Khutbah ‘Idul Fithri 1436 H
MENJAGA KEMENANGAN DENGAN KONTROL SOSIAL
Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.
الله اكبر 9 مرات. الله اكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة
وأصيلا لا اله الاالله والله اكبر الله اكبرولله الحمد. الْحَمْدُ ِللهِ
الَّذِى أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ, تَبْصِرَةً ِلأُولِى
اْلأَلْبَابِ , وَأَوْدَعَهُ مِنْ فُنُوْنِ اْلعُلُوْمِ وَالْحِكَمِ
العَجَبِ الْعُجَابِ , وَ جَعَلَهُ أَجَلَّ الْكُتُبِ قَدْرًا
وَأَغْزَرِهَا عِلْمًا وَ أَعْذَبِهَا نَظْمًا وَ أَبْلَغِهَا فِى
الْخِطَابِ قُرْآناً عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ وَ لاَ مَخْلُوْقٍ وَ
لاَ شُبْهَةٍ فِيْهِ وَ لاَ ارْتِيَابٍ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ اْلأَرْبَابِ الَّذِي عَنَتْ
لِقَيُّوْمِيَّتِهِ الْوُجُوْهُ وَخَضَعَتْ لِعَظَمَتِهِ الرِّقَابُ. وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ مِنْ
أَكْرَمِ الشُّعُوْبِ وَأَشْرَفِ الشِّعَابِ إِلَى خَيْرِ أُمَّةٍ
بِأَفْضَلِ كِتَابٍ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى
آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الأَنْجَابِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ إِلَى
يَوْمِ الْمَآبِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Di tengah rasa sedih karena ditinggal bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, dan kesedihan melihat negeri ini yang diambang krisis besar, umat Islam sedunia merayakan kemenangan besar karena telah berhasil menunaikan tugas atau kewajiban puasa selama sebulan penuh. Allah menjadikan kita pribadi-pribadi taqwa yang fitri karena telah bersih dari dosa-dosa, bagaikan bayi yang baru lahir dari Rahim ibunya.
Pribadi taqwa hasil tempaan selama bulan Ramadhan tentu tidaklah mudah perjalanan sebelas bulan kedepan, karena suasananya sudah berubah, terutama karena musuh utama manusia, syaitan, yang selama Ramadhan diikat, sekarang sudah dilepas kembali oleh Allah SWT. Iblis dan setan serta bala tentaranya tidak akan pernah rela pribadi-pribadi taqwa ini tetap dalam keadaan fitri. Mereka akan segera beraksi untuk memporak-porandakan hasil-hasil Ramadhan dengan segala upaya. Ingatlah, mereka sudah dari dulu sudah memproklamirkan penyesatan kepada seluruh manusia seperti diungkapkan dalam Al-Qur’an:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A’raf [7]:16-17)
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Allah SWT pun sudah mempersilakan Iblis-syaitan untuk menyesatkan manusia, bahkan dipersilakan untuk mengerahkan segala pasukannya. Seperti halnya manusia, iblis-syaitan memiliki pasukan tempur yang lengkap. Pasukan tempur mereka ada yang berupa pasukan berkuda (kavaleri), ada juga yang berupa pasukan infantry (pasukan berjalan kaki). Allah SWT berfirman:
قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (63) وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا (64)
Tuhan berfirman: "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (QS. Al-Isra’ [17]: 63-64)
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Pertempuran antara pribadi-pribadi taqwa dan iblis-syaitan memang abadi hingga hari kiamat. Allah memberikan kemurahanNya hanya di bulan Ramadhan dan tidak di bulan-bulan lain. Dalam rangka menjaga diri kita dan masyarakat dari gempuran Iblis dan pasukannya, maka kita harus membentengi diri dan masyarakat dengan terus menghidupkan budaya saling mengingatkan atau disebut dengan kontrol sosial. Budaya kontrol sosial ini dirasa semakin hilang dari kehidupan masyarakat kita. Padahal ini adalah cara paling unggul untuk terhindar dari kerugian dan malapetaka sebagaimana difirmankan oleh Allah:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashar [103]:1-3)
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Sesungguhnya perubahan mental sosial selalu berlangsung sangat lama sehingga tidak dirasakan perubahannya, baik perubahan ke arah yang lebih baik maupun ke yang lebih buruk. Saat umat Islam pertama telah Allah ubah kondisi mereka ke arah yang lebih baik dengan diturunkannya Al-Qur’an, Allah pun memperingatkan mereka akan terjadinya perubahan ke arah yang lebih buruk karena perubahan yang terjadi pada diri mereka sendiri. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’du [13]:11)
Biasanya kita memahami ayat ini untuk memotivasi umat Islam agar merubah dirinya ke arah kebaikan agar terjadi perubahan pada umat. Akan tetapi, saat ayat ini turun, sebenarnya ayat ini adalah ayat peringatan. Karena kondisi umat Islam saat itu sedang berada pada puncak kebaikan karena masa itu adalah masa nubuwwah, umat Islam dibersamai oleh Nabi Muhammad SAW. Kebaikan atau nikmat Allah itu akan lenyap, apabila diri mereka sendiri berubah ke arah keburukan sebagaiman difirmankan oleh Allah SWT:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Al-Anfal [8]:53)
Contoh umat yang berubah dari kemuliaan menjadi hina dina adalah bani israil. Karena itu Allah menyuruh kita untuk mewaspadai agar itu tidak terjadi pada diri kita:
وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hadid [57]: 16)
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Bahwa perubahan suatu kaum (bangsa dan negara serta dunia) itu diawali oleh perubahan individu. Jika yang terjadi adalah perubahan ke arah lebih buruk, maka itu terjadi karena mayoritas individunya sedang berubah ke arah yang lebih buruk. Prosesnya adalah sebagai berikut: jika seseorang yang baik berbuat keburukan, maka akan ada noda hitam di hatinya (nuktatus saudaa). Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ
سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ
وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ
الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ { كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan dan dibentuk di dalam hatinya bintik hitam. Ketika dia melepaskannya dan beristighfar, hatinya akan bersih kembali. Dan jika ia mengulanginya, bertambah pula noda hitam di hatinya sampai menutupi hatinya. Itulah “rona” yang disebut oleh Allah {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka}.
Hati yang bersih, putih, akan merasakan sekali adanya noda hitam tersebut sehingga ia akan menyesal luar biasa atas perbuatannya yang buruk, lalu beristighfar dan terhapuslah noda tersebut. Tapi kalau tidak beristighfar, maka noda hitam itu masih tetap ada. Jika mengulangi perbuatan dosanya maka akan bertambahlah noda hitamnya sehingga akhirnya menutupinya. Saat itulah terjadi perubahan yang luar biasa pada dirinya: yang semula malu-malu dalam melakukan dosa menjadi terang-terangan bahkan bangga dengan dosanya (‘izzah bil itsmi) sehingga menolak nasihat, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an:
وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
Dan apabila dikatakan kepadanya:"Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. Al-Baqarah [2]: 206)
Itulah yang terjadi pada dunia Barat saat mereka akhirnya melegalkan pernikahan sejenis atau LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). Dulu mereka malu-malu melakukannya, sekarang mereka bangga dengan perilakunya yang menyimpang itu. Dalam setiap pawai mereka mengusung tulisan PRIDE yang berarti bangga dengan penyimpangannya. Na’udzu billahi min dzalik…
Rasulullah SAW menyebutkan fenomema akhir zaman dengan munculnya berbagai tindakan buruk yang merajalela:
إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ كَثُرَ لُبْسُ الطِّيَالِسَةِ وَكَثُرَتِ التِّجَارَةُ وَكَثُرَ المْاَلُ وَعَظَمَ رَبَّ المْاَلِ وَكَثُرَتِ الْفَاحِشَةُ وَكَانَتْ آمِرَةُ الصِّبْيَانِ وَكَثُرَ النِّسَاءُ وَجَارُ السُّلْطَانِ وَطَفَّفُ فِي الْمِكْيَالِ وَالْمِيْزَانِ يُرَبَّي الرَّجُلُ جَرْوًا كَلْبًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يُرَبَّي وَلَداً وَلا يُوَقِّرَ كَبِيْرًا وَلا يَرْحَمَ صَغِيْرًا وَيَكْثُرُ أَوْلادَ الزِّنَا حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَغْشَى الْمَرْأَةَ عَلَى قَارِعَةِ الطَّرِيْقِ فَيَقُوْلُ أَمْثُلُهُمْ فِي ذلِكَ الزَّمَانِ: لَوِ اعْتَزَلْتُمْ عَنِ الطَّرِيْقِ، يَلْبَسُوْنَ جُلُوْدَ الضَّأْنِ عَلَى قُلُوْبِ الذَّئاَبِ أَمْثُلُهُمْ فِي ذلِكَ الزَّمَانِ الْمَدَاهِنِ".( الطبراني)
“Apabila akhir zaman semakin dekat maka (1) banyak orang yang berpakaian jubah, (2) dominasi perdagangan (kapitalisme), (3) harta kekayaan melimpah, (4) para pemilik modal (konglomerat) diagungkan, (5) kemesuman merajalela, (6) kanak-kanak dijadikan pemimpin, (7) dominasi perempuan, (8) kelaliman penguasa, (9) manipulasi takaran dan timbangan, (10) orang lebih suka memelihara anjing piaraannya daripada anaknya sendiri, (11) tidak menghormati orang yang lebih tua, (12) tidak menyayangi yang kecil, (13) membiaknya anak-anak zina, sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di zaman itu hanya bisa mengatakan: tolonglah kalian menyingkir dari jalan, (14) mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.” (HR, Thabrani)
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Amaliyah Ramadhan telah membentuk umat Islam menjadi pribadi yang bersih, karena itu untuk mempertahankan kebersihan ini mutlak diperlukan kontrol sosial. Sebab kehancuran suatu kaum itu bukan karena mereka syirik kepada Allah, tetapi karena perbuatan yang menyimpang sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Abbas ra:
مَا أَهْلَكَ اللهُ قَوْماً إِلَّا بِعَمَلِهِمْ، وَلَمْ يُهْلِكْهُمْ بِالشِّرْكِ
"Allah tidak menghancurkan suatu kaum kecuali karena perbuatan mereka, dan tidak menghancurkan mereka karena syirik."
Contoh: Kaum Tsamud (kaumnya Nabi Shaleh) karena menyembelih unta, Ashhabul Aikah (kaumnya Nabi Syu’aib) karena curang dalam timbangan, kaum Nabi Luth karena homoseksual, Fir’aun dan tentaranya karena perlakuan buruk kepada Nabi Musa dan Bani Israil.
Jadi control social adalah kunci kesalamatan, sebagaimana difirmankan Allah SWT:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan. (QS. Hud [11]:117)
Mereka amar ma’ruf nahi munkar, meskipun dicibir sebagai polisi moral. Jangan sampai ada pemikiran ketika melihat perbuatan dosa di sekitar kita: “dosanya yang nanggung dia ini” atau “bukan urusan saya”. Ini adalah masalah keselamatan bersama. Masyarakat digambarkan oleh Rasulullah SAW seperti kapal: Jika ada yang mencoba melubangi kapal meski maksudnya baik agar jangan mengganggu orang-orang yang berada di dek, harus segera dicegah. Pencegahan ini adalah bagian dari kontrol sosial. Kalau tidak, maka hancurlah semuanya alias tenggelam.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,
Karena itu, kita semua harus aktif melakukan kontrol sosial saat melihat tindakan buruk agar tindakan buruk tersebut tidak sempat berkembang. Islam memandang kontrol sosial sebagai sebuah kewajiban dari penolakan dalam hati hingga mencegahnya dengan tangannya. Sudah seharusnya setiap kita melihat tindakan menyimpang dari agama, kita pandang itu sebagai urusan kita, bukan urusan pelakunya saja.
Semoga Allah selalu memperkokoh hati kita dalam Agama Allah:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Duhai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agamaMu
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ الآمِنِيْن
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua menjadi orang yang sukses dari Ramadhan ke Ramadhan. Semoga kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan yang akan datang.
Marilah kita tutup dengan bermunajat kepada Allah SWT.
إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرَ الْخَلْقِ صَاحِبُ الْوَجْهِ الأَنْوَارِ. وَارْضَ اللّهُمَّ عَنْ كُلِّ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْن. وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. اللهم انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَزِدْنَا عِلْمًا اَلْحَمْدُ للهِ عَلى كُلِّ حَالٍ ونَعُوْذُبِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ. اللهم انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ. اللهم انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فَلِسْطِيْن خُصُوْصًا فِي غَزَة
Ya Allah, tolonglah para pejuang Islam di segala tempat dan masa. Tolonglah mujahidin di Palestina, khususnya di Gaza. Hancurkanlah tentara-tentara Yahudi. Selamatkanlah kaum muslimin di segala penjuru dunia.
Ya Allah, berikanlah kami dari takut kami kepadaMu sesuatu yang akan mencegah kami dari mema’shiyatiMu, dari taat kami kepadaMu sesuatu yang akan menyampaikan kami ke dalam surgaMu, dan dari yakin kami sesuatu yang akan membuat kami ringan menghadapi musibah dunia; berikan kenikmatan melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami; jadikan itu sebagai pewarisan hidup kami; balaskan untuk kami orang yang menzhalimi kami; bela kami atas orang yang memusuhi kami; jangan jadikan musibah kami dalam urusan agama kami; jangan jadikan dunia sebagai puncak cita-cita dan puncak ilmu kami; jangan jadikan kami dalam cengkeraman orang yang tidak mengasihi kami.
Ya Allah, jadikanlah kumpulan kami, jamaah yang dirahmati, tempat orang muda yang menghormati orang tua, tempat orang tua yang menyayangi orang muda.
Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pelindung urusan kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi penghidupan kami dan perbaikilah akhirat kami tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini dapat menambah kebaikan bagi kami dan jadikanlah kematian itu istirahat bagi kami dari segala keburukan.
Ya Allah, terimalah amal ibadah kami selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Ya Allah, terimalah ibadah puasa kami, shalat fardhu kami, shalat tarawih kami, shalat witir kami, shalat tahajjud kami, wudhu kami, ruku’ dan sujud kami, khusyu’ kami, dzikir kami, bacaan al-Qur’an kami. Kami sadar, ya Allah, semua ibadah yang kami lakukan jauh dari sempurna. Hanya sebatas itu, ya Allah, kemampuan iman kami. Tapi kami memohon kepadaMu, dengan sepenuh kerendahan dan sepenuh pengharapan kami, terimalah itu semua, ya Allah. Ridho-Mu, ya Allah, hanya ridho-Mu-lah yang kami harapkan melingkupi diri kami, keluarga kami, orang tua kami, saudara-saudara kami, masyarakat kami, negara kami. Engkau adalah satu-satunya tempat kami bergantung dan kami memohon pertolongan. Hanya kepadaMu kami bertawakkal, ya Allah. Ya Allah, sampaikanlah kami di bulan Ramadhan yang akan datang, sehingga kami berkesempatan untuk memperbaiki kembali kekurangan-kekurangan kami.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
No comments:
Post a Comment