DAHSYATNYA ENERGI PAGI
Daya dan Kekuatan
Daya adalah kemampuan atau kekuatan (energi) untuk melakukan aktifitas (amal). Keduanya berbanding lurus. Semakin besar energi yang dimiliki maka akan semakin besar pula amal yang akan dijalani. Besar atau banyaknya amal inilah yang disebut dengan berdaya.
Sebagaimana keyakinan kita, bahwa tiada daya dan kekuatan (energi) kecuali milik dan dari Allah semata. Untuk itu, di dalam menuntaskan amal seharian dibutuhkan adanya hubungan yang harmonis dengan Allah SWT. Karenanya, harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhanya merupakan asupan energi dari Allah kepada hambanya. Sekali lagi, tida daya dan energi (lahaula wala quwwata) kecuali dari Allah SWT.
Dua Energi Manusia
Manusia diberi 2 energi (kekuatan = al quwwah) oleh Allah, yaitu berupa energy fisik dan energy hati / ruh. Antara seorang dengan lainya memiliki energi yang berbeda-beda meskipun dengan anugerah fisik (jasadiyah) dan hati (ruhiyah / ma’nawiyah) yang sama dari Allah SWT. Tinggi rendahnya al quwwah al jasadiyah dan al quwawah al ma’nawiyah tergantung dari besar kecilnya asupan energi dari Allah SWT. Akhirnya manakala manusia memiliki energi yang besar (dahsyat) baik dari sisi jasadiy maupun ruhiy, maka dia akan bisa menuntaskan aktifitas hari-harinya secara maksimal.
Menggapai Energi Dahsyat di Pagi Hari
Pagi hari adalah waktu yang di dalamnya terdapat banyak sekali potensi. Padanya ada berbagai peluang dahsyat untuk mensuplai kekuatan yang dibutuhkan oleh fisik maupun ruh manusia.
Adalah Rosulullah Muhammad SAW, telah banyak memberikan contoh kepada kita bagaimana memanfaatkan peluang di pagi hari sehingga kejayaan hidup di dunia sampai di akhirat beliau dapatkan baik secara individu maupun kemasyarakatan. Dan ternyata kejayaan yang diperoleh berbanding lurus dengan energi yang dimiliki dari sisi jasadiy maupun maknawiy. Diantara usaha (ikhtiyar) yang dicontohkan Nabi SAW dalam mereguk asupan energi dari Allah SWT adalah :
Pertama, senantiasa menegakkan malam dengan melakukan shalat sunnah (Qiyamul lail) di sepertiga malam yang terakhir. Semakin berat tantangan dan ujian yang dihadapi seseorang, maka sudah sepantasnya seseorang tersebut berlama-lama mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT melalui shalat lail. Terkait ini, pada awal-awal beratnya tantangan yang dihadapi ketika mendakwahkan risalah maka Allah mewajibkan kepada Nabi dan para sahabatnya untuk melakukan qiyamullail. Dengan begitu ternyata generasi ini memiliki energi jauh di atas rata-rata muslim saat ini baik dari sisi jasadiyah maupun ruhiyah. (QS. Al Muzammil: 1-5)
Kedua, Shalat fajar (subuh) dengan berjamaah (terutama laki-laki) didahului dengan 2 rakaat ringan (shalat sunnah fajar). Tentang keutamaan (afdhaliyat) shalat sunnah ini, Nabi bersabda, “Dua rakaat fajar lebih baik (nilainya) dari pada dunia dan seisinya – HR. Muslim dan thirmidzi”. Dahsyat kan?.
Ketiga, shalat syuruq (matahari terbit) yang merupakan 1 paket dengan shalat berjamaah dilanjutkan dengan dzikir (bermunajat) sampai dengan matahari terbit tanpa diselingi kegiatan lain kecuali dzikir kepada Allah SWT. Shalat syuruq ini berpahala seperti pahala haji dan umroh (HR. Tirmidzi).
Keempat, shalat dhuha. Salah satu yang mendasari shalat sunnah di waktu dhuha ini adalah, hadits Nabi yang berbunyi “Barang siapa yang selalu mengerjakan 2 rakaat di waktu dhuha maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan”.
Meskipun contoh dari Nabi mulai dari pertama sampai dengan keempat tersebut seolah-olah amal yang hanya memberikan asupan energy ruhiyah saja, tetapi ternyata seluruh gerak-gerik shalat itu berfaedah sebagai peregangan otot-otot manusia (stretching). Pantas saja Nabi dan para sahabatnya termasuk generasi yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa juga. Bagaimana Nabi mampu menjatuhkan Rukanah Si jawara gulat pada saat itu kalau dirinya tidak terlatih dan kuat secara fisik. Jadi? Bagaimana dengan olah raga? Ya tentunya sangat dianjurkan. Dan bahkan Rosulullah tidak menyukai tidur setelah fajar
Wallahu a’lam bish shawab.
*)Disampaikan dalam kajian online “Hamba Allah”, pemateri Sholihin Muslim, Kamis 2 Oktober 2014.
Daya dan Kekuatan
Daya adalah kemampuan atau kekuatan (energi) untuk melakukan aktifitas (amal). Keduanya berbanding lurus. Semakin besar energi yang dimiliki maka akan semakin besar pula amal yang akan dijalani. Besar atau banyaknya amal inilah yang disebut dengan berdaya.
Sebagaimana keyakinan kita, bahwa tiada daya dan kekuatan (energi) kecuali milik dan dari Allah semata. Untuk itu, di dalam menuntaskan amal seharian dibutuhkan adanya hubungan yang harmonis dengan Allah SWT. Karenanya, harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhanya merupakan asupan energi dari Allah kepada hambanya. Sekali lagi, tida daya dan energi (lahaula wala quwwata) kecuali dari Allah SWT.
Dua Energi Manusia
Manusia diberi 2 energi (kekuatan = al quwwah) oleh Allah, yaitu berupa energy fisik dan energy hati / ruh. Antara seorang dengan lainya memiliki energi yang berbeda-beda meskipun dengan anugerah fisik (jasadiyah) dan hati (ruhiyah / ma’nawiyah) yang sama dari Allah SWT. Tinggi rendahnya al quwwah al jasadiyah dan al quwawah al ma’nawiyah tergantung dari besar kecilnya asupan energi dari Allah SWT. Akhirnya manakala manusia memiliki energi yang besar (dahsyat) baik dari sisi jasadiy maupun ruhiy, maka dia akan bisa menuntaskan aktifitas hari-harinya secara maksimal.
Menggapai Energi Dahsyat di Pagi Hari
Pagi hari adalah waktu yang di dalamnya terdapat banyak sekali potensi. Padanya ada berbagai peluang dahsyat untuk mensuplai kekuatan yang dibutuhkan oleh fisik maupun ruh manusia.
Adalah Rosulullah Muhammad SAW, telah banyak memberikan contoh kepada kita bagaimana memanfaatkan peluang di pagi hari sehingga kejayaan hidup di dunia sampai di akhirat beliau dapatkan baik secara individu maupun kemasyarakatan. Dan ternyata kejayaan yang diperoleh berbanding lurus dengan energi yang dimiliki dari sisi jasadiy maupun maknawiy. Diantara usaha (ikhtiyar) yang dicontohkan Nabi SAW dalam mereguk asupan energi dari Allah SWT adalah :
Pertama, senantiasa menegakkan malam dengan melakukan shalat sunnah (Qiyamul lail) di sepertiga malam yang terakhir. Semakin berat tantangan dan ujian yang dihadapi seseorang, maka sudah sepantasnya seseorang tersebut berlama-lama mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT melalui shalat lail. Terkait ini, pada awal-awal beratnya tantangan yang dihadapi ketika mendakwahkan risalah maka Allah mewajibkan kepada Nabi dan para sahabatnya untuk melakukan qiyamullail. Dengan begitu ternyata generasi ini memiliki energi jauh di atas rata-rata muslim saat ini baik dari sisi jasadiyah maupun ruhiyah. (QS. Al Muzammil: 1-5)
Kedua, Shalat fajar (subuh) dengan berjamaah (terutama laki-laki) didahului dengan 2 rakaat ringan (shalat sunnah fajar). Tentang keutamaan (afdhaliyat) shalat sunnah ini, Nabi bersabda, “Dua rakaat fajar lebih baik (nilainya) dari pada dunia dan seisinya – HR. Muslim dan thirmidzi”. Dahsyat kan?.
Ketiga, shalat syuruq (matahari terbit) yang merupakan 1 paket dengan shalat berjamaah dilanjutkan dengan dzikir (bermunajat) sampai dengan matahari terbit tanpa diselingi kegiatan lain kecuali dzikir kepada Allah SWT. Shalat syuruq ini berpahala seperti pahala haji dan umroh (HR. Tirmidzi).
Keempat, shalat dhuha. Salah satu yang mendasari shalat sunnah di waktu dhuha ini adalah, hadits Nabi yang berbunyi “Barang siapa yang selalu mengerjakan 2 rakaat di waktu dhuha maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih di lautan”.
Meskipun contoh dari Nabi mulai dari pertama sampai dengan keempat tersebut seolah-olah amal yang hanya memberikan asupan energy ruhiyah saja, tetapi ternyata seluruh gerak-gerik shalat itu berfaedah sebagai peregangan otot-otot manusia (stretching). Pantas saja Nabi dan para sahabatnya termasuk generasi yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa juga. Bagaimana Nabi mampu menjatuhkan Rukanah Si jawara gulat pada saat itu kalau dirinya tidak terlatih dan kuat secara fisik. Jadi? Bagaimana dengan olah raga? Ya tentunya sangat dianjurkan. Dan bahkan Rosulullah tidak menyukai tidur setelah fajar
Wallahu a’lam bish shawab.
*)Disampaikan dalam kajian online “Hamba Allah”, pemateri Sholihin Muslim, Kamis 2 Oktober 2014.
No comments:
Post a Comment