dakwatuna.com - Menjelang peristiwa perang Badar, Rasulullah SAW dan pasukan melakukan perjalanan menuju Badar. Setelah melalui beberapa bukit, maka tibalah mereka di Badar. Dari sana beliau melakukan kegiatan mata-mata bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat Rasulullah yang dengan setia menemaninya ketika peristiwa hijrah. Tatkala mereka berputar-putar di sekitar pasukan musyrikin Quraisy, tiba-tiba mereka berpas-pasan dengan seorang Arab yang sudah tua.
Pada saat pertemuan yang tidak sengaja itu, Rasulullah SAW melakukan penyamaran agar tidak ketahuan sebagai bagian dari pasukan Muslimin dari Madinah.
Rasulullah bertanya kepada orang tua itu tentang pasukan Quraisy dan Muhammad. Beliau menanyakan kedua pasukan itu agar tidak ketahuan penyamarannya.
“Aku tidak akan memberitahu kepada kalian sebelum kalian memberitahu kepadaku, dari mana asal kalian berdua,” kata orang tua itu.
“Beritahukan kepada kami, nanti akan kami beritahukan kepadamu dari mana asal kami,” Rasulullah menanggapinya.
“Jadi begitukah?” tanya orang tua itu.
“Benar,” jawab Rasulullah.
“Menurut informasi yang kudengar, Muhammad dan rekan-rekannya berangkat pada hari ini dan ini. Jika informasi itu benar, berarti pada hari ini dia sudah tiba di tempat ini (tepat di tempat pemberhentian pasukan Muslimin). Menurut informasi yang kudengar, Quraisy berangkat pada hari ini dan ini. Jika informasi ini benar, berarti mereka sudah tiba di tempat ini (tepat di tempat pemberhentian pasukan musyrikin Quraisy).” Setelah panjang lebar menjelaskan, orang tua itu bertanya, “Lalu dari mana asal kalian berdua?”
Rasulullah menjawab, “Kami berasal dari setetes air.”
Setelah itu Rasulullah dan Abu Bakar beranjak pergi meninggalkan orang tua itu melongo’ keheranan, “Dari setetes air yang mana? Ataukah dari setetes air di Irak?” []
Maraji’: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
No comments:
Post a Comment