Nabi saw bersabda: “Do’a yang paling utama adalah di hari Arafah, dan
sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku baca pada hari itu,
adalah...
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
Lâ Ilâha Illallâh Wahdahu Lâ Syarîkalahu, Lahulmulku Wa Lahulhamdu,
Wahuwa ‘Alâ Kulli Syaiin Qadîr. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan
pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Sebaik-baik do’a adalah do’a di hari Arafah. Maksudnya, do’a saat
itu paling cepat diijabahi. Sehingga kita diperintahkan untuk konsen
melakukan ibadah yang satu ini di pada hari Arafah, apalagi untuk orang
yang sedang wukuf di Arafah.
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka
adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan
keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang
diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
Apakah keutamaan do’a ini hanya khusus bagi yang wukuf di Arafah?
Apakah berlaku juga keutamaan ini bagi orang yang tidak menunaikan
ibadah haji?
Yang tepat, mustajabnya do’a tersebut adalah umum, baik bagi yang
berhaji maupun yang tidak berhaji karena keutamaan yang ada adalah
keutamaan pada hari. Sedangkan yang berada di Arafah (yang sedang wukuf
pada tanggal 9 Dzulhijjah), ia berarti menggabungkan antara keutamaan
waktu dan tempat. Demikian kata Syaikh Sholih Al Munajjid dalam fatawanya no. 70282.
Tanda bahwasanya do’a pada hari Arafah karena dilihat dari kemuliaan
hari tersebut dapat kita lihat dari sebagian salaf yang membolehkan
ta’rif. Ta’rif adalah berkumpul di masjid untuk berdo’a dan
dzikir pada hari Arafah. Yang melakukan seperti ini adalah sahabat Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Imam Ahmad masih membolehkannya walau
beliau sendiri tidak melakukannya.
Syaikh Sholih Al Munajjid -semoga Allah berkahi umur beliau-
menerangkan, “Hal ini menunjukkan bahwa mereka menilai keutamaan hari
Arafah tidaklah khusus bagi orang yang berhaji saja. Walau memang
berkumpul-kumpul seperti ini untuk dzikir dan do’a pada hari Arafah
tidaklah pernah ada dasarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu Imam Ahmad tidak melakukannya. Namun beliau beri
keringanan dan tidak melarang karena ada sebagian sahabat yang
melakukannya seperti Ibnu ‘Abbas dan ‘Amr bin Harits radhiyallahu
‘anhum.” (Fatawa Al Islam Sual wal Jawab no. 70282)
Para salaf dahulu saling memperingatkan pada hari Arafah untuk sibuk
dengan ibadah dan memperbanyak do’a serta tidak banyak bergaul dengan
manusia. ‘Atho’ bin Abi Robbah mengatakan pada ‘Umar bin Al Warod,
“Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka
lakukanlah.” (Ahwalus Salaf fil Hajj, hal. 44)
Do’a ini bagi yang wukuf dimulai dari siang hari selepas matahari
tergelincir ke barat (masuk shalat Zhuhur) hingga terbenamnya matahari.
Semoga Allah memudahkan kita untuk menyibukkan diri dengan do’a, dzikir dan ibadah pada hari Arafah.
*dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment