Senin, 07/03/2011 14:18 WIB
Oleh Dr. Sayyid Nuh
Israf mempunyai makna melakukan sesuatu, tetapi tidak dalam rangka ketaatan, atau boros dan melampui batas. (kitab al-Qumus al-Muhiith, 3/15). Tetapi, israaf ialah penyakit rohani berupa perbuatan yang melampui batas kewajaran, baik dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya.
Faktor-Faktor Penyebab Israaf
Pertama, latar belakang keluarga. Sikap israaf dapat timbul akibat pengaruh situasi dan kondisi serta latar belakang keluarga. Seseorang yang dibesarkan disebuah lingkungan keluarga yang diwarnai oleh sikap senang berlaku israaf dn berfoya-foya , maka kmungkinan besar dirinya akan tertulari oleh penyakit itu, kecuali mereka dikasihi oleh-Nya. Seorang penyair melukiskan fenomena tersebut dalam untaian syairnya seperti :
“Seseorang akan tumbuh berkembang, sebagaimana yang dibiasakan oleh orang tuanya”.
Dari keterangan diatas agaknya kita dapat memetik hikmah rahasia ajaran Islam yang meminta kepada para orang tua agar mereka menjadikan tuntutan syariah Allah sebagai rujukan dalam memilih jodoh bagi putra-putrinya :
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kawinkanlah orang-orang sendirian (belum kawin) diantara kamu, dan (kawinkanlah) orang-orang yang shaleh (baik) di antara hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (QS. An-Nuur [24] : 32)
وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ ۖ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik walaupun ia menarik hatimu. Jangahlan kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik perhatian hatimu. Mereka akan mengajakmu ke neraka, sedang Allah mengajakmu ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 221)
Kedua, keluasan rezeki yang diperoleh setelah kesempitan. Sebab lain yan dapat mendorong sikap israaf adalah keluasan atau kemudahan dalam mendapatkan rezeki atau kesenangan hidup yang sebelumnya sangat sulit didapatkan. Di kalangan umat ini kerap terjadi kasus orang-orang yang selagi mereka dicoba oleh Allah dengan kesempitan rezeki dan aneka kekurangan hidup lainnya, mereka mampu bersikap sabar dan tabah menerima keadaan tersebut.
Mereka masih tetap bertahan memegang kendali prinsip-prinsip Ilahi. Akan tetapi manakala mereka dicoba oleh Allah dengan kelapangan rezeki dan kemudahan mendapatkan kesenangan hidup, justru mereka tidak mampu bersikap tawassuth (pertengahan) dan I’tidal (seimbang) dalam mempergunakan harta dan kenikmatan hidup yang ada pada dirinya untuk menuju keridhaan –Nya. Sebaliknya, sikap hidup mereka berbalik drastis dan berlaku israaf dan tabdziir (menyia-nyiakan harta).
Amr bin Auf r.a. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, bersabda : “Sebarkanlah berita gembira dan bercita-citalah dengan sesuatu yang membuat kalian senang. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku kawatirkan atas kalian, tetapi aku kawatir jika dunia telah dihamparkan kepada kalian sebagaimana dihamparkan kepada umat terdahulu, kemudian kalian akan saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, sehingga akhirnya, hal itu akan membinasakan kalian, sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Abu Sa’id al Hudri r.a juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalahu Alaihi Wa salam, bersabda : “Sesungguhnya kehidupan dunia itu manis dan menawan, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian Khalifah diatasnya. Maka takutlah kalian dengan manisnya kehidupan dunia dan waspadalah terhadap wanita , karena sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Israel adalah wanita.” (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment