Dialah Allah Penguasa Tunggal satu-satunya. Dialah Allah Yang Maha Gagah Pemilik Alam Semesta. Semuanya Yang Ada adalah ciptaan-Nya. Takluk pada pemilik-Nya. Yang Maha Tahu Segala Kebutuhan hamba-Nya. Dialah Allah Yang Membagi rejeki hamba-hamba-Nya.
Orang yang paling beruntung adalah orang yang ahli takwa yang hatinya yakin pada Allah, lahirnya istiqamah patuh kepada Allah. Dunia berikut isinya hanya sekadar pelayan, tidak ada-apanya dalam pandangannya. Kita mampir sebentar di dunia untuk berbekal pulang. Besok lusa mungkin tiada. Allah menciptakan kita bukan Allah memerlukan kita, tetapi untuk mengabdi kepada-Nya untuk kepentingan kita, bukan untuk keuntungan Allah.
Allah Maha Tahu niat sekecil apa pun. Senyum, misalnya, bisa saja sama tersenyum, tetapi niatnya Allah SWT mengetahui persis senyum itu untuk siapa. Tiada kebohongan untuk bersembunyi. Hatilah pusat pandangan Allah. Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui." [QS Ali Imran : 29] “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian dan tidak juga kepada rupa-rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian (dan amalan-amalan kalian)” (HR. Muslim)
Dalam shalat sama gerakan dan bacannya, yang membedakan kondisi hatinya. Allah mengetahui persis apa yang ada di dalam hati kita. Berbahagialah yang berhati bersih, yaitu orang yang ikhlas dalam beramal
Hati bisa dikategorikan menjadi tiga bagian :
Qalbun mayyit
Hatinya seperti mayat. Tidak ada guna sama sekali. Baik buruknya ditentukan hawa nafsu. Maka ia akan berbuat keji dan biadab, karena tidak ada nurani. Mata dan telinga hati sudah buta. Orang seperti ini benar-benar celaka dunia akhirat. Dalam surat Al Baqarah ayat 6 tercantum: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”
Qalbun Mariidl
Hati yang berpenyakit. Penyakit hati itu sendiri apabila dijelaskan akan meliputi berbagai tingkatan. Di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 10 difirmankan : “Di dalam hati mereka [orang-orang munafik] ada penyakit, maka Allah tambahkan penyakit ke dalam hati mereka dan bagi mereka ada adzab yang pedih disebabkan kedustaan mereka”.
Qalbun Salim (Hati yang selamat)
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS As-Syu’araa 88-89).
Orang berqalbun salimlah yang benar tauhidnya. Seperti dua sisi mata uang, kedua mukanya pasti sama nilainya. Disebabkan Tauhid inilah mengapa para nabi diutus ke dunia. Orang bertauhidlah orang yang paling merdeka di dunia. Siapa paling bermartarbat terhormat itulah yang tauhidnya paling bagus. Setiap terbaik cita-citanya ada di dalam tauhid. Siapa yang paling mulia, ia yang tauhidnya paling bagus. Orang yang paling bertauhid, itu merdeka dari diperbudak harta manusia, jabatan, uang, atau apa pun kecuali hanya berharap dari Allah, dan tidak meminta pertolongan kecuali pada Allah. Sepanjang masih takut, ia masih menghamba pada sesuatu, ia bisa dikatakan tidak bertauhid dan tida merdeka.
Rahasia Akhlakul karimah adalah tauhid. Ukhuwah tidak akan bisa terjadi kalau tidak ada satu tujuan kepada Allah, berarti mesti dengan bersih tauhid. Masing-masing orang harus bermujahadah membersihkan hati. Terjadinya perpecahan karena adanya nafsu yang tidak terkendali. Dengan bersih hati masing-masing individunya, nanti Allah yang akan mempersatukan. Jika kita ingin tangguh kuat, maka tauhid kuncinya. Siapa yang yakin musibah terjadi dengan ijin Allah, dia tidak akan memelas kepada musibah kepada manusia. Tidak ada alasan untuk tidak kuat menghadapi hidup ini. Sepelik apa pun, tetap ajeg saja. Kenapa pahit, karena ukurannya dunia, dan rasa pahitnya itu sebagai tebusan atas dosa-dosa kita.
Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. (QS Al-Maaidah : 49)
Bagaimana mungkin kita mendapat ujian kemudian mengadukan kepada manusia, sedangkan kita tahu yang menyentuhkan ujian itu adalah Allah SWT, dan Allah sudah mengukur orang yang tauhidnya benar maka akan bersabar dan bersyukur.
Permisalannya adalah sebagai berikut: Seperti orang yang diketahui bau ketiak, maka dipastikan ia akan dijauhi orang lain. Bagi si penderita tidak perlu memelas agar orang lain bisa mengerti tentang keadaan dirinya, dan diharapkan mereka tidak menjauh bahkan tetap mendekat. Semestinya ia tidak harus sabar menunggu orang lain untuk mengerti, melainkan ia dituntut untuk bersabar dalam mengobati ketiaknya, dengan ikhtiar sekuat tenaga agar bau ketiaknya sembuh.
Kita lihat orang yang ada di rumah sakit, yang jasadnya sakit, tapi ridha menahan sakit, dan tetap berobat. Sabarnya orang yang ketiaknya bau, ridho dengan kenyataan, kemudian sabar untuk memeriksa dan mengobati atas kelemahan dirinya tersebut.
Ada orang yang rela melakukan general cek up. Setelah diketahui penyakitnya, ia pun harus mau untuk diobati, misalnya terdeteksi penyakit kanker, maka ia harus dikemoterapi, misalnya, padahal rasanya amat panas dan biayanya mahal pula, serta harus diisolasi. Tentunya semua itu agar badannya segera sehat. Tenaga, pikiran, biaya, pengorbanan dikeluarkan habis-habisan (all out) demi kesembuhannya.
Namun setelah sehat dengan memakan biaya yang besar, ternyata ujungnya ia tetap akan mati. Ini mengherankan, ketika orang itu habis-habisan untuk sehat lahirnya, tetapi tidak habis-habisan untuk menyembuhkan sakit batin. Padahal penyakit hati itu jauh lebih ganas, bisa mencelakakan, lebih menghinakan dunia akhirat. Sakit lahir tatkala mati maka dianggap selesai. Sedangkan sakit batiniah, ketika mati maka akan menjadi awal dari seluruh masalah besar, karena adanya azab kubur. Azab kubur itu lama dan pasti adanya sebagaimana kita pasti mati.
Siapa pun, sesungguhnya ingin bahagia, terlindungi, kokoh, tercukupi. Maka dari itu, tugas kita harus mesti sungguh-sungguh untuk mengobati penyakit hati. Sebab dengan hati yang sehatlah keinginan tersebut bisa dicapai. Seorang yang berpenyakit hati sombong, misalnya, tidak mungkin ia bisa bahagia, ia tidak selaras dengan hatinya, karena ciri utama sifat sombongnya adalah tidak mau mengakui atas kesalahan dirinya.
Gejala penyakit hati membuat diri labil, tidak ajeg dan tidak mantap dalam menjalani hidup. Goyah tidak tenang, bingung, menyandarkan diri ke sana sini, padahal Allah sangat dekat. Itu semua ciri adanya dosa di hati yang menimbulkan rasa gelisah, karena hatinya terhijab kepada Allah. Orang yang bersih hati situasi sepelik apa pun ia akan mantap. Allah senantiasa bersama dengan orang yang bersih hatinya, karena Dia Maha Suci, akan bersemayam pada hati yang bersih.
Orang yang tercerahkan hatinya ketika dia mendapatkan masalah, pertama yang akan dilakukannya adalah berbicara terhadap penguasa semua makhluk.
Makhluk tidak memberi manfaat apa-apa tanpa ijin Allah. Ridho terhadap ujian Allah, dan menyadari bahwa ujian itu karena dosanya, dan memohon taubat atas dosanya.
Allah Pengatur segala rencana. Dan ia harus bulat terlebih dahulu kepada Allah. Yakin dengan bulat hati maka akan mendapat jalan untuk menemukan solusi.
Sedangkan bagi orang yang berpenyakit hati, sikap dan keputusannya akan dangkal, tidak bisa tajam berpikirnya. Pendek sekali tidak bisa menganalisa lebih jauh. Dia bermasalah dengan orang lain dan dirinya sendiri, karena aura yang terpancarnya aura kepicikannya.
Target bersih hati harus secepatnya, tidak bisa dipasang dalam jangka waktu kapan, apalagi masih lama. Karena masalah umur kita tidaklah tahu. Semestinya targetnya bagaimana husnul khatimah dengan mujahadah
Lalu bagaimana cara mujahadahnya agar hati kita bisa bersih? Mintalah berbicara sejujurnya tentang hati kita. Kalau mempunyai anak yang masih kecil tanyalah mengenai diri kita. Bila memerlukan proses uzlah, lakukanlah karena itu bagian dari proses penyembuhan. Sering-seringlah berkhalwat, karena itu akan melatih kita agar senantiasa ingin selalu dekat dengan Allah merindukan-Nya bila banyak terlupa.
Para sahabat nabi saw hijrah dalam keadaan miskin meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah, setelah di Medinah, mereka kembali lagi memiliki harta kekayaannya. Jangan berat melepas apa pun yang menjadi hijab kepada Allah. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali kita bisa selamat husnul khatimah.
Maka, bila memiliki keinginan, mestinya keinginannya hanya satu, yakni bisa bersih hati. Nanti diberi dunia yang tidak akan ke mana-mana. Dunia ada di tangan, kalau takdirnya kaya, kaya di hati kaya di tangan, di hati tidak ada di tangan ada. Di hati tidak ada harta di tangan pun tidak ada, karena dimanfaatkan di jalan Allah SWT.
Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (QS Al An’am : 3)
Mau terang-terangan atau secara sembunyi semuanya dihitung Allah. Mari kita bermujahadah dengan ikhlas, sebab bila tidak ikhlas, kita bisa menjadikan mujahadah ini sebagai obyek pura-pura, tidak asli, mengangkat diri di hadapan manusia. Mau berpuluh tahun tidak akan sampai bila seperti itu.
No comments:
Post a Comment