Secara bahasa khusyu’ berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia.
Imam Ibnu Rajab berkata: “Asal (sifat) khusyu’ adalah kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati manusia (kepada Allah Ta’ala). Tatkala Hati manusia telah khusyu’ maka semua anggota badan akan ikut khusyu’, karena anggota badan (selalu) mengikuti hati, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”.
Maka jika hati seseorang khusyu’, pendengaran, penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyu’, (bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya”.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Para ulama sepakat (mengatakan) bahwa khusyu’ tempatnya dalam hati dan buahnya (tandanya terlihat) pada anggota badan”.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Khusyu’ dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya merasa tentram dan jiwanya merasa tenang, (sehingga) semua gerakan (angota badannya) menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap santun di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan yang dilakukannya dalam shalat, dari awal sampai akhir. Maka dengan ini akan sirna bisikan-bisikan (Setan) dan pikiran-pikiran yang buruk. Inilah ruh dan tujuan shalat”.
Inilah makna ucapan salah seorang ulama salaf ketika beliau melihat seorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya: “Seandainya hati orang ini khusyu’ maka akan khusyu’ semua anggota tubuhnya”.
Lebih lanjut, imam al-Bagawi memaparkan makna ini dalam ucapan beliau: “Para ulama berbeda (pendapat) dalam makna khusyu’, Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu berkata: “(Orang-orang yang khusyu’ adalah) mereka yang selalu tunduk dan merendahkan diri (kepada Allah Ta’ala). al-Hasan (al-Bashri) dan Qatadah berkata: “(Mereka adalah) orang-orang yang selalu takut (kepada-Nya)”. Muqatil berkata: “(Mereka adalah) orang-orang yang merendahkan diri (kepada-Nya)”. Mujahid berkata: “Khusyu’ adalah menundukkan pandangan dan merendahkan suara”. Khusyu’ (artinya) mirip dengan khudhu’, cuma khudhu’ ada pada (anggota) badan, sedangkan khusyu’ ada pada hati, badan, pandangan dan suara. Allah Ta’ala berfirman:
{وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ}
“Dan (pada hari kiamat) khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah” (QS Thaahaa: 108)”9.
Dari artikel - Muslim.Or.Id -
Secara bahasa khusyu’ berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia.
Imam Ibnu Rajab berkata: “Asal (sifat) khusyu’ adalah
kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati
manusia (kepada Allah Ta’ala). Tatkala Hati manusia telah
khusyu’ maka semua anggota badan akan ikut khusyu’, karena anggota badan
(selalu) mengikuti hati, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika
segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika
segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia,
ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”.
Maka jika hati seseorang khusyu’, pendengaran,
penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyu’,
(bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya”5.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Para ulama sepakat
(mengatakan) bahwa khusyu’ tempatnya dalam hati dan buahnya (tandanya
terlihat) pada anggota badan”6.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Khusyu’ dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala
dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya merasa tentram dan
jiwanya merasa tenang, (sehingga) semua gerakan (angota badannya)
menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap
santun di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan
yang dilakukannya dalam shalat, dari awal sampai akhir. Maka dengan ini
akan sirna bisikan-bisikan (Setan) dan pikiran-pikiran yang buruk.
Inilah ruh dan tujuan shalat”7.
Inilah makna ucapan salah seorang ulama salaf ketika
beliau melihat seorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya:
“Seandainya hati orang ini khusyu’ maka akan khusyu’ semua anggota
tubuhnya”8.
Lebih lanjut, imam al-Bagawi memaparkan makna ini
dalam ucapan beliau: “Para ulama berbeda (pendapat) dalam makna khusyu’,
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu berkata: “(Orang-orang yang khusyu’ adalah) mereka yang selalu tunduk dan merendahkan diri (kepada Allah Ta’ala).
al-Hasan (al-Bashri) dan Qatadah berkata: “(Mereka adalah) orang-orang
yang selalu takut (kepada-Nya)”. Muqatil berkata: “(Mereka adalah)
orang-orang yang merendahkan diri (kepada-Nya)”. Mujahid berkata:
“Khusyu’ adalah menundukkan pandangan dan merendahkan suara”. Khusyu’
(artinya) mirip dengan khudhu’, cuma khudhu’ ada pada (anggota) badan,
sedangkan khusyu’ ada pada hati, badan, pandangan dan suara. Allah Ta’ala berfirman:
{وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ}
“Dan (pada hari kiamat) khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah” (QS Thaahaa: 108)”9.
Dari artikel 'Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1) — Muslim.Or.Id'
Secara bahasa khusyu’ berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia.
Imam Ibnu Rajab berkata: “Asal (sifat) khusyu’ adalah
kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati
manusia (kepada Allah Ta’ala). Tatkala Hati manusia telah
khusyu’ maka semua anggota badan akan ikut khusyu’, karena anggota badan
(selalu) mengikuti hati, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika
segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika
segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia,
ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”.
Maka jika hati seseorang khusyu’, pendengaran,
penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyu’,
(bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya”5.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Para ulama sepakat
(mengatakan) bahwa khusyu’ tempatnya dalam hati dan buahnya (tandanya
terlihat) pada anggota badan”6.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Khusyu’ dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala
dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya merasa tentram dan
jiwanya merasa tenang, (sehingga) semua gerakan (angota badannya)
menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap
santun di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan
yang dilakukannya dalam shalat, dari awal sampai akhir. Maka dengan ini
akan sirna bisikan-bisikan (Setan) dan pikiran-pikiran yang buruk.
Inilah ruh dan tujuan shalat”7.
Inilah makna ucapan salah seorang ulama salaf ketika
beliau melihat seorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya:
“Seandainya hati orang ini khusyu’ maka akan khusyu’ semua anggota
tubuhnya”8.
Lebih lanjut, imam al-Bagawi memaparkan makna ini
dalam ucapan beliau: “Para ulama berbeda (pendapat) dalam makna khusyu’,
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu berkata: “(Orang-orang yang khusyu’ adalah) mereka yang selalu tunduk dan merendahkan diri (kepada Allah Ta’ala).
al-Hasan (al-Bashri) dan Qatadah berkata: “(Mereka adalah) orang-orang
yang selalu takut (kepada-Nya)”. Muqatil berkata: “(Mereka adalah)
orang-orang yang merendahkan diri (kepada-Nya)”. Mujahid berkata:
“Khusyu’ adalah menundukkan pandangan dan merendahkan suara”. Khusyu’
(artinya) mirip dengan khudhu’, cuma khudhu’ ada pada (anggota) badan,
sedangkan khusyu’ ada pada hati, badan, pandangan dan suara. Allah Ta’ala berfirman:
{وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ}
“Dan (pada hari kiamat) khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah” (QS Thaahaa: 108)”9.
Dari artikel 'Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1) — Muslim.Or.Id'
Secara bahasa khusyu’ berarti as-sukuun (diam/tenang) dan at-tadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia.
Imam Ibnu Rajab berkata: “Asal (sifat) khusyu’ adalah
kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri dalam hati
manusia (kepada Allah Ta’ala). Tatkala Hati manusia telah
khusyu’ maka semua anggota badan akan ikut khusyu’, karena anggota badan
(selalu) mengikuti hati, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika
segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika
segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia,
ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”.
Maka jika hati seseorang khusyu’, pendengaran,
penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyu’,
(bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya”5.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Para ulama sepakat
(mengatakan) bahwa khusyu’ tempatnya dalam hati dan buahnya (tandanya
terlihat) pada anggota badan”6.
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Khusyu’ dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala
dengan merasakan kedekatan-Nya, sehingga hatinya merasa tentram dan
jiwanya merasa tenang, (sehingga) semua gerakan (angota badannya)
menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap
santun di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan
yang dilakukannya dalam shalat, dari awal sampai akhir. Maka dengan ini
akan sirna bisikan-bisikan (Setan) dan pikiran-pikiran yang buruk.
Inilah ruh dan tujuan shalat”7.
Inilah makna ucapan salah seorang ulama salaf ketika
beliau melihat seorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya:
“Seandainya hati orang ini khusyu’ maka akan khusyu’ semua anggota
tubuhnya”8.
Lebih lanjut, imam al-Bagawi memaparkan makna ini
dalam ucapan beliau: “Para ulama berbeda (pendapat) dalam makna khusyu’,
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu berkata: “(Orang-orang yang khusyu’ adalah) mereka yang selalu tunduk dan merendahkan diri (kepada Allah Ta’ala).
al-Hasan (al-Bashri) dan Qatadah berkata: “(Mereka adalah) orang-orang
yang selalu takut (kepada-Nya)”. Muqatil berkata: “(Mereka adalah)
orang-orang yang merendahkan diri (kepada-Nya)”. Mujahid berkata:
“Khusyu’ adalah menundukkan pandangan dan merendahkan suara”. Khusyu’
(artinya) mirip dengan khudhu’, cuma khudhu’ ada pada (anggota) badan,
sedangkan khusyu’ ada pada hati, badan, pandangan dan suara. Allah Ta’ala berfirman:
{وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ}
“Dan (pada hari kiamat) khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah” (QS Thaahaa: 108)”9.
Dari artikel 'Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1) — Muslim.Or.Id'
No comments:
Post a Comment