IKHLAS
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Musa Al Asy'ari disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah ditanya tentang seseorang yang berperang karena keberaniannya, karena fanatisme, karena riyak, mana di antaranya yang berada di jalan Allah? Rasulullah menjawab, ''Barangsiapa yang berperang agar Kalimatullah itulah yang tertinggi, maka ia berada di jalan Allah.'' Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, ''Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh dan penampilanmu, tetapi Allah melihat hatimu.''
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Musa Al Asy'ari disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah ditanya tentang seseorang yang berperang karena keberaniannya, karena fanatisme, karena riyak, mana di antaranya yang berada di jalan Allah? Rasulullah menjawab, ''Barangsiapa yang berperang agar Kalimatullah itulah yang tertinggi, maka ia berada di jalan Allah.'' Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, ''Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh dan penampilanmu, tetapi Allah melihat hatimu.''
Ikhlas adalah sebuah kata yang sangat mudah diucapkan, tapi sulit dilaksanakan. Mulut kita setiap saat boleh jadi mengatakan, ''Saya ikhlas kok.'' Tetapi, karena keikhlasan bukanlah aktivitas mulut, maka sebanyak apa pun kita mengatakan kita ikhlas, kalau hati tidak ikhlas maka itu tidak akan mempunyai arti sedikit pun di hadapan Allah. Para ahli sufi mengatakan, ''Amal itu bersifat fisik, sedangkan ruhnya adalah ikhlas.'' Oleh karenanya, setiap amal yang tidak dibangun di atas landasan keikhlasan adalah amalan mati yang tertolak dan tidak diberkahi.
Untuk mewujudkan perasaan ikhlas, setiap Muslim harus senantiasa meluruskan niatannya dalam setiap amal yang dilakukannya, meneliti setiap motivasi yang menggerakkannya untuk beramal. Setelah itu tidak ada waktu bagi seorang mukmin untuk diam tidak beramal karena takut tidak ikhlas, saatnya untuk segera beramal dengan penuh semangat dan kesungguhan seakan-akan Allah melihat sekecil apa pun kesalahan yang dia perbuat dalam setiap amal atau kerja yang dilakukan.
Ada berbagai dorongan kejiwaan yang dapat menyelewengkan kita dari keikhlasan, di antaranya: kekayaan, penampilan, ketenaran, pangkat, dan kepentingan. Setiap kita hendaknya meneliti hati dan jiwa kita, adakah salah satu dari hal tersebut di atas menjadi motivasi atau niat dalam kita beramal. Jikalau ternyata benar, jangan serta merta amalan itu kita tinggalkan, tetapi hendaklah kita luruskan niat semata-mata karena Allah, kemudian kita lanjutkan amal dan kerja dengan niat yang ikhlas.
Ketika keikhlasan sudah bersemayam di dalam setiap orang Muslim, maka ketika ada pekerjaan yang harus ditunaikan tentulah akan berdesak-desakan orang datang untuk mengerjakannya, menghilang ketika ada keuntungan, saling mengalah dalam urusan dunia, dan saling berlomba dalam urusan akhirat. Namun, ketika rasa ikhlas itu jauh dari hati orang mukmin tentu yang terjadi adalah sebaliknya, sepi ketika ada pekerjaan yang harus diselesaikan, berdesak-desakan ketika ada keuntungan, dan saling tidak mau kalah dalam urusan dunia, dan saling mengalah bahkan malas dalam urusan akhirat.
Keikhlasan akan menimbulkan kedamaian dan persaudaraan, sedangkan ketidakikhlasan akan menimbulkan kekacauan dan pecahnya persaudaraan. Ada sebuah kata-kata bijak yang dapat kita ambil hikmahnya: hendaklah Anda berbuat amalan-amalan yang mendatangkan pujian, kemudian Anda lari dari mendengar pujian-pujian itu. Allah juga telah mengingatkan kita dalam sebuah ayat untuk bekerja, beramal, beribadah semata-mata karena Allah. ''Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan (Al An'am: 162-163)''.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment