Sebaliknya mereka sangat kecewa bahkan jijik melihat kaum muslimin di negeri-negeri terbelakang seperti Bangladesh, Afghanistan, Nigeria dan Indonesia. Mereka mengira bahwa status formal keagamaan bangsa-bangsa tersebut-lah yang menyebabkan mereka menjadi terbelakang dan terhina di dunia. Mereka kaitkan antara dominasi agama yang dianut bangsa tersebut dengan ketertinggalan yang mereka alami. Sehingga mereka segera menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang menyebabkan keterbelakangan dan kehinaan sedangkan agama-agama di luar Islam, entah itu Nasrani, Yahudi bahkan Shinto merupakan agama yang menyebabkan kemajuan dan kemuliaan manusia di dunia.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena kebanyakan manusia tidak mampu membedakan antara ajaran agama dengan penganut agama. Mereka terlalu mudah menilai dan memvonis suatu agama sebagai baik atau buruk hanya berdasarkan tampilan penganutnya. Jika penganutnya berpenampilan maju dan menarik (secara standar duniawi) mereka segera memvonis agama yang mereka anut itu pastilah baik, bahkan benar. Sementara bilamana penganutnya berpenampilan tertinggal dan lemah (secara standar duniawi) mereka segera memvonis bahwa agama yang mereka anut itu pastilah buruk, bahkan batil…!
Dan bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan negeri berpenduduk muslim dewasa ini dalam keadaan tertinggal dan lemah secara standar dunia. Sebaliknya, sebagian besar negeri-negeri yang disebut sebagai negara-negara maju justru terdiri dari kebanyakan penganut agama di luar Islam. Sungguh, sangat wajar bilamana orang kafir pada umumnya tidak bisa menghargai ajaran Islam di zaman di mana umat Islam sedang babak belur seperti keadaannya dewasa ini.
Oleh karena itu, biasanya orang barat kafir yang akhirnya memperoleh hidayah Allah ta’aala dan memeluk agama Islam adalah mereka yang tidak terjebak pada stereotype negatif mengenai ajaran Islam. Mereka sanggup membedakan antara Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah ta’aala Yang Maha Benar dengan umatnya yang seringkali tidak konsisten menjalankan ajaran mereka. Inilah orang yang potensial bersikap obyektif dan akhirnya menemukan hidayah kebenaran cahaya agama Allah ta’aala. Di antara mereka -misalnya- adalah mantan penyanyi terkenal Cat Stevens yang kemudian merubah namanya menjadi Yusuf Islam.
Pantas bilamana orang Barat yang akhirnya mendapat hidayah iman dan islam lewat mengkaji kitabullah Al-Qur’an sering berkata: ”Alhamdulillah saya berjumpa dengan Al-Qur’an sebelum berjumpa dengan ummat Islam. Andaikan saya berjumpa dengan ummat Islam sebelum membaca dan mempelajari Al-Qur’an barangkali saya tidak akan pernah tertarik akan ajaran Islam.”
Maka, saudaraku, marilah kita menjadi duta-duta agama Allah ta’aala yang mengkampanyekan kemuliaan dan kebenaran Al-Islam betapapun zaman yang sedang kita jalani dewasa ini tidak berfihak pada Islam dan ummat Islam. Marilah kita persiapkan alasan di hadapan Allah ta’aala kelak di hari berbangkit. Bila kita telah mengajak dengan gigih orang-orang kafir alias non-muslim untuk memeluk Islam, maka tentunya mereka tidak punya alasan untuk menyalahkan kita kelak di hadapan Allah ta’aala pada hari pengadilan. Seandainnya mereka mengetahui betapa besarnya ganjaran yang menunggu orang beriman di akhirat, niscaya mereka akan menyesal mengapa mereka tidak menjadi muslim sewaktu hidup di dunia.
الر تِلْكَ آَيَاتُ الْكِتَابِ وَقُرْآَنٍ مُبِينٍ رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat
Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur’an yang memberi
penjelasan. Orang-orang yang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat)
menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang
muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan
dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui
(akibat perbuatan mereka).” (QS Al-Hijr ayat 1-3)ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
Saudaraku, marilah kita banyak berda’wah dan mengajak kaum kafir non-muslim untuk menjalani kehidupan Islami dan imani agar mereka selamat di dunia dan selamat pula di akhirat. Janganlah kita bersikap bakhil ingin masuk surga sendiri tanpa mengajak mereka berpeluang masuk surga bersama kita. Dan janganlah kita berlindung di balik alasan ”toleransi” padahal sejatinya kita tidak pernah peduli kemaslahatan mereka kelak dalam kehidupan hakiki di akhirat. Wallahu a’lam.-
No comments:
Post a Comment