didamparkan di pantai, kemudian ditemukan oleh orang-orang Mesir yang menyusulnya. Selamatnya Bani Israil dan tenggelamnya Fir'aun dan bala tentaranya ini terjadi pada hari Asyura, 10 Muharram. Bani Israil pun memulai hari barunya tanpa kezaliman Fir'aun di bawah pimpinan Nabi Musa as.
Setelah berjalan kembali, mereka bertemu dengan suatu kaum yang menjadikan patung berhala sebagai sembahannya. Maka orang-orang Bani Israil pun menghadap Nabi Musa seraya meminta Nabi Musa membuatkan "tuhan" (berhala) untuk mereka sembah. Padahal mereka baru saja terlepas dari Fir'aun berkat pertolongan ALLAH. Nabi Musa tetap bersabar dan hanya mengatakan mereka itu orang yang tidak mengetahui sifat-sifat Tuhan. Nabi Musa mengingatkan mereka atas pertolongan ALLAH yang baru saja mereka dapatkan.
Semasa di Mesir lebih dari 400 tahun, sebagian orang-orang Bani Israil telah terpengaruh penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang Mesir. Bahkan sebagian mereka (Bani Israil) juga mempraktekkan sihir. Salah satu berhala bangsa Mesir yang utama berbentuk sapi. Karena itulah, mereka meminta Nabi Musa as. membuatkan untuk mereka berhala untuk disembah ketika melanjutkan perjalanan, setelah dibebaskan ALLAH dari cengkeraman Fir'aun. Nabi Musa as. mengecam keras perbuatan mereka itu. Baru saja melihat keajaiban besar berupa terbelahnya lautan, mereka sudah akan menyekutukan ALLAH. Sesungguhnya ini diperbuat oleh sebagian dari mereka yang memang telah terpengaruh paganisme Mesir.
Dalam perjalanan tersebut, ALLAH memanggil Nabi Musa ke Gunung Thursina untuk menerima wahyu langsung dari ALLAH. Nabi Musa digelari "Kalimullah", yaitu orang yang langsung diajak berbicara oleh ALLAH. Nabi Musa meminta Nabi Harun untuk menjaga Bani Israil, sementara beliau sendiri bersama sebagian ulama Bani Israil pergi mendaki Gunung Thursina. Ulama-ulama itu menunggu di lereng gunung, sementara Nabi Musa naik ke puncak yang diselimuti awan. Dari awan tersebut terdengar suara yang menggelegar dan suara terompet yang keras. Semua orang yang diajak Nabi Musa tunduk di kaki gunung itu. Di tengah awan itu ada sinar dari langit. Di bawah sinar itulah Nabi Musa menerima wahyu dari ALLAH yang berisi syariat-Nya untuk umat Nabi Musal. Nabi Musa berada di gunung tersebut selama 40 hari.
Ketika Nabi Musa sedang menerima wahyu itulah Bani Israil membuat sebuah patung anak sapi dari emas. Mereka berbuat itu karena ajakan seseorang yang disebut Samiri. Samiri membujuk mereka untuk membuat patung itu. Setelah jadi, Samiri memasukkan segumpal tanah bekas tapak kaki kuda Malaikat Jibril yang disimpannya sehingga patung tersebut bisa mengeluarkan suara. Setelah itu Samiri mengajak semua orang menyembah patung itu dan mengatakan pada mereka bahwa Nabi Musa lupa, sebenarnya sapi itulah tuhan mereka semua. Para ahli tafsir berpendapat bahwa yang digelari Samiri inilah Dajjal laknatullah yang akan muncul kembali di akhir zaman. Nabi Harun yang melihat peristiwa tersebut mencoba mencegah mereka, tetapi mereka malah mengancam akan membunuh Nabi Harun. Beliau pun tidak dapat berbuat apa-apa selain menunggu kedatangan Nabi Musa.
Setelah 40 hari, Nabi Musa turun sambil membawa lembaran-lembaran Taurat. Begitu melihat Bani Israil telah beralih menjadi penyembah berhala, Nabi Musa amat marah hingga membanting lembaran Taurat yang dibawanya. Kemudian beliau menarik rambut Nabi Harun. Tetapi Nabi Harun mengatakan bahwa beliau telah mencoba mengingatkan, tetapi sebagian Bani Israil tetap menyembah berhala bahkan mereka hampir membunuh Nabi Harun. Nabi Musa memanggil Samiri dan menanyainya. Samiri hanya menjawab bahwa ia mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain, dan bahwa dia telah mengambil segenggam jejak rasul (yang dimaksud jejak kuda Jibril as.) lalu dilemparkan ke patung tersebut. Nabi Musa kemudian mengusir Samiri sambil menjanjikan kelak ada waktunya hukuman Tuhan akan menimpanya. Kemudian Nabi Musa menghancurkan berhala tersebut, membakarnya dan menyebar abunya ke laut.
Orang-orang Bani Israil yang menyembah patung tersebut bertaubat. Kemudian turun wahyu dari ALLAH mereka harus membunuh dirinya sebagai syarat diterimanya taubat mereka. Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa yang tidak ikut penyembahan berhala itu harus membunuh para penyembah berhala. Setelah para penyembah berhala dihabiskan, Bani Israil melanjutkan perjalan ke Baitul Maqdis.
Sesampainya di Baitul Maqdis, mereka menemukan bahwa tanah yang dijanjikan itu dikuasai oleh suku-suku Hitsan, Fazar dan Kan'an yang menyembah berhala. Orang-orang yang mendiami daerah Baitul Maqdis ini memiliki tubuh yang besar dan kuat. Turun wahyu dari ALLAH pada Nabi Musa agar beliau bersama Bani Israil menyerbu kota tersebut dan menguasainya. Tuhan telah menjanjikan kemenangan pada Bani Israil atas tanah yang dijanjikan itu. Selain Nabi Musa orang-orang shalih di antara mereka juga mengingatkan, yaitu Yusya' bin Nun (Joshua) dan Kalib bin Yaufana.Tetapi orang-orang Bani Israil menolak. Tapi Bani Israil tetap degil. Bahkan mereka mengatakan perkataan yang masyhur, "Kau saja, Musa, yang berperang berdua dengan Tuhan-Mu. Kami akan menunggu di sini." Sungguh luar biasa kata-kata ini sehingga Nabi Musa dan Nabi Harun langsung sujud memohon perlindungan Tuhan sedang Yusya' dan Kalib dengan sedih merobek baju mereka sebagai tanda dukacita.
ALLAH marah atas perbuatan Bani Israil pada Diri-Nya dan rasul-Nya. Maka Dia menyesatkan Bani Israil di Padang Tih (gurun pasir Sinai) selama 40 tahun. Walhal sebelum itu Baitul Maqdis yang dijanjikan sudah berada di depan mata. Maka Bani Israil pun mengembara di padang pasir yang panas selama 40 tahun. Nasib baik, di antara mereka masih ada rasul-rasul dan orang-orang shalih. Selama masa pengembaraan inilah banyak terjadi peristiwa berkaitan dengan Bani Israil yang dimuat dalam Al Quran dan hadis.
Padang Tih
Bani Israil pun mengembara di padang tandus--Padang Tih itu--sebagai akibat kesombongan mereka. Tapi karena kasih sayang ALLAH, berkat dari adanya para rasul dan orang-orang shalih di antara mereka, bantuan ALLAH pun senantiasa tercurah. Ketika mereka kehausan, ALLAH mewahyukan pada Nabi Musa untuk memukul batuan dan terpancarlah dua belas mata air untuk tiap suku Bani Israil. Mereka pun minum di situ. Ketika mereka lapar, mereka meminta pada Nabi Musa agar ALLAH menganugerahkan makanan. Maka ALLAH pun mengirimkan Manna dan Salwa.
Manna adalah sejenis makanan berwarna putih yang manis seperti madu. Ketika Bani Israil bangun pagi hari, mereka mendapati Manna sudah menempel di pepohonan dan batuan. Mereka tinggal mengambilnya. Cuma-cuma. Barang siapa mengambil lebih dari keperluan, Manna itu akan cepat membusuk.
Salwa adalah burung-burung jinak sejenis burung puyuh yang sangat jinak. Salwa selalu datang ke kemah-kemah Bani Israil pada siang hari menjelang sore. Daging Salwa itu sangat gurih dan mudah ditangkap. Tiap sore burung Salwa yang turun mencapai ribuan ekor sehingga Bani Israil tidak pernah merasakan kelaparan.
Beberapa lama kemudian, sebagian Bani Israil merasa bosan pada pemberian Tuhan itu. Mereka meminta Nabi Musa agar memohon pada Tuhan supaya Tuhan menurunkan sayur-sayuran dan kacang-kacangan. Nabi Musa marah dan heran, mengapa mereka sanggup mengganti nikmat Tuhan itu dengan barang-barang yang nilainya rendah. Beliau pun menegur umatnya dengan keras.
Qarun
Suatu ketika Nabi Musa harus menghadapi seorang yang kafir dan sombong di kalangan Bani Israil. Namanya Qarun. Dia adalah sepupu Nabi Musa. Qarun ini sangat kaya, bahkan kunci-kunci gudang hartanya pun mesti dipanggul oleh segolongan orang perkasa. Qarun sangat sombong dengan kekayaannya. Kesombongannya selain disebabkan oleh perasaannya bahwa dialah yang mengusahakan sendiri kekayaan tersebut --dan bukan Tuhan-- juga karena sebagian kaum Bani Israil memandang kekayaannya dengan perasaan kagum dan sering membicarakannya. Bahkan bermimpi ingin seperti Qarun.
Qarun sebenarnya sudah dinasehati oleh orang-orang shalih Bani Israil, tapi dia terlalu tinggi hati untuk mendengarnya. Terakhir, Nabi Musa menasehatinya. Tetapi ia tak mau mendengar. Setelah beberapa kali dinasehati, ia malah berusaha memfitnah Nabi Musa. Dia menyewa seorang perempuan untuk mengaku bahwa Nabi Musa pernah berbuat tidak senonoh dengan perempuan tersebut. Sampai di situ, Nabi Musa pun memohon perlindungan pada Tuhan. Tuhan pun memerintahkan bumi agar tunduk pada Nabi Musa. Nabi Musa memukulkan tongkatnya dan bumi terbelah, menelan Qarun dan seluruh harta kekayaannya. Para pengagum Qarun pun menyesal, dan bersyukur tidak ikut tertelan bumi.
Sapi Betina
Suatu ketika, Bani Israil menghadapi suatu perkara pembunuhan. Pembunuhnya tidak diketahui. Yang terbunuh adalah seorang tua yang cukup kaya. Tiba-tiba pada suatu pagi orang tersebut mati terkapar di depan pintu seorang Bani Israil. Karena peristiwa tersebut, hampir terjadi perang saudara. Kemudian mereka mendatangi Nabi Musa. Nabi Musa pun memohon pada ALLAH agar membuka rahasia pembunuhan itu. Maka ALLAH mewahyukan pada Nabi Musa agar mereka menyembelih seekor sapi betina. Mereka tersinggung dengan itu karena mengira bahwa Nabi Musa mau memperolok mereka sebab suatu masa dulu mereka pernah menyembah anak sapi. Maka mereka pun bertanya pada Nabi Musa, sapi betina yang bagaimana. Setelah dijawab oleh Nabi Musa (dengan wahyu dari ALLAH), mereka bukannya langsung melaksanakannya, tetapi malah bertanya warna sapi tersebut. Maka turun jawaban dari ALLAH tentang warnanya yang sangat jarang terdapat pada seekor sapi. Tapi karena malas, mereka bertanya lagi tentang hakikat sapi tersebut. Setelah diterangkan hakikat sapi tersebut, hampir saja mereka tidak menemukannya. Hanya ada satu sapi seperti itu di seluruh negeri dan mereka harus membayarnya dengan sangat mahal, yaitu emas seberat kulitnya.
Kemudian sapi itu disembelih. Nabi Musa memukulkan sebagian tubuh sapi itu pada mayat orang tua yang terbunuh. Mayat itu terbangun, memberitahukan siapa pembunuhnya dan kemudian mati kembali. Hampir saja Bani Israil tidak dapat menjalankan perintah Nabi Musa tersebut. Demikianlah, seandainya dari awal Bani Israil langsung mengerjakannya, mereka akan mendapatkan kemudahan karena tidak ada persyaratan tertentu dari ALLAH.
12 Suku
Nabi Musa mengangkat ketua-ketua untuk tiap suku Bani Israil. Yashur bin Shudai'ur untuk suku Rubail. Syalumai'il bin Huraisyada untuk suku Syam'un. Nahsyun bin Aminadzab untuk suku Yahudza. Nasya'il bin Shau'ir untuk suku Yasakhir. Yusya' bin Nun untuk suku Yusuf as. Jamliyail bin Fadahshur untuk suku Misya (suku Zabilun). Abidan bin Jad'un untuk suku Bunyamin. Ilyasaf bin Ra'wayl untuk suku Jaad. Faj'ai'il bin Akran untuk suku Asyir. Akhya'zar bin Amsyada untuk suku Dan dan Al Bab bin Hailun untuk suku Naftali.
Suku Lawi (suku Nabi Musa dan Harun) tidak tersebut di atas karena mereka bertugas menjaga kubah Bani Israil yang di dalamnya ada tabut Bani Israil. Kubah ini sudah ada semenjak sebelum penyembahan mereka pada anak sapi. Kelak, setelah mereka menguasai Baitul Maqdis, kubah ini diletakkan di lokasi Baitul Maqdis yang dibangun oleh Nabi Ya'kub as. Dan inilah kiblat para Nabi hingga datangnya perintah pada Rasulullah saw. untuk memindahkan kiblat ke Baitullah di Makkah.
Sekilas Tentang Tabut
Tabut Bani Israil adalah suatu peti dengan panjang dua setengah hasta, lebar dua hasta, dan tinggi satu setengah hasta. Pintunya berlapis emas murni. Dalam tabut inilah lembaran-lembaran Taurat disimpan. Saat ini tabut Bani Israil itu hilang. Diceritakan bahwa tabut itu akan ditemukan kembali oleh Imam Mahdi pada akhir zaman, di sekitar daerah Antiokia.
Meninggalnya Nabi Harun dan Nabi Musa
Setelah beberapa tahun berada di Padang Tih, Nabi Harun wafat. Bani Israil sempat memfitnah Nabi Musa bahwa beliaulah yang membunuh Nabi Harun. Tapi ALLAH membela Nabi Musa dengan menurunkan jasad Nabi Harun dari langit. Setelah 40 tahun bersama Bani Israil di Padang Tih, wafatlah Nabi Musa. Nabi Musa berdoa pada ALLAH agar beliau wafat di dekat Baitul Maqdis dan ALLAH mengabulkannya.
Menduduki Baitul Maqdis
Penerus kerasulan Nabi Musa adalah Yusya' bin Nun. Beliaulah yang meneruskan kepemimpinan terhadap Bani Israil hingga Bani Israil berhasil menduduki Baitul Maqdis.
Bersama Nabi Yusya', Bani Israil berhasil menyeberangi Sungai Jordan dan langsung mengepung Baitul Maqdis. Nabi Yusya' mengepung kota tersebut selama enam bulan. Pada suatu hari Jumat di mana kemenangan sudah hampir diperoleh, matahari hampir terbenam dan waktu akan masuk ke hari Sabtu, hari ibadah yang disyariatkan untuk Bani Israil karenanya mereka dilarang berperang. Nabi Yusya' pun berdoa dan ALLAH menahan matahari hingga Nabi Yusya' dan Bani Israil berhasil menduduki Baitul Maqdis.
No comments:
Post a Comment