Seorang anak lima tahunan tampak dikelilingi balon-balon yang berserakan di lantai. Sesekali ia berusaha melempar salah satu balon ke atas, tapi balon itu tak mau terbang. Setelah sampai di puncak ketinggian, balon pun balik lagi ke lantai.
Mendapati kekecewaan itu, sang kakak pun menghampiri. “Kamu ingin balon-balonmu itu terbang?” ucap sang kakak kepada adiknya.
Sang adik pun mengangguk penuh semangat. “Tapi, bagaimana caranya, Kak?” tanya sang adik kemudian.
Sang kakak mengambil sehelai kain yang terbuat dari wol. Ia menggosok-gosok balon sebentar, dan di luar dugaan sang adik, balon yang digosok itu pun terbang menuju langit-langit rumah. Begitu seterusnya, hingga tak satu pun balon yang berada di lantai.
“Apa balon-balon itu akan lama di atas sana, Kak?” tanya sang adik sambil mendongak menatapi balon-balonnya.
“Tidak. Ia hanya sebentar menempel di langit-langit, kemudian turun lagi ke lantai,” jawab sang kakak.
“Apa balon-balon itu bisa terbang jika di luar sana?” tanya sang adik lagi.
”Adikku, balon-balon itu hanya terbang dan menempl di langit-langit rumah kita, untuk kemudian turun lagi,” jawab sang kakak sambil senyum.
”Kenapa begitu, Kak?” sergah sang adik memperlihatkan rasa ingin tahunya.
”Karena kakak hanya menggosok-gosok saja, bukan mengisinya dengan gas yang bisa menerbangkannya di luar sana,” jelas sang kakak yang mengundang anggukan kepala sang adik.
***
Dalam dunia pendidikan dan organisasi di sekitar kita, tidak jarang didapati cara instan ’menerbangkan’ para murid dan kader ke puncak prestasi. Dengan sedikit menggosok-gosok, mereka pun melesat ke atas.
Sayangnya, puncak prestasi yang mereka capai hanya sebatas menempel di langit-langit rumah. Bukan di udara lepas nan luas.
Seperti yang diucapkan sang kakak kepada adiknya, untuk bisa menerbangkan balon prestasi murid dan kader ke langit luas, tidak cukup hanya digosok-gosok. Tapi, mesti benar-benar diisi. (muhammadnuh@eramuslim.com)
No comments:
Post a Comment