Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (QS. Yunus [10] : 62-63)
Air mengalir menetes lembut sedikit tetapi tetap terus-menerus istiqamah, maka akan membuat batu berlubang. Sikap istiqamah yang berjalan lurus teguh berkesinambungan tanpa berpaling ke kiri maupun ke kanan, akan membawa kekuatan dan mengundang karamah. Orang-orang yang penuh keyakinan dan istiqamah adalah ciri utama para kekasih Allah. Para kekasih Allah itu akan memiliki banyak kemuliaan.
Diantaranya yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat [41] : 30)
Orang yang istiqamah itu haqqul yakin Allah akan menurunkan malaikat, dan berbuah pula berupa kedudukan berderajat kekasih Allah. Dalam situasi apa pun, walau jiwa taruhannya, batinnya senantiasa tetap tenang. Memang aneh, tapi ini sebuah hal yang nyata. Tenang itu tidak bisa diminta, dibeli, bahkan dirampok. Tenang itu miliki Allah.
Orang yang istiqamah bukan hanya dirinya, bahkan keluarganya Allah lindungi dan urus. Bila kita berjumpa dengan orang-orang seperti mereka, tampak senantiasa tenang jernih dalam segala kondisi. Sebagaimana halnya sudah diperlihatkan oleh Rasulullah saw dan orang-orang yang dicintai Allah. Tidak ada takut pada selain Allah SWT, dan tidak berduka apabila mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sabagai konsekwensi dari keimanannya,. Jadi bagi dirinya dunia akhirat mantap.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46] : 13-14)
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah, beliau berkata, Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang lain setelahmu.“ [dalam hadits Abu Usamah dikatakan, "selain engkau"]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.”
Istiqamah itu pasangannya dengan yakin. Kalau orang sudah mendapatkan karunia keyakinan kepada Allah, kemudian ia istiqamah dalam keyakinan dan amal dan keikhlasannya, maka ia bisa mendapatkan derajat kekasih Allah. Dunia berikut isinya tidak ada apa-apanya lagi bagi dirinya. Lalu bagaimana caranya agar kita mendapatkatkan sifat kedudukan istiqamah?
Orang yang istiqamah awalnya jiwanya juga harus benar-benar bersyahadat. Jika kualitas syahadatnya tinggi, insya Allah lebih mudah untuk istiqamah. Syahadatnya yang benar-benar, tandanya hatinya tidak menuhankan apa pun selain Allah. Dia berkeyakinan bulat, tiada yang menciptakan selain Allah, tidak ada yang mengurus selain Allah, tidak ada yang mengangkat derajat selain Allah, tidak ada yang mencukupi selain Allah, tidak ada yang memuliakan selain Allah, tidak ada yang membahagiakan selain Allah, pokoknya tidak ada nikmat apa pun, kecuali dari Allah. Kalau sudah bulat hatinya kepada Allah, maka makhluk tidak menjadi sandarannya, harta hanya sekadar tempelan duniawi, kedudukan sekadar aksesoris, popularistas tidak ada apa-apanya, hal-hal duniawi tersebut malah diorientasikan untuk kepentingan akhirat.
Namun, jika orang sudah beramal bukan karena Allah, maka gampang berhenti amalnya. Beramal ingin dipuji makhluk maka bisa berhenti amalnya, ketika tidak ada yang memujinya. Kalau beramal hanya ingin jodoh, maka bisa berhenti ketika jodoh didapatnya, atau juga tidak dapat-dapat saja jodohnya. Bila beramal ingin lunas hutang, maka ketika hutang lunas, amalnya juga bisa lunas, alias tidak beramal lagi. Oleh karenanya setiap orang yang hatinya menganggap selain Allah bisa memberi nikmat, karunia, maka berarti amalnya ditujukan untuk sesuatu selain Allah, maka ia akan sulit untuk istiqamah.
Padahal ‘sesuatunya’ itu bisa berhenti juga, bisa berhenti memperhatikan, bisa berhenti memberi, atau berhenti hidupnya.
No comments:
Post a Comment