visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Thursday, May 5, 2011

KUNCI KEBAIKAN

Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَلَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agama. Dan akan senantiasa ada sekelompok orang di antara kaum muslimin yang berjuang membela kebenaran dan mereka akan selalu menang dalam melawan orang-orang yang memusuhi mereka hingga datangnya hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim, ini lafal Muslim)

Hadits yang agung ini mengandung pelajaran, antara lain:

1. Ditetapkannya kebaikan bagi orang-orang yang mendalami agama Allah. Dan kepahaman tersebut tidak hanya hasil dari usaha manusia, bahkan ia merupakan anugerah dari Allah dan orang-orang semacam ini -yang diberi anugerah oleh Allah- akan senantiasa ada di dunia ini hingga datangnya kiamat yaitu bertiupnya angin yang akan mencabut ruh setiap orang yang di dalam hatinya menyimpan keimanan sehingga tersisalah orang-orang terjelek dan kepada merekalah hari kiamat itu terjadi (lihat Fath al-Bari [1/115] asy-Syamilah)

2. Yang dimaksud segolongan orang yang selalu membela kebenaran itu adalah para ulama ahli hadits. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari rahimahullah. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Apabila mereka itu bukan ahli hadits, maka aku tidak tahu lagi siapakah mereka itu.” al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Yang dimaksud oleh Imam Ahmad adalah Ahlus Sunnah dan orang-orang yang meyakini sebagaimana keyakinan ahli hadits.” (lihat Fath al-Bari [1/115] asy-Syamilah)

3. Orang yang tidak mau memahami ajaran agama dan tidak mau mempelajari kaidah-kaidahnya serta cabang-cabangnya maka orang semacam ini telah dihalangi dari kebaikan. Maka hadits ini menunjukkan keutamaan yang sangat jelas bagi para ulama di antara segenap manusia dan keutamaan mempelajari ilmu agama dibandingkan ilmu-ilmu yang lainnya (lihat Fath al-Bari [1/115], Syarh Ibnu Batthal [1/148-149] asy-Syamilah)

4. Ibnu Batthal rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ilmu itu dinilai memiliki keutamaan disebabkan ilmu itulah yang akan membimbing pemiliknya untuk merasa takut kepada Allah, berusaha untuk selalu melakukan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Fathir: 28). Ibnu Umar berkata kepada orang yang memanggilnya sebagai faqih -orang yang ahli agama-, “Sesungguhnya orang yang faqih itu adalah orang yang zuhud kepada dunia dan sangat merindukan akherat.”.” (lihat Syarh Ibnu Batthal [1/149], lihat juga Syarh an-Nawawi [3/489] asy-Syamilah)

5. Motivasi untuk menimba ilmu agama (lihat Syarh an-Nawawi [3/489] asy-Syamilah). Banyak sekali ayat ataupun hadits yang menunjukkan keutamaan menimba ilmu dan memberikan dorongan bagi kita untuk itu. Maka sudah semestinya setiap muslim bersemangat untuk memahami ajaran agamanya agar dia bisa meraih kebaikan sebanyak-banyaknya. Allahul muwaffiq.



No comments:

Post a Comment