visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Thursday, February 17, 2011

Meneladani Rasulullah Seutuhnya


Rabu, 16/02/2011 10:50 WIB

oleh Muhammad Setiawan

Di bulan Rabi’ul Awwal ini, masyarakat kita terbiasa memperingati hari Maulid Nabi Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam. Berbagai acara diselenggarakan untuk memeriahkan hari tersebut. Bahkan istana Negara sejak masa pemerintahan Bung Karno hingga hari ini telah rutin menyelenggarakan acara untuk memperingati maulid Nabi Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam. Berbagai ekspresi kecintaan diungkapkan.

Berbagai nasihat untuk meneladani kehidupan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam juga telah disampaikan. Namun, sudahkah berbagai kegiatan tersebut telah menghantarkan ummat ini untuk sungguh-sungguh meneladani Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam ? Atau akhirnya, ia hanya menjadi seremoni hampa tanpa makna.

Ikhwatal Iman rahimakumullah... jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam tidak pernah meminta ummatnya untuk merayakan hari lahirnya. Tidak pula para sahabat nabi, yang jelas-jelas mereka adalah kaum yang mencintai Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, melakukannya. Akan tetapi, upaya meneladani kehidupan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, sebagaimana yang sering dinasihatkan dalam peringatan Maulid Nabi adalah sesuatu yang sangat penting. Karena, sesungguhnya keimanan kita kepada Allah Ta’ala, tidak akan sempurna sebelum kita menjadikan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam sebagai teladan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab [33] : 21)

Dalam ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan bahwa mereka yang meneladani RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam adalah mereka yang lurus Tauhidnya kepada Allah. Mereka yang selalu mengharapkan keridhaan Allah dan balasan terbaik di kampung akhirat. Mereka yang menghiasi hari-harinya dengan banyak mengingat Allah Ta’ala.

Bahkan dalam ayat Al-Qur’an lainnya, Allah Ta’ala menegaskan bahwa syarat mendapatkan cinta-Nya adalah mengikuti jejak langkah (sunnah) Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran [3] : 31)

Ma’asyiral muslimin... jamaah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah. Untuk itu mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim. Ini merupakan konsekwensi dari syahadat kita yang kedua, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Mengikuti sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam juga merupakan jalan keselamatan dalam kehidupan akhir zaman saat ini yang penuh dengan fitnah.

Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Irbadh ibn Sariyyah radhiyaLlahu ‘anhu,

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ

"Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjukk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya." (Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunannya nomor 43, dan Imam Ahmad dalam Musnadnya nomor 16519)

Ikhwatal Iman rahimakumullah... jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Sesungguhnya yang dimaksud dengan sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bukanlah hal-hal tertentu saja dalam kehidupan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Bukan terbatas dalam masalah ubudiyyah (shalat, zakat, shaum dan sejenisnya) saja.

kan tetapi seluruh kehidupan Rasulullah adalah sunnah yang harus diikuti. Karena tidak ada satu pun ucapan dan perbuatan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam yang keliru. Seluruh segi kehidupan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam telah terbimbing dengan wahyu.

َمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm [53] : 3-4)

Bahkan dahulu para sahabat Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam sangat memperhatikan dan meneladani kehidupan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam hingga sampai pada masalah-masalah yang kita anggap remeh dan sepele.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Jabir Ibn Abdullah radhiyaLlahu ‘anhu

أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي ذَاتَ يَوْمٍ إِلَى مَنْزِلِهِ فَأَخْرَجَ إِلَيْهِ فِلَقًا مِنْ خُبْزٍ فَقَالَ مَا مِنْ أُدُمٍ فَقَالُوا لَا إِلَّا شَيْءٌ مِنْ خَلٍّ قَالَ فَإِنَّ الْخَلَّ نِعْمَ الْأُدُمُقَالَ جَابِرٌ فَمَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و قَالَ طَلْحَةُ مَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ جَابِرٍ

Suatu hari aku diajak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke rumahnya, kemudian beliau mengeluarkan sepotong roti. Beliau bertanya kepada istri-istrinya: "Apakah ada lauk pauk?" Mereka menjawab; 'Tidak ada, kecuali sedikit cuka. Lalu beliau bersabda: Sesungguhnya cuka adalah sebaik-baik lauk.' Jabir berkata; 'Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Thalhah berkata; Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari Jabir. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya nomor3825)

SubhanaLlah... bayangkanlah... Ikhwatal Iman rahimakumullah... Jabir Ibn Abdullah radhiyaLlahu ‘anhu tidak pernah menyukai cuka sebelumnya. Akan tetapi ketika ia mendengar bahwa Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam menyukai makan dengan cuka, Jabir menjadi suka dengan cuka. Sedangkan Thalhah ibn Nafi’ yang mendengarkan hadits ini dari Jabir ibn Abdullah juga adalah seseorang yang tadinya tidak menyukai makan dengan cuka. Akan tetapi setelah mendengar hadits dari Jabir ini ia jadi menyukai cuka. Jika untuk masalah yang sepele seperti ini saja para salaful ummah demikian memperhatikan sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam apa lagi dengan sunnah-sunnah lainnya yang lebih penting.

Untuk itu Ikhwatal Iman rahimakumullah, kita tidak boleh memilih-milih aspek tertentu saja dalam meneladani Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Tidak boleh kita parsial dalam memahami dan mengamalkan sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam ini. Karena sesungguhnya, mengamalkan sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam secara utuh adalah jalan agar kita meraih jannah yang dijanjikan Allah Ta’ala.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, " Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?" Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya nomor 6737)

Maasyiral muslimin rahimakumullah... Karena itu, marilah kita meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam. Kita meneladani ibadah beliau shallaLlahu alayhi wa sallam. Sebagai contoh misalnya, bagaimana Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam sangat memperhatikan shalat lima waktu, dan berjamaah di masjid dalam melaksanakannya.Hingga dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyaLlahu ‘anhu, Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُم

Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya (Allah Ta’ala), sungguh aku sangat ingin untuk memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan, dan orang lain aku perintahkan untuk meng-imam-kan manusia (kaum muslimin). Kemudian aku akan pergi ke rumah para lelaki yang tidak menghadiri shalat berjama’ah dan aku bakar rumah-rumah mereka. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, no 608)

Demikian marahnya Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam kepada para laki-laki yang terbiasa tidak hadir shalat berjamaah di masjid, hingga Rasulullah berkeinginan untuk membakar rumah mereka. Karena itu jika memang betul kita mencintai Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, janganlah kita membuat beliau shallaLlahu alayhi wa sallam marah. Berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk shalat berjama’ah di masjid. Jangan biarkan masjid-masjid kita kosong. Jika kita tidak bisa hadir berjama’ah di masjid pada waktu siang dan sore dimana, setidaknya hadirilah shalat berjama’ah di waktu shubuh. Jangan sampai muncul benih-benih kemunafikan dalam jiwa kita karena tidak biasa hadir shalat shubuh berjama’ah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ صَلَاةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنْ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Dari Abu Hurairayrah radhiyaLlahu ‘anhu, beliau berkata, “Telah bersabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, “Tidak lah ada shalat yang lebih memberatkan bagi orang-orang munafiq kecuali shalat Shubuh dan Isya’. Kalau saja mereka mengetahui (keutamaan) yang ada pada kedua shalat itu, pastilah mereka akan mendatangi keduanya (masjid) walaupun dengan merangkak. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, no 617)

Ikhwatal Iman rahimakumullah... jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Kita teladani pula ketegasan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam dalam perkara aqidah. Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam menolak mengakui kebenaran agama lain dan menolak pula beribadah dengan cara agama lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام

Sesungguhnya diin di sisi Allah adalah Islam. (QS. Ali Imran [3] : 19)

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Katakanlah, "Wahai orang-orang kafir. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah." (QS. Al-Kafirun [109] : 1-2)

Beliau shallaLlahu alayhi wa sallam juga tidak mau ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya aqidah ummat ini. Karena itu Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam pernah merobohkan masjid yang dibangun oleh orang-orang munafiqin yang disebut sebagai masjid Dhirar. Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam juga memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk membunuh Nabi palsu yang hidup pada masa itu, Musailamah al-Kadzab. Jelas, tidak ada kompromi untuk masalah aqidah ini.

Ikhwatal Iman rahimakumullah... jamaah shalat jum’at yang berbahagia. Selain itu, mari kita teladani pula ketegasan Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallamdalam urusan penegakan hukum syariat. Tidak ada seorang pun yang istimewa di hadapan hukum. Tidak ada yang kebal dan boleh mempermainkan hukum. Sampai-sampai Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam bersabda,

إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَ إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ قَطَعُوهُ لَوْ كَانَتْ فَاطِمَةُ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Sesungguhnya kaum Bani Israil memiliki kebiasaan, jika mencuri salah seorang yang terhormat di kalangan mereka, maka mereka akan membiarkannya (tidak menghukumnya). Sedangkan jika yang mencuri adalah orang yang lemahmaka mereka memotongnya (menghukumnya). Sungguh, jika Fathimah (binti Muhammad, puteri Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam) mencuri niscaya aku akan potong tangannya. (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya nomor 3526)

Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam menerapkan hukum Islam secara paripurna. Dalam seluruh aspek kehidupan. Baik itu politik pemerintahan, hukum jinayat (pidana) hingga hukum yang terkait dengan masalah keluarga. Karena itu jika kita ingin meneladani Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam berusahalah sekuat kemampuan agar tegak pula hukum Allah secara sempurna dalam kehidupan kita. Keinginan kuat agar kita berhukum dengan syariat Allah ini merupakan bukti keimanan kita.

Allah Ta’ala berfirman

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisaa [4] : 65)

Semoga dengan upaya kita yang sungguh-sungguh dalam meneladani seluruh sunnah Rasulullah shallaLlahu alayhi wa sallam, dan menjadikan sunnah tersebut sebagai manhajul hayah (cara hidup) kita, Allah Ta’ala memberikan kesuksesan dan keselamatan dalam kehidupan kita. Baik di dunia maupun di akhirat.

BarakaLlahu li wa lakum fil qur’anil karim wa nafaani wa iyyakum bimaa fihi minal aayati wa dzikril hakim.



No comments:

Post a Comment