visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Tuesday, July 12, 2011

THULUL AMAL (PANJANG ANGAN-ANGAN)


Thulul amal ialah panjang angan-angan atau pengkhayal. Sadarilah kalau panjang angan-angan itu sangat berbahaya terhadap keadaan hati. Jika hati seseorang sudah diserang penyakit ini, maka sudah cacatlah ia. Panjang angan-angan ialah suatu penghalang terhadap semua kebaikan dan amal taat. Disamping itu thulul amal hanya akan mendatangkan kejahatan dan fitnah saja. Penyakit ini akan menjerumuskan bagi orang yang sudah terserang hatinya.

Adapun akibat Thulul amal ialah :

1. Bermalas-malasan menjalankan amal taat

Salah satu dari sekian banyak akibat yang ditimbulkan Thulul amal diantaranya ialah malas menjalankan amal taat. Oleh karena angan-angan yang panjang maka untuk berbuat kebaikan, beramal ibadah, mengerjakan perintah Allah ditunda-tunda. Hal ini karena kita beranggapan, besok masih ada waktu. Kalau kita terbiasa menunda-nunda dan menangguhkan mengerjakan amal taat, maka apa jadinya. Padahal dikatakan, sesungguhnya kebanyakan jerit tangis penghuni neraka adalah dari orang yang biasa menangguhkan amal. Orang yang terbiasa menunda-nunda amal taat tak henti-hentinya merasa berat untuk mengerjakan kebaikan, terus ditunda dan ditunda. Sampai akhirnya ia tak berkesempatan sama sekali karena keburu habis usianya. Kalau sudah habis usianya dan pintu taubat tertutup maka tinggallah penyesalan. Tinggallah badan ini menanti untuk menerima siksa dari Allah.

Jika hati sudah berpenyakit Thulul amal (panjang angan-angan) ini, maka ada perasaan berat untuk berbuat baik dan bertaat kepada Allah. Lalu menganggap ringan syariat agama. Katanya dalam hati, agama tidak memberatkan. Sekarang tidak bisa melakukan kebaikan pun tak apa-apa, besok masih boleh dan ada waktu. Hari ini ia berjanji dalam hati kalau besok pasti akan menjalankannya(mengerjakannya). Namun esoknya lagi, ia merasa berat. Kemudian menunda lagi dan menunda lagi.

Seperti halnya orang yang mempunyai hutang berpuasa. Ia berjanji dalam hati kalau habis puasa ramadhan akan mengerjakannya untuk melunasi hutangnya. Namun niat itu hanya niat belaka. Ia selalu menunda-nunda,mencari saat yang tepat. Akhirnya bulan puasa datang lagi dan ia belum sempat melunasi hutang puasanya yang tertinggal. Naudzubillah !

Begitu juga orang yang kaya dan panjang angan-angan, ia selalu menunda-nunda atau menangguhkan amal kebaikannya dalam bersedekah. Ketika ia tidak punya/miskin, ia berkata dalam hati : “ Ya Allah , berilah aku rejeki. Seandainya aku punya rejeki dan nasibku sedikit baik dari yang sekarang, aku akan mengambil sebagian rejeki itu untuk kusedekahkan”. Lalu suatu ketika ia mendapatkan rejeki yang lancar sehingga keadaan hidupnya menjadi agak lebih baik. Apa yang dia lakukan atas janjinya itu ? ternyata ia menangguhkan untuk mengeluarkan sedekah. Katanya dalam hati, “ besok saja kalau hartaku agak lumayan dari yang sekarang, pasti aku akan mengeluarkan sedekah”. Lalu hartanya ditambah lagi oleh Allah sehingga lebih lumayan dibandingkan. Tapi ia tetap tangguhkan janjinya itu. Dari hari ke hari dan bulan berganti tahun. Usianya semakin lama semakin habis dan akhirnya ia meninggal. Janjinya untuk tidak bersedekah tidak pernah dilaksanakan, karena ia berpanjang angan-angan. Semoga hati kita tidak dihinggapi penyakit ini.

Begitu juga orang yang disaat menderita sakit keras, ia berdo’a kepada Allah : “ Ya Allah, berilah kesembuhan atas penyakitku. Jika aku sembuh pasti akan menjalankan amal taat kepadamu”. Lalu ia disembuhkan dari penyakitnya. Namun ia tak mengerjakan amal taat. Sebenarnya ia tak lupa dengan janjinya, hanya karena terus menangguhkan amal beribadah.

Sungguh beanr apa yang dikatakan oleh Syekh Dawud Atho’ bahwa barang siapa takut ancaman siksa, pasti yang jauh menjadi dekat dan barang siapa panjang angan-angannya, pasti akan buruk amalannya. Kemudian Sayid Yahya bin Muad ar Rozi pun berkata, “Berangan-angan itu memutuskan setiap kebaikan, tama’ ! (rakus) mencegah kebaikan, sabar akan membawa kemenangan, dan nafsu akan mengajak pada kejahatan”.

2. Menunda waktu bertaubat

Thulul amal menyebabkan seseorang menangguhkan taubat. Ini sangat berbahaya sekali dan dapat mencelakakan. Karena itulah Thulul amal disebut sebagai penyakit hati. Janganlah kita menunda-nunda untuk bertaubat. Segerakanlah taubat jika habis melakukan perbuatan maksiat. Jangan mengulur waktu, dan jangan beranggapan besok hari masih panjang. Besok masih ada kesempatan untuk bertaubat. Hal yang demikian ini adalah suatu penyakit hati yang hanya akan mencelakakan diri.

Orang yang sudah berpenyakit thulul amal selalu beranggapan, soal taubat nanti saja. Sebenarnya ia sudah tahu ilmunya untuk bertaubat. Oleh karena anggapanya yang keliru, sehingga panjanglah angan-angannya. Kemudian ia tidak menyegerakan bertaubat. Katanya kau masih muda, besok kalau mendekati ajal saja aku bertaubat. Sekarang tak menjadi soal untuk berbuat maksiat. Toh Tuhan akan mengampuninya jika nanti sudah tua usia kemudian bertaubat.

Anggapan yang sungguh menyesatkan diri sendiri. Karena thulul amal sudah menguasai hatinya, maka ia mempunyai pikiran kalau usianya masih lama, umurnya masih panjang. Padahal apakah tahu kalau ajal itu dekat. Ia tak pernah berpikir, bagaimana kalau nanti malam malaikat maut merenggut nyawanya dan ia belum sempat bertaubat. Namun jika mati mendadak, celakalah ia. Orang yang panjang angan-angan, belum sempat bertaubat tetapi maut telah merenggutnya, maka ia akan berkata : “ Ya Tuhanku, mengapa engkau tidak mengundur saat kematianku, sampai pada waktu yang dekat, sehingga aku masih sempat bertaubat dan bersedekah dan aku termasuk orang yang shalih.

Sesungguhnya Allah tak akan mengundur maupun menangguhkan ajal seseorang. Meskipun orang itu belum sempat bertaubat, ia akan mati jika Allah menghendaki. Firman Allah, “ Dan tidaklah Kami telah memanjangkan umurmu dengan waktu yang cukup untuk berpikir bagi yang mau berpikir, dan (tidaklah) telah datang kepadamu pemberi peringatan ? Maka kini rasakanlah olehmu!”.

Jadi, orang yang menangguhkan taubat, jika hendak mati sekarat seolah-olah ia berkata usianya dipanjangkan. Namun tak ada dispensasi dari Tuhan. Akhirnya ia keluar dari dunia mati dalam keadaan berlumur dosa, karena tidak sempat bertaubat. Kesedihan dan penyesalan tak kunjung berakhir.

Janganlah kita berkhayal, jangan berangan-angan dan pendekkanlah angan-anganmu, jadikanlah kematian itu dekat di depan pelupuk matamu. Jadikanlah angan itu dibelakangmu. Kalau sudah demikian, maka hati tergerak untuk segera minta ampun. Selagi masih muda, marilah kita beramal taat dengan tekun dan rajin. Selagi masih muda, perbanyaklah untuk bertaubat, jangan menunda-nunda kesempatan. Kematian itu tidak mengenal usia tua atau muda. Jika kita merasa mempunyai dosa kepada Allah, maka marilah memohon ampunan kepada Allah . Jika kita merasa berdosa kepada sesama manusia, segeralah minta maaf, jangan menunggu waktu besok atau lusa.

Taubat itu hukumnya wajib bagi kita semua. Maka janganlah ditangguh-tangguhkan. Bila kita berdosa kepada Allah maka hal-hal yang harus diperhatikan ialah :

1. Janganlah menangguhkan untuk berhenti dari perbuatan dosa itu (menyegerahkan berhenti)

2. Menyegerahkan penyesalan kepadaNya atas perbuatan maksiat tersebut

3. Menanamkan tekat yang bulat untuk tiidak mengulangi perbuatan itu kembali.

Taubat adalah jalan menuju keselamatan serta menuju jalan yang benar, untuk berhenti dari dosa dan kembali kepada Allah. Demikianlah uraian tentang taubat,agar kita mau merenungkan dan berpikir untuk kembali ke jalan yang benar. Dengan begitu kita tak lagi menangguhkan kesempatan untuk segera bertaubat. Semoga Allah tetap memberi petunjuk kepada kita.

3. Menumpuk Harta dan Jatuh Cinta kepada Dunia

Selain malas beribadah dan malas bertaubat, sesungguhnya thulul amal itu akan menjadikan hati kita jatuh cinta kepada dunia. Lalu timbul kegemaran untuk menumpuk harta kekayaan. Sebenarnya hal yang demikian itu sangatlah merusak amal ibadah. Sebab kalau orang sudah gemar menumpuk harta benda dan mengejar kesenagan dunia saja, pastilah hatinya telah dikotori oleh penyakit. Akhirnya jauh dari Allah dan hidayahNya.

Orang yang panjang angan-angan thulul amal ini hatinya tak pernah tenang. Setiap waktu selalu diramaikan dengan rencana-rencana bagaimana caranya mendapatkan harta dengan mudah dan jumlahnya banyak. Bagaimana jika usahanya gagal, rugi dan lain sebagainya. Akhirnya ia tak sadar, bahwa dirinya semakin jauh dari agama,semakin jauh dari mengingat akhirat.

Setiap saat hatinya tak pernah dipakai untuk memikirkan kepentingan Akhirat, namun digunakan untuk memikirkan rejeki dan rejeki belaka. Dalam hatinya keluar masuk rencana dan khayalan bagaimana bisa menumpuk harta benda untuk bekal di hari tua. Sesungguhnya pemikiran yang demikian ini hanya akan membuat dirinya dekat dengan keserakahan, tamak dan kikir. Jika dirasakan rejekinya agak kering, maka pikiran was-was mengganggu hatinya. Apa yang kumakan besok pagi, apa yang kubuat keperluan, apa yang kupakai dan lain sebagainya. Jika hartanya banyak, pikirannya pun sibuk dengan rasa takut, bagaimana kalau dicuri orang, dirampok orang, terbakar, banjir dan semua miliknya hilang lenyap. Apa jadinya jika miskin.

Itulah orang yang suka menghayal, selalu dihantui perasaan was-was dan ragu-ragu. Tak ada kepastian dalam hidupnya. Bila ia pengangguran, khayalannya setinggi langit dan semuanya hanya soal dunia, harta dan uang belaka. Bila kebetulan ia dikaruniai rejeki yang banyak oleh Tuhannya, maka ia takut kalau kalau rejeki dan harta yang sudah terkumpul itu cepat habis. Hatinya bimbang dan selalu khawatir. Karenanya, lalu timbul kikir kepada sesamanya. Ia enggan mengeluarkan harta kekayaannya walaupun sebagian kecil saja untuk sedekah.

Oleh karena itu, jagalah hati kita agar tidak terkena penyakit thulul amal ini. Agar usia kita tidak sia-sia hanya karena sibuk dan tenggelam dalam perasaan bimbang saja. Abu Dzar ra berkata, “Aku telah dibunuh oleh kebimbangan hati meskipun aku belum sampai kesana”. Lalu ada orang bertanya, “Apa maksudnya Abu Dzar ?”. Dijawabnya, “Karena angan-angan ku melampaui ajalku”.

4. Lupa Kematian dan Alam Kubur

Keburukan lainnya yang ditimbulkan dari thulul amal ialah hati jadi keras membatu yang kemudian membuat dirinya lupa akhirat. Orang yang suka menghayal biasanya khayalannya melampaui kematiannya, seperti yang telah disinggung Abu Dzar tadi. Khayalannya panjang, membayangkan akan bisa hidup berpuluh-puluh tahun lagi. Angannay mengatakan, kalau aku berusia sekian puluh tahun nanti, aku harus begini dan begitu. Akhirnya karena angannya yang melambung jauh, lalu ia lupa bahwa kematian itu datangnya tak disangka-sangka.

Penyebab hati yang keras itu ialah karena angan melambung tinggi dengan pikiran yang selalu sibuk dengan urusan duniawi yang kita anggap penting, lalu terbiasa mendengar dan membicarakan cerita-cerita kenikmatan dunia. Dan sebaliknya, lunaknya hati itu disebabkan kita rajin mengingat akan maut dan kubur, mengingat pahala dan siksa,mengingat hal-hal yang berhubungan dengan akhirat

Oleh sebab itu wahai saudaraku, dalam kesendirian, hendaknya kita koreksi diri sendiri. Masihkah diri kita mempunyai kebiasaan berpanjang angan-angan ? Masihkah kita merasa bahwa kematian itu masih jauh, masih lama ? kalau memang benar demikian, segeralah sadar dan beristighfar kepada Allah. Sebab jika seseorang sudah merasa bahwa kematiannya itu masih lama, maka amal taatnya pasti berkurang kadarnya. Bahkan taubatnya pun terlambat, namun maksiatnya lebih banyak dikerjakan, keserakahan lebih akrab dengan dirinya, hatinya keras bagaikan batu, besar kelalaiannya, akibatnya sama sekali lupa dengan akhirat. Naudzubillah ! penyebab semua itu intinya hanyalah karena panjang angan-angan atau thulul amal belaka.

Sebaliknya, jika kita tidak thulul amal,serta merasa diri lebih dekat dengan maut dan selalu ingat sanak saudara yang mati mendahului kita, maka barangkali kita adalah orang yang mempunyai hati terpelihara.

Jika kita mengetahui dengan jelas tentang ajal, keadaanya dan perjalanannya, maka tentu kita akan benci terhadap hayalan ( thulul amal ). Oleh sebab itu ambillah kesempatan dalam hidup ini sebaik-baiknya. Sebab hari ini esok sudah terlepas. Waktu yang telah berlalu tak akan terrulang kembali, bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya ; tak mungkin bisa ditarik kembali.

Oleh sebab itulah maka janganlah kita menghabiskan perhatian hanya terpusat pada masalah rejeki saja, sebab mungkin saja tiba-tiba kita tak membutuhkannya lagi karena keburu mati. Jika disaat kita bimbang dan memikirkan rejeki saja tak beramal taat/tak berdzikir kepada Allah lalu tiba-tiba kita menemui ajal, berarti waktu yang kau nikmati menjelang ajalmu itu sia-sia saja, berarti kita membuang-buang waktu. Maka pikirkanlah, buat apa kita berpikir soal rejekii hanya satu hari atau hanya satu jam saja, sedangkan waktu selebihnya kita telah tinggalkan dunia.

Apabila senantiasa membiasakan ingatan seperti itu, pastilah kita tak akan berpanjang-panjang khayalan. Dengan izin Allah, maka kita akan merasakan dan melihat disi sendiri segera melakukan taubat. Kalau sudah demikian kita akan terbebas dari kemaksiatan. Lalu timbullah Zuhud kepaa dunia dan semua isinya. Kelak di hari kiamat, siksaan akan terkurangi.

Marilah kita mengoreksi diri sendiri dalam masalah yang sangat berbahaya ini. Sebab jika kita berhasil menghindari thulul amal, maka kita akan selamat dari hal-hal yang telah diuraikan diatas



No comments:

Post a Comment