visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Tuesday, July 5, 2011

MEMBONGKAR KEBOBROKAN KAUM MUNAFIQIN


Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.

Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Dalam kesempatan yang mulia ini akan kami kemukakan betapa bahayanya kaum munafiqin terhadap Islam dan Ummat Islam. Makar-makar dan kejahatan mereka telah dibongkar oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an, di antaranya agar Ummat Islam berwaspada. Di antaranya Allah berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ [المجادلة/14]

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan pula dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui.” (Al-Mujadilah: 14).

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah Ta’ala berfirman dengan mengingkari munafiqin dalam bertemanan di dalam batin dengan orang-orang kafir, sedangkan mereka (munafiqin) pada perkaranya itu sendiri tidak bersama kafirin dan tidak pula bersama mukminin. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا [النساء/143]

“Mereka (munafiqin) dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-Nisaa’: 143).

Dan Allah berfirman di sini:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman?” yakni orang-orang Yahudi yang dijadikan pemimpin dan teman akrab oleh orang-orang munafiq dalam batinnya.

Kemudian Allah berfirman:

مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ

“Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan pula dari golongan mereka.”

Artinya mereka yang munafiq itu sebenarnya bukanlah termasuk golonganmu wahai orang-orang yang beriman, dan tidak pula termasuk orang-orang yang mereka jadikan pemimpin/ teman akrab yaitu orang-orang Yahudi. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4, hal 394).

As-Suddy dan Muqatil berkata: “Ayat ini turun menyangkut diri Abdullah bin Ubay bin Salul dan Abdullah bin Nabtal, dua orang munafiq. Salah seorang di antara keduanya duduk-duduk bersama Nabi SAW, kemudian ia melaporkan ucapan beliau kepada orang-orang Yahudi. ( Al-Qahthany, Al-Wala’ wal Bara’, hal 148).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, perlu diketahui, orang munafiq adalah orang yang menampakkan dirinya sebagai orang beriman, namun sebenarnya memendam kekafiran dan rasa benci terhadap Islam di dalam hati. Orang munafiq itu sangat membahayakan, sehingga aneka sifat buruk mereka dan kecaman Allah dituangkan dalam berbagai surat. Bahkan ada surat khusus yang dinamai Surat Al-Munaafiquun.

Mereka di akherat nanti akan berada di tingkatan paling bawah dari neraka, sebagaimana firman Allah:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا [النساء/145]

Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisaa’/4 : 145).

Muhammad bin Sa’id bin Salim Al-Qahthany dalam kitabnya, Al-Walaa’ wal Baraa’ fil Islaam berkomentar: “Orang-orang kafir dan yang menampakkan permusuhannya terhadap Islam justru lebih ringan siksanya daripada orang-orang munafiq, karena orang kafir berada di tingkat lebih tinggi dalam neraka. Kedua golongan ini (kafir dan munafiq) bersatu dalam kekafiran dan permusuhannya terhadap Allah serta Rasulullah.

Namun orang-orang munafiq lebih parah daripada orang-orang kafir, karena pada diri munafiqin ada kedustaan dan kemunafikan. Bencana yang mereka timpakan terhadap kaum Muslimin lebih besar daripada bencana yang ditimpakan oleh orang-orang kafir. Maka Allah berfirman tentang munafiqin:

هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ [المنافقون/4]

Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadap mereka.” (Al-Munaafiquun: 4).

Bahaya orang-orang munafiq yang bercampur dan bergaul dengan orang-orang Islam—padahal di dalam hatinya terdapat permusuhan kepada agama Islam—jauh lebih besar daripada bahaya orang-orang yang menampakkan permusuhan. Sebab peperangan dengan golongan kedua (musuh yang nampak terang-terangan) bisa dilakukan sehari atau dua hari atau beberapa hari, kemudian berakhir dengan kemenangan. Tetapi dengan orang-orang munafiq? Mereka bergaul bersama di dalam perkampungan, di rumah, pagi dan sore, lalu mereka membocorkan rahasia kepada musuh, mengintai untuk mencari titik kelemahan, tapi tidak bisa menghadapi mereka lewat pertempuran frontal. Sementara itu, bergaul dengan mereka hanya akan menimbulkan aib, mencintai mereka akan memancing kemarahan Allah, dan bahkan akan menyeret ke neraka. (Lihat Muhammad bin Sa’id bin Salim Al-Qahthani, Al-Wala’ wal Bara’ fil Islam, diterjemahkan menjadi Loyalitas Muslim terhadap Islam—Pemahaman Aqidah Salaf--, Ramadhani, Solo, cetakan ketiga, 1994, halaman 144-145).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, betapa dahsyat bahaya Munafiqin itu.

Tindakan-tindakan munafiqin sebagai musuh terbesar Islam jelas sangat membahayakan Islam wal Muslimin.

1. Tindakan munafiqin yang paling berbahaya adalah persekongkolan mereka dengan Yahudi dan Nasrani untuk menyerang Islam. Busuknya tingkah munafiqin ini telah dibongkar langsung oleh Allah SWT di beberapa ayat, di antaranya seperti tersebut di ayat (QS Al-Hasyr/59: 11) dan (Al-Mujadilah: 14). Yakni bersekongkol dengan kaum yang dimurkai Allah, lagi berdusta.

2. Sifat munafiqin yang paling buruk adalah menolak berhakim kepada syari’at Allah, tetapi berhakim kepada thaghut. (lihat QS An-Nisaa’ 60-63, An-Nur: 47-50). Thaghut ialah orang yang selalu memusuhi Nabi dan kaum Muslimin. Juga orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. Dan berhala-berhala pun termasuk thaghut.

Sifat dan sikap munafiqin itu berbalikan dengan sikap orang mukmin:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ [النور/51]

“Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili di antara mereka ialah ucapan: “kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nur: 51).

3. Orang munafiqin itu melemahkan barisan Muslimin dan menjadi mata-mata kafirin. Allah berfirman, yang artinya:

الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنْفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ [آل عمران/168]

Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut berperang: “Sekiranya mereka mau mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.” Katakanlah: “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (Ali Imran: 168).

Terjadi kegoncangan yang mengangetkan dalam barisan kaum Muslimin ketika Perang Uhud (3 H), karena sepertiga (300 orang) dari jumlah pasukan Muslimin (1000 orang) menarik diri. Pasukan yang menarik diri (300 orang) ini dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Padahal jumlah musuh yakni kafirin Quraisy 3.000 orang dipimpin jago perang Khalid bin Walid yang masih kafir.

Begitu pula penolakan munafiqin untuk bergabung dalam perang Tabuk (9H, perang besar antara Muslimin pimpinan Rasulullah 30.000 orang melawan Nasrani Rumawi) serta keengganan-keengganan lain-lainnya. Allah menjelaskan tentang wala’ (loyalitas) mereka terhadap orang -orang kafir:

بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا [النساء/138، 139]

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan milik Allah.” (QS An-Nisaa’: 138-139).

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, betapa Beda jauh antara Mukminin dan Munafiqin. Perbedaan itu di antaranya

1. Dalam perang Ahzab atau perang Khandaq (tahun 5 Hijriyah, persekutuan kabilah-kabilah Arab kafir dan Yahudi mengepung dan memerangi Muslimin Madinah) tampak nyata perbedaan sikap antara Mukminin dan Munafiqin.

Orang Mukminin berkata sebagaimana dikisahkan oleh Allah SWT:

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا [الأحزاب/22]

Dan tatkala orang-orang Mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya (yaitu kemenangan sesudah mengalami kesukaran) kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Al-Ahzaab/ 33:22).

Adapun orang munafiqin keadaan mereka dikisahkan oleh Allah SWT:

وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12) وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ

فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا [الأحزاب/12، 13]

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang-orang yang berpenyakit di dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: “Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu”. Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata: “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)”. Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari.” (QS Al-Ahzaab/ 33:12-13).

2. Sikap beda jauh itu juga terkuak dalam perang Tabuk (9H perang besar antara Muslimin pimpinan Rasulullah 30.000 orang melawan Nasrani Rumawi).

Allah SWT berfirman tentang ahli munafiq:

فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ (81) فَلْيَضْحَكُوا قَلِيلًا وَلْيَبْكُوا كَثِيرًا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [التوبة/81، 82]

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) ini merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” . Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas (nya)”, jikalau mereka mengetahui.
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS At-Taubah/ 9:81-82).

Allah SWT berfirman tentang orang yang beriman:

لَكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (88) أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [التوبة/88، 89]

Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itula (pula) orang-orang yang beruntung.
Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah/ 9:88-89).

Jama’ah jum’ah rahimakumullah, Al-Quran telah membongkar keburukan munafiqin.

Allah SWT membongkar keburukan munafiqin dalam Al-Quran di berbagai surat, bahkan surat At-Taubah disebut Surat Al-Fadhihah karena surat itu isinya membongkar keburukan munafiqin. Keburukan munafiqin di antaranya;

1. Tidak ikut berjihad, mereka lebih mementingkan dunia (lihat At-Taubah: 86-87).

2. Mengadu domba, marah, dan memfitnah (lihat At-Taubah: 47-48).

3. Mencela sistem Rasulullah dalam pembagian harta, mereka rela dan marah tergantung kepentingan dunia mereka. (lihat At-Taubah: 58).

4. Menyakiti Rasulullah SAW (lihat At-Taubah: 61).

5. Minta maaf atau keridhaan Rasulullah dengan sumpah palsu, padahal Allah dan Rasul-Nya itu yang lebih patut untuk mereka cari keridhaannya. (lihat At-Taubah: 62).

6. Memerintahkan kemunkaran dan mencegah kebaikan, serta pelit berinfaq di jalan Allah. (lihat At-Taubah: 67).

7. Mengingkari janji (lihat At-Taubah 75-77).

8. Mencela dan mencibir Mukminin dalam segala hal (lihat At-Taubah: 79).

9. Memandang berinfaq itu suatu bentuk yang merugikan, dan mereka menunggu-nunggu datangnya marabahaya atas mukminin. (lihat At-Taubah: 98).

10. Al-Quran tidak menambah pada mereka kecuali hanya menambah kekafiran di atas kekafiran yang telah ada pada mereka. (lihat At-Taubah: 124-125).

11. Berpaling dan lari dari kebenaran. (lihat At-Taubah: 127).

Jama’ah jum’ah rahimakumullah, bagaimana Metodenya dalam menghadapi Munafiqin sudah ada tuntunannya dari Allah. Di antaranya:

1. Allah memerintahkan jihad dan bersikap keras terhadap mereka.

2. يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ [التوبة/73]

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (At-Taubah: 73).

Allah memerintahkan tidak bersikap lembut terhadap munafiqin bahkan memerintahkan berjihad melawan mereka dan bersikap keras atas mereka. Sementara itu Allah SWTmemerintahkan bersikap lunak dan hormat terhadap mukminin. Sungguh Allah telah berfirman, yang artinya:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ [الشعراء/215]

Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (Asy-Syu’araa’/ 26: 215).

2. Tidak memintakan ampun kepada munafiqin.

Karena mereka tidak berhak dimintakan ampun. (lihat At-Taubah: 80, Al-Munaafiquun: 6).

Sementara itu Allah memerintahkan Nabi SAW (dan mukminin) untuk memintakan ampun orang mukminin yang benar. (lihat QS Muhammad:19, dan Al-Mumtahanah: 12).

3. Allah melarang Nabi SAW (dan Mukminin) menshalati jenazah munafiq, dan melarang berdiri (mendo’akan) di kuburnya (lihat at-Taubah: 84).

4. Allah melarang Nabi SAW (dan mukminin) bergabung dengan munafiqin dalam berperang dan melarang membolehkan mereka ikut berperang. (lihat At-Taubah: 82)

Manhaj Islam adalah mengobarkan semangat jihad kepada mukminin secara umum dan mendorong mereka untuk berperang melawan orang kafir sebagaimana Allah telah berfirman, yang artinya:

Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksa(Nya). (QS An-Nisaa’: 84).

Perbedaan tegas antara manhaj terhadap mukminin dan manhaj terhadap munafiqin itu karena sifat-sifat dan sikap antara keduanya jelas jauh berbeda. Maka Islam tegas-tegas membedakannya dalam menyikapi yang mukmin di satu pihak dan yang munafq di pihak lain. Tidak boleh dicampur aduk.

Semoga kita Ummat Islam dihindarkan dari bahaya orang-orang munafiqin, dan diselamatkan dari perbuatan yang mengikuti munafiqin. Dan semoga Allah selamatkan Ummat Islam ini dari aneka keburukan yang ditimbulkan oleh kaum munafiqin di mana-mana pun adanya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .



No comments:

Post a Comment