visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Wednesday, May 15, 2013

Kiat Meraih Khusyu' berdasarkan tuntunan Sunnah Nabi SAW



1. Berlindung kepada Allah Ta’ala dari (godaan) setan yang terkutuk.

Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda tentang Setan yang selalu mengganggu manusia dalam shalat: “Itu adalah Setan yang bernama Khinzab, jika kamu merasakan (godaannya) maka berlindunglah kepada Allah darinya, dan hembuskanlah sedikit ludahmu ke (arah) kiri tiga kali”. ‘Utsman bin Abil ’Ash Radhiallahu’anhu berkata: Lalu aku praktekkan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam tersebut, maka Allah menghilangkan (godaan) Setan itu dariku.

2. Merenungi/menghayati (makna) bacaan al-Qur-an dan zikir-zikir dalam shalat.

Karena bacaan al-Qur-an dan zikir-zikir yang disyariatkan dalam Islam akan bermanfaat bagi orang yang membacanya jika dibaca dengan perenungan dan penghayatan dalam hati. Allah Ta’ala berfirman:

{كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ}

“Ini adalah sebuah kitab (al-Qur-an) yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka merenungkan (makna) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS Shaad: 29).

Dalam ayat lain, Dia berfirman:

{إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ}

“Sesungguhnya pada yang demikian itu (al-Qur-an) benar-benar terdapat peringatan (pelajaran) bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang mengkonsentrasikan pendengarannya, sedang dia menghadirkan (hati)nya” (QS Qaaf:37).

3. Menghadirkan kebesaran Allah Ta’ala dan (meyakini) bahwa orang yang shalat sedang bermunajat dan menghadapkan diri kepada-Nya.

Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang shalat sedang bermunajat (berkomunikasi) dengan Allah Ta’ala, maka hendaknya salah seorang darimu memperhatikan bagaimana dia bermunajat dengan Allah, dan janganlah kalian saling mengeraskan suara ketika membaca al-Qur-an (dalam shalat)”.

4. Mengetahui kelemahan dan ketergantungan manusia ketika dia ruku’ dan sujud terhadap keagungan dan kebesaran Allah Ta’ala.

Imam Ibnu Rajab al-Hambali berkata: “Termasuk sempurnanya sifat khusyu’ dan ketundukan seorang hamba kepada Allah Ta’ala ketika dia ruku’ dan sujud adalah tatkala dia merendahkan diri kepada Allah dalam ruku’ dan sujudnya maka pada saat itu dia menyifati-Nya dengan sifat-sifat kemuliaan, kebesaran, keagungan dan ketinggian, seolah-olah hamba itu berkata: “kerendahan dan ketundukan adalah sifatku, sedangkan ketinggian, keagungan dan kebesaran adalah sifat-Mu”. Oleh sebab itu, orang yang shalat disyariatkan membaca (zikir) dalam ruku’nya: subhaana Rabbiyal ‘azhiim (maha suci Rabb-ku/Allah Ta’ala yang maha agung)”, dan dalam sujudnya membaca (zikir): subhaana Rabbiyal a’laa (maha suci Rabb-ku/Allah yang maha tinggi)”.

5. Membatasi pandangan (matanya hanya) pada tempat sujudnya, karena sesungguhnya jika pandangan itu tersebar (kemana-mana) maka hati (dan pikiran) akan mengikutinya.

Inilah di antara hikmah disyariatkannya meletakkan sutrah (pembatas shalat) di depan orang yang shalat, sebagaimana yang diperintahkan dalam beberapa hadits yang shahih, untuk membatasi pandangan mata sehingga hati dan pikiranpun akan lebih terkonsentrasi pada shalat yang sedang dikerjakan, maka ini jelas akan memudahkan untuk mencapai khusyu’ dengan izin Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, orang yang sedang shalat disunnahkan agar pandangan matanya tidak melewati tempat sujudnya.

Bahkan dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam menegaskan bahwa memalingkan pandangan dari tempat sujud adalah tipu daya Setan yang ingin merusak shalat manusia. Dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentang orang yang menoleh (memalingkan pandangan) ketika shalat, maka Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: “Itu adalah rampasan Setan dari shalat seorang hamba”.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba-Nya dalam shalatnya selama hamba-Nya itu tidak memalingkan pandangan”.

6. Jangan mengerjakan shalat ketika hati/pikiran sedang sibuk (dengan hal lain), seperti keinginan makan dan minum, menahan buang air besar dan kecil, atau hal-hal lain yang mengganggu pikiran.

Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: “Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan dan ketika menahan buang air besar dan kecil”.

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam ketika shalat mengenakan pakaian yang bercorak (bergambar), setelah selesai shalat beliau Shallallahu’alahi Wasallam bersabda: “Sungguh pakaian ini melalaikanku (mengganggu kekhusyu’anku) ketika aku shalat tadi”.

Hadits-hadits di atas menunjukkan tidak disukainya shalat dalam keadaan hati dan pikiran disibukkan dengan hal lain, seperti rasa lapar dan haus, atau keinginan untuk buang hajat. Demikian juga shalat dengan pakaian atau di hadapan sesuatu yang bermotif, bergambar, bertulisan, berwarna-warni dan hal-hal lain yang menggangu atau meyibukkan pikiran, karena semua ini akan merusak kekhusyu’an dalam shalat. (Dikutip dari artikel 'Muslim.or.id')

Semoga Bermanfaat

No comments:

Post a Comment