visi

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An Nahl [16]:97).



Tuesday, July 28, 2015

Enam Jenis Ghibah Yg Diperbolehkan

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak semua jenis ghibah dilarang dalam agama. Ada beberapa jenis ghibah yang diperbolehkan, yaitu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang benar.

Tujuan tersebut tidak mungkin tercapai kecuali dengan ghibah. Setidaknya ada enam jenis ghibah yang diperbolehkan, yaitu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang benar, dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan ghibah.

Pertama, melaporkan perbuatan aniaya. Orang yang teraniaya boleh melaporkan kepada hakim dengan mengatakan ia telah dianiaya oleh seseorang. Pada dasarnya ini adalah perbuatan ghibah, namun karena dimaksudkan untuk tujuan yang benar, maka hal ini diperbolehkan dalam agama.

Kedua, usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu seseorang keluar dari dari perbuatan maksiat, seperti mengutarakan kepada orang yang mempunyai kekuasaan untuk mengubah kemungkaran. “Si Fulan telah berbuat tidak benar, cegahlah dia!”

Maksudnya adalah meminta orang lain untuk mengubah kemungkaran. Jika tidak bermaksud demikian, maka ucapan tadi adalah ghibah yang diharamkan.

Ketiga, untuk tujuan meminta nasehat. Misalnya dengan mengucapkan , “Ayah saya telah berbuat begini kepada saya, apakah perbuatannya itu diperbolehkan? Bagaimana caranya agar saya tidak diperlakukan demikian lagi? Bagaimana cara mendapatkan hak saya?”

Ungkapan demikian ini diperbolehkan. Tapi lebih selamat bila ia mengutarakannya dengan ungkapan misalnya, “Bagaimana hukumnya bila ada seseorang yang berbuat begini kepada anaknya, apakah hal itu diperbolehkan?” Ungkapan semacam ini lebih selamat karena tidak menyebut orang tertentu.

Keempat, untuk memperingatkan atau menasehati kaum Muslimin. Contoh dalam hal ini adalah jarh (menyebut cela perawi hadits) yang dilakukan para ulama hadis. Hal ini diperbolehkan menurut ijmak ulama, bahkan menjadi wajib karena mengandung maslahat untuk umat Islam.

Kelima, bila seseorang berterus terang dengan menunjukkan kefasikan dan kebid’ahan, seperti minum arak, berjudi dan lain sebagainya, maka boleh menyebut seseorang tersebut dengan sifat yang dimaksudkan, namun ia tidak boleh menyebutkan aibnya untuk umat Islam.

Keenam, untuk memberi penjelasan dengan suatu sebutan yang telah masyhur pada diri seseorang.

Bolehkah seorang Suami Menolak ajakan Istri

Selama ini dalam kehidupan,  menurut Islam seorang istri dilarang menolak ajakan suami utk melakukan jima, sebagaimana hadist berikut: “Bila seorang suami memanggil istrinya ke ranjang lalu tidak dituruti, hingga sang suami tidur dalam keadaan marah kepadanya niscaya para malaikat melaknati dirinya sampai Shubuh,” (Muttafaq ‘Alaih dari hadits abu Hurairah).

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak seorang suamipun yang mengajak istrinya ke ranjang lalu sang istri enggan memenuhi panggilannya melainkan yang di atas langit (Allah Ta’ala) marah kepadanya sampai suaminya ridha kepadanya,” (HR.Muslim).

Namun bagaimana jika istri yang meminta? Nah, apakah suami boleh menolak? Ulama berpendapat yang berlandaskan pada hadist shahih dan ayat Al- Qur’an bahwa wajib hukumnya seorang suami memuaskan istri dengan hubungan seksualnya.

Ibnu Qudamah: “Jima itu wajib bagi suami jika tidak ada udzur.” Maksud dari Ibnu Qudamah tersebut adalah bahwasanya wajib bagi suami untuk memuaskan istrinya karena ini hak istri atas suami. Sebagaimana diketahui bahwa wanita teramat tersiksa bilamana hak ini (hubungan seks) tidak terpenuhi karena pada umumnya fitrah wanita sangat besar nafsunya, sebagaimana penjelasan Imam Qurtuby bahwa perbandingan syahwat wanita adalah sembilan banding satu.

Wajib disini adalah bila perkara ini tiada ditunaikan maka akan mendatangkan dosa atas pelanggaran syara’ dalam hak dan kewajiban dalam pernikahan. Dan hendaknya seorang istri menuntut haknya dan suami menuruti tuntutan istrinya atas haknya dan menjalankan kewajibanya selaku suami.

Jadi kesimpulanya adalah seorang suami dibebankan kewajiban untuk menyenggamai istrinya yang dimana bila ia tidak menggauli istrinya maka ia juga dikenai dosa atas kelalaian kewajibanya dan kedzolimanya. Dan tidak istri saja yang terkena ancaman dosa bila tidak bersedia berhubungan seks. Keduanya suami dan istri saling berkewajiban untuk melakukan hubungan seks. Karena dalam masalah pernikahan keduanya memiliki satu hak antara satu dengan lainya dan satu kewajiban antara satu dengan lainya. Allah swt berfirman : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.”(QS.2:228)

Pendapat wajibnya seorang suami menyenggamai istri ini juga dikemukakan oleh Imam Malik, alasan Imam Malik adalah bahwasanya nikah adalah demi kemaslahatan suami istri dan menolak bencana dari mereka.Ia (suami) melakukan hubungan untuk menolak gejolak syahwat istri, sebagaimana juga untuk menolak gejolak syahwat suami.

Ibnu Hazm ad dzahiri [4]berpendapat bahwa menyenggamai istri itu hukumnya wajib, minimal sekali setelah sang istri suci jika ia mampu. Dan apabila tidak maka sang suami telah durhaka pada Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala

“Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu “(QS.Al Baqarah.222)

Berdasarkan ayat ini Ibnu Hazm berpendapat bahwa jikalau istri selesai dari haid dan telah bersuci sang suami wajib mencampuri istrinya, apabila tidak maka ia dianggap berdosa pada Allah karena bertentangan dengan ayat tersebut. Allahu’alam

Imam Ghazali berpendapat, sebaiknya seorang suami menyenggamai istrinya empat hari sekali. Ini semua merupakan suatu langkah dalam menenangkan istri karena ini merupakan suatu kewajiban. []

Jika Wanita Meminta Duluan

Dalam masyarakat kebanyakan kita, adalah sesuatu yang tabu bagi seorang wanita membicarakan dan meminta hubungan suami istri. Bagaimana hal itu dalam Islam?

Al-Khara’ithy mengatakan, “Ammarmah bin Watsi-mah memberitahu kami, bapakku memberitahuku, dia berkata, ‘Abdullah bin Rabi’ah adalah orang yang terkenal di kalangan orang-orang Quraisy sebagai orang yang baik dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Penisnya tidak bisa ereksi.

Sementara orang-orang Quraisy tidak pernah ada yang memberi kesaksian tentang kebaikan atau keburukannya dalam masalah ini. Dia pernah menikahi seorang wanita. Tapi hanya beberapa waktu berselang, istrinya lari darinya dan kembali ke keluarganya lagi. Begitu seterusnya. Lalu Zainab binti Umar bin Salamah bertanya, ‘Mengapa para wanita itu lari dari anak pamannya?’

Ada yang menjawab, ‘Karena wanita-wanita yang pernah menjadi istrinya tak mampu membuatnya mampu melaksanakan tugas sebagai suami.’
‘Tak ada yang menghalangiku untuk membuatnya bangkit,’ kata Zainab. ‘Demi Allah, saya adalah wanita berperawakan besar dan bergairah.’
“Maka akhirnya Zainab menikah dengannya,” kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, “selalu sabar meladeninya dan akhirnya mereka dikaruniai enam anak.”

Semangat suami bisa surut karena istri yang bersikap dingin dan menahan tangannya dari cengkeraman yang mesra kepada suami. Sikap dingin adakalanya karena rasa malu yang menguasai, sementara ia sebenarnya berkeinginan untuk memperoleh kehangatan cinta dari suaminya.

Tapi seperti minuman hangat yang didekatkan pada segelas es, gairah dan kemesraan suami bisa surut oleh dinginnya sikap istri dalam menanggapi usapan sayang dan kecupan cinta suaminya.
Sebaliknya, seorang suami yang sulit terbangkitkan hasratnya dapat menjadi laki-laki yang penuh kehangatan karena istri yang tahu bagaimana menumbuhkan ketertarikan suami kepada dirinya saat melakukan hubungan intim. Rasa malu tidak menghalanginya untuk memberikan kebahagiaan pada suaminya, dan merasakan keindahan berdekatan dengan suami. Karena keindahan dalam berhubungan intim merupakan kenikmatan yang dicintai dan diridhai Allah.

Insya-Allah, seorang istri yang mau menggairahkan suaminya akan memperoleh ridha dan barakah-Nya. Mudah-mudahan Allah memberikan kebahagiaan kepada Anda; kebahagiaan ketika melakukan hubungan intim bersama suami, kebahagiaan ketika menjalani kehidupan rumah tangga sehari-hari, kebahagiaan ketika Allah menitipkan benih suami di rahim Anda, kebahagiaan ketika bayi Anda mengisap ASI yang menjadi bagian dari diri Anda sendiri, dan terutama kebahagiaan ketika bertemu dengan Allah. Allahumma amin.

Benarlah nasihat Sayyidina Muhammad Al-Baqir kepada kaum wanita. Beliau mengatakan, “Wanita yang terbaik di antara kamu ialah yang membuang perisai malu ketika ia membuka baju untuk suaminya, dan memasang perisai malu ketika ia berpakaian lagi.”

Seorang suami akan merasa semakin sayang ketika istri mampu membangkitkan semangatnya ketika sama-sama menanggalkan pakaian. Dan ia merasakan cinta semakin mendalam disertai kebahagiaan dan keinginan untuk memberikan ketenteraman ketika ada rona merah di wajah istri setelah ia menutupi tubuhnya dengan pakaian kembali. Inilah sebagian di antara rahasia-rahasia.

Jadi jika Anda, seorang istri, belum pernah mengajak suami? Hmm, cobalah. Temukan sesuatu yang beda di sana… (islampos)

Monday, July 27, 2015

ADA APA DENGAN KATA "JANGAN"

WASPADA PROPAGANDA TERSELUBUNG DALAM PARENTING...!!!
INGATLAH SLALU ANAK ADALAH ASSET PALING BERHARGA DUNIA AKHIRAT.
Menarik... Rangkuman dr ceramah ustadz faudhil adzim, abah ihsan n budi azhari

๐Ÿ˜’ADA APA DENGAN KATA ๐Ÿ™…JANGAN๐Ÿ˜ณ

Untuk para orang tua & pendidik harap di simak dengan seksama....!!!!

Kekeliruan Buku Pendidikan:

(1). Mengharomkan kata JANGAN๐Ÿ™…

Salah seorang pendidik pernah berkata,
๐Ÿ‘‰"Pintu terbesar yang paling mudah dimasuk oleh YAHUDI adalah 2 yaitu
๐Ÿ”ดdunia psikologi dan
๐Ÿ”ตdunia pendidikan."

Karena itulah, berangkat dari hal ini.
Kita akan mengupas beberapa "KEKELIRUAN" pada
๐Ÿ“”๐Ÿ“”buku-buku
๐Ÿ‘‰pendidikan,
๐Ÿ‘‰seminar,
๐Ÿ‘‰teori pendidikan, dll.
yang kadang sudah menjangkiti beberapa para
๐Ÿ‘ณpendidik muslim,
๐Ÿ‘ชpara ayah dan ibu.

Beberapa waktu lalu, ana sepakat dengan hal ini.

Maka dengan tertulisnya artikel ini,
ana BERTAUBAT kepada Alloh subhanahu wa ta'ala dari bahayanya doktrin di atas.

๐Ÿ˜ณMari kita lihat, beberapa perkataan-perkataan
'DALAM PENDIDIKAN' tentang larangan mengucapkan kata ๐Ÿ™…JANGAN pada anak,

๐Ÿ”ฑDiantaranya Ayah Edy,
dia mengatakan pada buku 'Ayah Edy Menjawab hal. 30,
"..gunakan kata-kata preventif, seperti
๐Ÿ”„hati-hati,
๐Ÿšซberhenti,
diam di tempat, atau
stop.

Itu sebabnya kita sebaiknya tidak menggunakan kata JANGAN karena alam bawah sadar manusia tidak merespons dengan cepat kata JANGAN..."

๐Ÿ”ฑPada media online, detik.com, pernah menulis judul artikel :
'Begini Caranya Melarang Anak
Tanpa Gunakan Kata 'Tidak' atau
JANGAN,
bertuliskan demikian,
"...Tak usah bingung, untuk melarang anak tak melulu harus dengan kata JANGAN atau tidak..."
๐Ÿ”ฑPada sebuah artikel lain, berjudul,
"Mendidik Anak Tanpa Menggunakan Kata JANGAN”
tertulis,
"Kata JANGAN akan memberikan nuansa negatif dan larangan dari kita sebagai orang tua,
maka dari itu coba untuk mengganti dengan kata yang lebih positif dan berikan alasan yang dapat diterima anak..."

๐Ÿ˜คNah,
inilah SYUBHAT (KERAGUAN).๐Ÿ˜ฅ
๐Ÿ˜’Indah nampaknya,
tapi di dalamnya terkandung "bahaya yang kronis".๐Ÿ˜ฑ

Mari kita bahas syubhat yg mereka gelontorkan.

Sebelumnya,
๐Ÿ˜’kalau kita mau teliti,
mari kita tanyakan kepada mereka yang melarang kata JANGAN,
apakah ini punya landasan dalam al-Qur'an dan hadits?๐Ÿ˜ณ
๐Ÿ˜’Apakah semua ayat di dalam al-Qur'an tidak menggunakan kata "Laa (JANGAN)"?
๐Ÿ˜’Mereka pun mengatakan jangan terlalu sering mengatakan JANGAN.
๐Ÿ˜คSungguh mereka lupa bahwa lebih dari 500
kalimat dalam ayat Al-Qur’an
menggunakan kata JANGAN.

๐Ÿ˜ณAllohu Akbar,

banyak sekali!
๐Ÿ˜’Mau dikemanakan kebenaran ini?
Apa mau dibuang?
Dan diadopsi dari teori dhoif?
๐Ÿ˜’Kalau mereka mengatakan kata JANGAN bukan tindakan preventif (pencegahan),
maka kita tanya,

๐Ÿ˜ณapakah Anda mengenal Luqman AL-Hakim?
Surah Luqman ayat 12 sampai 19.
๐Ÿ‘‰Kisah ini dibuka dengan penekanan Allaah bahwa Luqman itu orang yang diberi hikmah,
๐Ÿ‘‰orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“walaqod ataina luqmanal hikmah….” . dst)
๐Ÿ˜ณApa bunyi ayat yang kemudian muncul?
Ayat 13 lebih TEGAS menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya,
“Wahai anakku,
๐Ÿ™…JANGANLAH engkau menyekutukan Alloh.
Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.
Inilah bentuk tindakan preventif yang divaliditas dalam al-Qur'an.
Sampai pada ayat 19,
ada 4 kata “laa” (JANGAN)
yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya,
yaitu
๐Ÿ™…“laa tusyrik billah”,
๐Ÿ™…“fa laa tuthi’humaa”,
๐Ÿ™…“Wa laa tusho’ir
khoddaka linnaasi”, dan
๐Ÿ™…“wa laa tamsyi fil ardli maraha”.

Luqman tidak perlu mengganti kata “JANGAN menyekutukan Alloh” dengan
(misalnya)
“esakanlah Alloh”.
Pun demikian dengan “Laa” yang lain,
tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.
๐Ÿ˜ณMengapa Luqmanul Hakim tidak menganti "JANGAN" dengan "diam/hati-hati"?

๐Ÿ‘‰Karena ini bimbingan Alloh.๐Ÿ˜ƒ
Perkataan "JANGAN" itu mudah dicerna oleh anak, ๐Ÿ˜ณ
sebagaimana penuturan Luqman Hakim kepada anaknya.
Dan perkataan JANGAN juga
➕positif,
➖tidak negatif.

Ini semua bimbingan dari Alloh subhaanahu wa ta'aala,
๐Ÿ™…bukan teori pendidikan Yahudi.
Adakah pribadi psikolog atau pakar parenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman?
๐Ÿ™…Tidak ada!
Luqman bukan nabi,
tetapi namanya diabadikan oleh Allaah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. ๐Ÿ˜Œ
Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.๐Ÿ’
Membuang kata “JANGAN” justru menjadikan anak hanya DIMANJA oleh pilihan yang serba benar.
๐Ÿ˜‘Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang dalam
agama,
tetapi karena lebih memilih berdamai.
๐Ÿ˜‘Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa,
melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya.
๐Ÿ˜‘Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut adzab Allaah,
tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.

Nas alulloha salaman wal 'afiyah.

Anak-anak hasil didikan tanpa “JANGAN”
berisiko tidak punya
“sense of syariah”
dan keterikatan hukum. ๐Ÿ˜ฑ

Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiatan bertebaran,
tidak perhatian lagi dengan
"amar ma'ruf nahi mungkar",
tidak ada lagi minat untuk mendakwahi manusia yang dalam kondisi bersalah,
karena dalam hatinya berkata
“itu pilihan mereka, saya tidak demikian”.๐Ÿ˜’
 
๐Ÿ˜ทMereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi
“mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.

Itulah sebenar-benar paham liberal,
yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.

Jadi,
yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal.

Simpan saja AL-Qur’an di lemari paling dalam
๐Ÿ˜คdan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini.
๐Ÿ˜ญAstagfirulloh...
Semoga Alloh subhanallohu wa ta'aala memberi taufik kepada kita semua.....
Aamiin......

Friday, July 24, 2015

Sibuk dengan Allah



Oleh Ust. Ali Hasan Bawazer

Jika seorang hamba, di pagi dan sore harinya, tidak ada yang di pikirannya melainkan Allah, niscaya Allah akan menanggung seluruh hajat kebutuhannya, menanggung seluruh kegelisahannya, mengisi hatinya dengan cintaNya, lisannya dengan dzikir, dan anggota tubuh dengan taat.

Adapun jika di pagi dan sore harinya, dunia adalah yang menyibukkannya, maka Allah akan membebankan kepadanya seluruh kegelisahannya, kegundahannya dan segala kepayahannya. Allah bebankan seluruhnya kepadanya, Allah sibukkan hatinya hingga dia mencintai dunianya daripada mencintai Allah, lisannya dengan banyak menyebut-nyebut dunianya daripada berdzikir menyebut namaNya, dan anggota tubuhnya menjadi pelayan dunianya daripada taat dan tunduk kepadaNya. Maka dia bagaikan binatang buas yang berburu untuk melayani yang lain, bagaikan alat las yang mengikis isi perutnya dan memeras rusuk-rusuknya demi memberi manfaat bagi yang lain.

Maka semua yang berpaling dari beribadah, taat dan cinta kepada Allah, dia akan ditimpa musibah berupa beribadah, mencintai dan melayani makhluk. Allah berfirman:

ูˆَู…َู†ْ ูŠَุนْุดُ ุนَู†ْ ุฐِูƒْุฑِ ุงู„ุฑَّุญْู…َٰู†ِ ู†ُู‚َูŠِّุถْ ู„َู‡ُ ุดَูŠْุทَุงู†ًุง ูَู‡ُูˆَ ู„َู‡ُ ู‚َุฑِูŠู†ٌ

Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Qs. Az Zukhruf: 36)

Sufyan bin Uyaynah berkata, "Tidaklah kalian membawa suatu perumpamaan yang sangat populer dari kalangan Arab, melainkan aku bisa bawakan yang seperti itu dari Alquran." Maka ada yg berkata kepadanya, "Mana di Alquran, 'Berikanlah bagi saudaramu kurma, jika dia enggan menerimanya, maka berikan baginya bara api!'. Maka Sufyan berkata, "Di dalam firmanNya:

ูˆَู…َู†ْ ูŠَุนْุดُ ุนَู†ْ ุฐِูƒْุฑِ ุงู„ุฑَّุญْู…َٰู†ِ ู†ُู‚َูŠِّุถْ ู„َู‡ُ ุดَูŠْุทَุงู†ًุง ูَู‡ُูˆَ ู„َู‡ُ ู‚َุฑِูŠู†ٌ

"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya." QS. Az Zukhruf: 36


ABU BAKAR MEMELUK JASAD ROSULULLAH SAW


Shubuh dini hari tak seperti biasa, udara yang sejuk pun tak membangkitkan selera. Para sahabat tertegun sedih karena melihat mimbar itu masih kosong. Mimbar yang setiap hari digunakan Rasulullah, kali ini tak ditempati Nabi.

Mata teduh dan sapaan halus dari Rasulullah yang setiap kali bisa dinikmati oleh sahabat, pagi ini tiada. Senyum yang tiap kesempatan merekah, kali ini punah. Abu Bakar memahaminya, meski dengan berat hati, Abu Bakar pun maju dua atau tiga langkah menuju mimbar.

Ketika hendak mengangkat tangan untuk bertakbir, beberapa sahabat melihat Rasulullah yang menyibak tirai kamarnya. Hampir seluruh jama’ah yang hendak melakukan shalat Subuh pun berfikir bahwa Rasulullah yang akan memimpin shalat seperti hari-hari biasa. Abu Bakar segera mundur beberapa langkah masuk ke dalam shaf ma’mum.

Tapi, dugaan Abu Bakar dan sahabat salah. Dari dalam kamar, ternyata Rasulullah melambaikan tangan beberapa kali, beliau memberikan sebuah isyarat agar shalat diteruskan dengan Abu Bakar sebagai imam. Tak berselang lama, Rasulullah pun tersenyum, dan dengan gerakan yang lembut tirai jendela ditutupnya, Rasul menghilang di balik tirai. Para sahabat segera melaksanakan jama’ah shalat Subuh. Setelah usai, mereka berdzikir, berdo’a, dan sebagian bertanya-tanya “Sudahkah tiba waktunya?”

Jam demi jam terlewati, dan demam yang dialami Rasulullah semakin meninggi, Fatimah dan Aisyah tetap menemani beliau.
Rasulullah berbisik lirih, “Tak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini.” Demikian kalimat yang sempat dibisikkan pada Fatimah.
Dan tak berselang lama, manusia terbaik dan yang paling mulia menghembuskan nafas terakhirnya, Senin 12 Rabi’ul Awal 11 H, dengan usia 63 tahun lebih 4 hari, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat.

Kabar duka yang amat mendalam ini tersebar cepat. Keluarga dan para sahabat mengalami duka yang sangat hebat. Kehilangan manusia terbaik penegak syari’at. Umar yang mengetahui peristiwa ini langsung keluar menuju kerumunan orang. Ia menghunus pedangnya dan menancapkan pedang tersebut di tanah yang gersang. Lalu Umar berteriak dengan lantang, “Siapa yang telah mengatakan Rasulillah meninggal, maka akan aku potong tangan dan kakinya.”

Mendengar perkataan ini, para sahabat pun menunduk dan terdiam. Mata tajam Umar menyibak dan melihat sekelilingnya tanpa terpejam, dengan mengangkat jari telunjuk yang diarahkan ke langit, Umar melanjutkan perkataannya, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak meninggal. Beliau menemui Rabbnya seperti Musa bin Imran. Beliau akan kembali menemui kaumnya setelah dianggap meninggal dunia.”

Seakan-akan kematian Rasulullah tak bisa diterima oleh Umar karena rasa cinta yang begitu mendalam. Tak berselang lama, tampak debu yang mengepul dari arah bukit. Lalu terlihatlah seekor kuda yang dipacu dengan begitu cepat dan gesit, di atas punggung kuda itu tampak Abu Bakar dengan wajah memerah, sedih dan cemas yang tak tertahan.

Abu Bakar lantas berhenti di depan masjid dan langsung melompat turun. Ia langsung masuk ke ruangan dengan menerobos kerumunan para sahabat bagai singa yang hendak menerkam mangsa. Tanpa berkata sepatah katapun, ia langsung menemui putrinya, Aisyah. Lantas Aisyah menunjukkan jasad Rasulullah.
Abu Bakar melihat tubuh yang terbujur di pembaringan, di dekatinya dan dibukanya penutup yang berwarna hitam itu. Air mata tak tertahan dan segera dipeluk jazad Rasulullah dengan erat. Abu Bakar lalu memandang wajah Rasulullah, lantas ia berbisik lirih, “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Allah tak akan menghimpun pada dirimu dua kematian. Jika saja kematian ini telah ditetapkan pada dirimu, maka memang engkau sudah meninggal.”

Beberapa saat kemudian, dengan langkah kecilnya, Abu Bakar keluar dan mendapati Umar yang masih berbicara pada orang-orang di sekelilingnya. Abu Bakar pun berkata, “Wahai Umar, duduklah.”
Perkataan Abu Bakar tak digubris oleh Umar. Bahkan Umar semakin berdiri kokoh tak tergoyahkan. Pada akhirnya, Abu Bakar maju beberapa langkah dan berkata dengan nada yang lantang, “Wahai kaum muslimin, barangsiapa di antara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi jika kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tak pernah meninggal.”

Ia berhenti sejenak, melihat keadaan sekelilingnya, lalu ia membaca Surah Ali-Imran ayat ke-144, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlaku sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh kalian akan berpaling ke belakang (menjadi murtad)? Barangsiapa berpaling ke belakang, maka ia tidak mendatangkan mudharat sedikit pun pada Allah, dan Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”

Semua orang langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Apa yang dikatakan Abu Bakar telah menyadarkan mereka. Lantas Umar terjatuh, lututnya tertekuk di atas tanah dan tangannya menggapai pasir seakan hendak tersujud. Umar berkata, “Demi Allah, setelah mendengar Abu Bakar membaca ayat tersebut, aku menjadi limbung hingga tak kuasa mengangkat kedua kakiku, aku tertunduk ke tanah saat mendengarnya. Kini, aku sudah tahu bahwa Rasulullah benar-benar telah meninggal.”

Setelah proses memandikan jenazah selesai, beberapa sahabat berbeda pendapat tentang di mana beliau dimakamkan. Lalu Abu Bakar yang telah dibai’at menjadi Khalifah segera berkata, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah seorang Nabi meninggal dunia, melainkan dia dimakamkan di tempat dia meninggal dunia’.”
Maka secepat kilat, Abu Thalhah segera menyingkirkan tempat tidur beliau dan menggali liang lahat seorang diri. [Abi Khamid Al Abdillah]

Monday, July 13, 2015

Membuktikan Diri Muslim di Hadapan Alloh

Seorang muslim perlu selalu melakukan muhasabah (introspeksi). Terutama ia harus periksa adakah dirinya telah memenuhi kriteria seorang beriman sejati? Dan untuk itu ia mesti membuktikan bahwa dirinya merupakan seorang muslim di hadapan Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ . Bukan di hadapan manusia lainnya. Muslim-mukmin sejati pasti mengharapkan pengakuan dari Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ bukan dari sesama manusia, bahkan bukan pengakuan dari dirinya sendiri.
Di dalam bukunya, Anshari Ismail menulis sebagai berikut:
“Yang perlu kita lakukan hanyalah membuktikan diri bahwa kita ini seorang muslim. Muslim yang dikehendaki oleh Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ , bukan muslim yang kita kira sendiri. Karena kita adalah hamba Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ bukan hamba diri sendiri. Karena kita mengharap ridha Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ bukan ridha diri sendiri. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa kita seorang muslim, maka kita harus ber-Islam dengan caranya Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ bukan dengan cara kita sendiri. Tetapi bagaimana ber-Islam dengan cara Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ ?” (“Jalan Islam-Transformasi Akidah dalam Kehidupan” – Anshari Ismail; An-Nur Books Publishing 2008, hlm. 7)
Dewasa ini, tidak sedikit kaum muslimin yang ber-islam menurut kemauannya sendiri atau kemauan orang lain. Sehingga ia membuat kriteria sendiri siapa yang disebut muslim. Dan karena kriteria itu adalah buatannya sendiri, maka cenderung disesuaikan dengan keinginan pribadi. Misalnya, dia menganggap dirinya muslim bila sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, tanpa memandang perlu memahami konsekuensinya. Dia kira hanya dengan sudah mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat berarti seseorang sudah pasti terpelihara dari api neraka dan masuk surga. Dia berlindung di balik hadits seperti:
ู…َู†ْ ู‚َุงู„َ ู„َุง ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„َّุง ุงู„ู„َّู‡ُ ุฏَุฎَู„َ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ
Barangsiapa yang mengucapkan, “Tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah (laa ilaaha illa Allah), niscaya dia masuk surga.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2562)
Sedangkan Syaikh Abu Abdurrahman Al-Atsari menulis sebagai berikut:
“Ada pula beberapa hadits yang serupa. Banyak dari mereka menganggap bahwa mengucapkan dua kalimat syahadat sudah cukup menetapkan sifat Islam dan berhak masuk surga meskipun tidak mengerjakan sholat, melakukan perbuatan mungkar, menghina Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ RasulNya ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… dan ayat-ayatNya, menyekutukan Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ dengan sesuatu yang tidak mempunyai kekuasaan, memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ dari kalangan Yahudi dan Nasrani serta orang-orang komunis, menerapkan hukum-hukum kafir, UUD jahiliyah bagi manusia, melarang sebagian aturan-aturan Islam dan memeranginya, seperti jihad fii sabilillah, sebagaimana yang terjadi di negeri kaum muslimin hari ini. Jelas itu hanya terjadi pada orang bodoh atau orang pandir yang membela para thaghut, yang tumbuh sejak kecil hingga tua di atas aturan itu…” (“Al-Haqq wal-Yaqin fi ‘Adawat At-Tughat wal-Murtaddin” – Abu Abdurrahman Al-Atsari; Media Islamika 2009, hlm. 17)
Mengucapkan dua kalimat syahadat memang merupakan bentuk resmi seseorang dikatakan memeluk agama Islam, namun sekadar mengucapkannya tidak serta-merta menjadikan seseorang menjadi mukmin sejati. Ia perlu membuktikan dirinya melalui berbagai pengalaman di dalam hidupnya agar jelas terlihat bahwa antara ucapan di lisan, pembenaran di dalam hati dan pembuktian dengan segenap anggota tubuh ada keselarasan dan hilanglah pertentangan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Semua itu perlu didukung dengan ilmu dan amal. Oleh karenanya Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ berfirman bahwa setiap orang yang mengaku muslim perlu diuji agar jelas apakah pengakuannya jujur atau dusta.
ุฃَุญَุณِุจَ ุงู„ู†َّุงุณُ ุฃَู†ْ ูŠُุชْุฑَูƒُูˆุง ุฃَู†ْ ูŠَู‚ُูˆู„ُูˆุง ุขู…َู†َّุง ูˆَู‡ُู…ْ ู„ุง ูŠُูْุชَู†ُูˆู†َ ูˆَู„َู‚َุฏْ ูَุชَู†َّุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِู‡ِู…ْ ูَู„َูŠَุนْู„َู…َู†َّ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุตَุฏَู‚ُูˆุง ูˆَู„َูŠَุนْู„َู…َู†َّ ุงู„ْูƒَุงุฐِุจِูŠู†َ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29] : 2-3)
Seorang muslim pasti mengalami aneka ujian dari Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ . Terkadang ujian berupa kesulitan dan terkadang berupa kesenangan. Semua ujian tersebut dimaksudkan untuk menyingkap jenis muslim seperti apakah diri kita masing-masing. Apakah kita termasuk seorang muslim jujur, yang berarti masuk ke dalam kelompok mukmin sejati. Inilah di antaranya golongan yang digambarkan Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ di dalam surah Al-Kahfi:
ุฅِู†َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชِ ูƒَุงู†َุชْ ู„َู‡ُู…ْ ุฌَู†َّุงุชُ ุงู„ْูِุฑْุฏَูˆْุณِ ู†ُุฒُู„ุง ุฎَุงู„ِุฏِูŠู†َ ูِูŠู‡َุง ู„ุง ูŠَุจْุบُูˆู†َ ุนَู†ْู‡َุง ุญِูˆَู„ุง
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.” (QS. Al-Kahfi [18] : 107-108)
Ataukah termasuk jenis muslim pendusta. Dan jika termasuk pendusta, maka ia dapat masuk ke dalam kelompok munafiqun yang digambarkan Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ seperti berikut:
ูˆَู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุณِ ู…َู†ْ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ุขู…َู†َّุง ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุจِุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุขุฎِุฑِ ูˆَู…َุง ู‡ُู…ْ ุจِู…ُุคْู…ِู†ِูŠู†َ ูŠُุฎَุงุฏِุนُูˆู†َ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ูˆَู…َุง ูŠَุฎْุฏَุนُูˆู†َ ุฅِู„ุง ุฃَู†ْูُุณَู‡ُู…ْ ูˆَู…َุง ูŠَุดْุนُุฑُูˆู†َ
“Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah [2] : 8-9)
Di samping itu, seorang muslim pendusta bisa masuk ke dalam golongan musyrikin yakni orang-orang yang mempersekutukan Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ .
ูˆَู…َุง ูŠُุคْู…ِู†ُ ุฃَูƒْุซَุฑُู‡ُู…ْ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ุฅِู„ุง ูˆَู‡ُู…ْ ู…ُุดْุฑِูƒُูˆู†َ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf [12] : 106)
Ada lagi kemungkin ketiga yaitu seorang muslim pendusta masuk ke dalam golongan kaum murtaddun (orang-orang yang murtad). Dia divonis keluar dari Islam karena telah melakukan pelanggaran yang termasuk kategori nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).
ูˆَู„َุฆِู†ْ ุณَุฃَู„ْุชَู‡ُู…ْ ู„َูŠَู‚ُูˆู„ُู†َّ ุฅِู†َّู…َุง ูƒُู†َّุง ู†َุฎُูˆุถُ ูˆَู†َู„ْุนَุจُ ู‚ُู„ْ ุฃَุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุขูŠَุงุชِู‡ِ ูˆَุฑَุณُูˆู„ِู‡ِ ูƒُู†ْุชُู…ْ ุชَุณْุชَู‡ْุฒِุฆُูˆู†َู„ุง ุชَุนْุชَุฐِุฑُูˆุง ู‚َุฏْ ูƒَูَุฑْุชُู…ْ ุจَุนْุฏَ ุฅِูŠู…َุงู†ِูƒُู…ْ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah [9] : 65-66)
Muslim pendusta yang masuk ke dalam golongan munafiqun, musyrikun maupun murtaddun merupakan golongan yang sungguh merugi. Sebab mereka pada hakikatnya tidak bisa disebut orang beriman. Mereka bakal kekal selamanya di dalam neraka.
Mengenai kaum munafiq Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ bakal menempatkan mereka di dalam neraka yang paling buruk siksaannya:
ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُู†َุงูِู‚ِูŠู†َ ูِูŠ ุงู„ุฏَّุฑْูƒِ ุงู„ุฃุณْูَู„ِ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุฑِ ูˆَู„َู†ْ ุชَุฌِุฏَ ู„َู‡ُู…ْ ู†َุตِูŠุฑًุง
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa [4] : 145)
Sedangkan kaum musyrikin Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ jelaskan keadaan mereka sebagai orang-orang yang tidak diterima segenap amal yang telah mereka kerjakan, betapapun banyaknya kebaikan, amal sholeh maupun amal ibadah yang telah dikerjakannya.
ู„َุฆِู†ْ ุฃَุดْุฑَูƒْุชَ ู„َูŠَุญْุจَุทَู†َّ ุนَู…َู„ُูƒَ ูˆَู„َุชَูƒُูˆู†َู†َّ ู…ِู†َ ุงู„ْุฎَุงุณِุฑِูŠู†َ
“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar [39] : 65)
Adapun kaum murtaddin, maka mereka menjadi sama kedudukannya dengan orang kafir. Sebab mereka rela meninggalkan iman dan malah memilih untuk menjadi kafir. Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ menggambarkan mereka sebagai berikut:
ูˆَู…َู†ْ ูŠَุฑْุชَุฏِุฏْ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ุนَู†ْ ุฏِูŠู†ِู‡ِ ูَูŠَู…ُุชْ ูˆَู‡ُูˆَ ูƒَุงูِุฑٌ ูَุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ุญَุจِุทَุชْ ุฃَุนْู…َุงู„ُู‡ُู…ْ ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ ูˆَุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ุฃَุตْุญَุงุจُ ุงู„ู†َّุงุฑِ ู‡ُู…ْ ูِูŠู‡َุง ุฎَุงู„ِุฏُูˆู†َ
“Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 217)
Oleh karenanya di dalam sejarah Islam terdapat banyak contoh dimana Nabi Muhammad ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… dan para sahabat utama memperlakukan orang yang secara status muslim namun diperlakukan sebagai orang di luar Islam. Orang-orang itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun mereka telah dinilai keluar dari agama Islam karena terlibat dalam pelanggaran yang dikategorikan sebagai nawaqidh al-iman (pembatal keislaman).
Salah satunya ialah yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir di dalam kitab Tafsirnya ketika membahas surah An-Nisa ayat 65:
“Dua orang lelaki yang berselisih datang menemui Nabi Muhammad ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… lalu beliau memutuskan tidak bersalah kepada fihak yang benar di atas fihak yang salah. Fihak yang diputuskan bersalah tidak mau menerima dan berkata kepadanya: “Saya tidak terima!” Kemudian yang satunya bertanya: “Lalu apa maumu?” Ia menjawab: “Kita pergi ke Abu Bakar Ash-Shiddiq!” Merekapun pergi. Orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata kepada Abu Bakar: “Kami telah mencari keadilan kepada Nabi ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… lalu aku diberi keputusan tidak bersalah.” Abu Bakar lalu berkata kepadanya: “Kamu berdua harus menerima apa yang telah diputuskan oleh Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… .” Akan tetapi yang satunya tidak mau menerima. Keduanya kemudian menemui Umar bin Khattab, lalu orang yang diberi keputusan tidak bersalah berkata: “Kami telah mencari keadilan kepada Nabi ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… lalu aku diberi keputusan tidak bersalah tetapi yang satunya tidak mau menerima.” Mendengar permasalahan ini lalu Umar bertanya kepadanya dan dijawab benar adanya. Umar kemudian masuk dan pergi lagi membawa pedang terhunus di tangannya. Lalu orang yang tidak mau menerima keputusan Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… tersebut ditebas lehernya..!” Maka turunlah ayat sebagai berikut:
ูَู„ุง ูˆَุฑَุจِّูƒَ ู„ุง ูŠُุคْู…ِู†ُูˆู†َ ุญَุชَّู‰ ูŠُุญَูƒِّู…ُูˆูƒَ ูِูŠู…َุง ุดَุฌَุฑَ ุจَูŠْู†َู‡ُู…ْ ุซُู…َّ ู„ุง ูŠَุฌِุฏُูˆุง ูِูŠ ุฃَู†ْูُุณِู‡ِู…ْ ุญَุฑَุฌًุง ู…ِู…َّุง ู‚َุถَูŠْุชَ ูˆَูŠُุณَู„ِّู…ُูˆุง ุชَุณْู„ِูŠู…ًุง
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa [4] : 65)
Subhanallah…! Sungguh luar biasa firasat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Beliau dapat mendeteksi kekafiran di dalam diri orang yang tidak kunjung dapat menerima keputusan yang telah diambil oleh Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… padahal telah dikonfirmasi kebenarannya pula oleh sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Bayangkan, Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ memerlukan untuk bersumpah atas nama diri-Nya sebagai Rabb. Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ berfirman mengawali ayat di atas dengan firmanNya: “Maka demi Rabbmu”. Artinya, Allah ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆ ุชุนุงู„ู‰ sangat serius ingin menjelaskan raibnya iman pada diri seorang yang mengaku muslim namun ia (1) tetap enggan menjadikan Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… sebagai hakim, lalu (2) tetap merasa keberatan dalam hatinya terhadap keputusan Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… dan (3) tidak menerima dengan sepenuhnya keputusan Rasulullah ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… tersebut.
Kejadian di atas merupakan satu saja dari sekian banyak contoh generasi awal ummat Islam yang tidak mudah terkecoh menilai seseorang sebagai muslim hanya dengan mengandalkan bahwa orang tersebut telah mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat.
ูŠَุง ู…ُู‚َู„ِّุจَ ุงู„ْู‚ُู„ُูˆุจِ ุซَุจِّุชْ ู‚َู„ْุจِูŠ ุนَู„َู‰ ุฏِูŠู†ِูƒَ
“Wahai (Allah) Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hatiku berada di atas agamamu.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi No. 2066)

Waspadai Kebiasaan Berdusta

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik terdapat sebuah dialog antara seorang sahabat dengan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Lengkapnya sebagai berikut:
ูˆ ุญَุฏَّุซَู†ِูŠ ู…َุงู„ِูƒ ุนَู†ْ ุตَูْูˆَุงู†َ ุจْู†ِ ุณُู„َูŠْู…ٍ ุฃَู†َّู‡ُ ู‚َุงู„َ ู‚ِูŠู„َ ู„ِุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَูŠَูƒُูˆู†ُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ُ ุฌَุจَุงู†ًุง ูَู‚َุงู„َ ู†َุนَู…ْ ูَู‚ِูŠู„َ ู„َู‡ُ ุฃَูŠَูƒُูˆู†ُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ُ ุจَุฎِูŠู„ًุง ูَู‚َุงู„َ ู†َุนَู…ْ ูَู‚ِูŠู„َ ู„َู‡ُ ุฃَูŠَูƒُูˆู†ُ ุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ُ ูƒَุฐَّุงุจًุง ูَู‚َุงู„َ ู„َุง
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Shafwan bin Sulaim berkata; “Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?” Beliau menjawab: ‘Ya.” Kemudian ditanya lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?” Beliau menjawab: “Ya.” Lalu ditanyakan lagi; “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak.” (HR. Imam Malik No. 1571)

Berdasarkan hadits itu jelas bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memaklumi jika seorang mukmin memiliki sifat sebagai penakut. Begitu pula Nabi shollallahu ’alaih wa sallam masih memaklumi jika seorang mukmin memiliki sifat bakhil. Namun Nabi shollallahu ’alaih wa sallam samasekali tidak membenarkan seorang mukmin menjadi seorang pembohong alias pendusta. Mengapa demikian?
Di dalam berbagai penjelasan –baik ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam- selalu saja sifat kaum munafiqun dikaitkan dengan kebiasaan berdusta. Berdusta merupakan trademark utama kaum munafiqun.
ุฅِุฐَุง ุฌَุงุกَูƒَ ุงู„ْู…ُู†َุงูِู‚ُูˆู†َ ู‚َุงู„ُูˆุง ู†َุดْู‡َุฏُ ุฅِู†َّูƒَ ู„َุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ูŠَุนْู„َู…ُ ุฅِู†َّูƒَ ู„َุฑَุณُูˆู„ُู‡ُ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ูŠَุดْู‡َุฏُ ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُู†َุงูِู‚ِูŠู†َ ู„َูƒَุงุฐِุจُูˆู†َ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS. Al-Munafiqun [63] : 1)
ุนَู†ْ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ู‚َุงู„َ ุฃَุฑْุจَุนٌ ู…َู†ْ ูƒُู†َّ ูِูŠู‡ِ ูƒَุงู†َ ู…ُู†َุงูِู‚ًุงุฃَูˆْ ูƒَุงู†َุชْ ูِูŠู‡ِ ุฎَุตْู„َุฉٌ ู…ِู†ْ ุฃَุฑْุจَุนَุฉٍ ูƒَุงู†َุชْ ูِูŠู‡ِ ุฎَุตْู„َุฉٌ ู…ِู†ْ ุงู„ู†ِّูَุงู‚ِ ุญَุชَّู‰ ูŠَุฏَุนَู‡َุง ุฅِุฐَุง ุญَุฏَّุซَ ูƒَุฐَุจَ ูˆَุฅِุฐَุง ูˆَุนَุฏَ ุฃَุฎْู„َูَ ูˆَุฅِุฐَุง ุนَุงู‡َุฏَ ุบَุฏَุฑَ ูˆَุฅِุฐَุง ุฎَุงุตَู…َ ูَุฌَุฑَ
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada empat hal yang bila ada pada seseorang berarti dia adalah munafiq atau siapa yang memiliki empat kebiasaan (tabi’at) berarti itu tabiat munafiq sampai dia meninggalkannya, yaitu jika berbicara dusta, jika berjanji ingkar, jika membuat kesepakatan khiyanat dan jika bertengkar (ada perselisihan) maka dia curang”. (HR. Bukhari No. 2279)

Oleh karenanya, sudah sepatutnya orang-orang beriman mewaspadai sifat dan kebiasaan berdusta. Karena jika seseorang sudah mulai terbiasa berdusta, maka ia akan distempel Allah menjadi seorang pendusta. Dan pada gilirannya hal ini bisa menceburkan dirinya ke dalam golongan kaum munafiqun. Dan sebaliknya, jika ia membiasakan diri untuk selalu berlaku benar atau jujur, niscaya ia akan dicap oleh Allah sebagai lelaki yang jujur, sehingga ia bakal digolongkan ke dalam kelompok orang beriman sejati.
ุนَู†ْ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ู‚َุงู„َ ุฅِู†َّ ุงู„ุตِّุฏْู‚َ ูŠَู‡ْุฏِูŠ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุจِุฑِّ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ْุจِุฑَّ ูŠَู‡ْุฏِูŠ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุฌَู†َّุฉِ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ุฑَّุฌُู„َ ู„َูŠَุตْุฏُู‚ُ ุญَุชَّู‰ ูŠَูƒُูˆู†َ ุตِุฏِّูŠู‚ًุงูˆَุฅِู†َّ ุงู„ْูƒَุฐِุจَ ูŠَู‡ْุฏِูŠ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْูُุฌُูˆุฑِ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ْูُุฌُูˆุฑَ ูŠَู‡ْุฏِูŠ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู†َّุงุฑِ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ุฑَّุฌُู„َ ู„َูŠَูƒْุฐِุจُ ุญَุชَّู‰ ูŠُูƒْุชَุจَ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ู„َّู‡ِ ูƒَุฐَّุงุจًุง
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari No. 5629)
Saudaraku, dalam kehidupan modern dimana fitnah sedemikian mewabah, sangatlah sulit menemukan sifat jujur di tengah masyarakat. Sebaliknya, sangat mudah kita jumpai sifat berdusta di sekeliling kita. Sedemikian langkanya sifat jujur sehingga kita sering mendengar orang berkata: ”Mana bisa maju kalau kita berlaku jujur terus….. Sudahlah, bersikap realistik sajalah. Kita kadang-kala memang perlu berbohong…!” Malah, terkadang kita mendengar orang dengan yakinnya berkata: ”Hanya dengan berbohonglah kita bakal berhasil di dunia…!”
Orang yang hidup penuh dusta akan menjadi orang yang senantiasa dilanda keraguan. Sedangkan orang yang hidup selalu berlaku jujur pasti akan memiliki ketenteraman di dalam hatinya, walaupun ia berresiko dikucilkan. Demikianlah janji Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
ู‚َุงู„َ ุญَูِุธْุชُ ู…ِู†ْ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฏَุนْ ู…َุง ูŠَุฑِูŠุจُูƒَ ุฅِู„َู‰ ู…َุง ู„َุง ูŠَุฑِูŠุจُูƒَ ูَุฅِู†َّ ุงู„ุตِّุฏْู‚َ ุทُู…َุฃْู†ِูŠู†َุฉٌ ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ْูƒَุฐِุจَ ุฑِูŠุจَุฉٌ
Dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam: “Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan.” (HR. Tirmidzi No. 2442)

Saudaraku, waspadailah kebiasaan berdusta yang menjadi ciri utama kaum munafiqun. Sebab inilah kelompok manusia yang paling merugi kelak. Mereka bukan saja bakal bernasib sama dengan kaum kafir, yaitu masuk ke dalam azab Allah neraka yang menyala-nyala. Tetapi mereka bahkan dimasukkan ke dalam neraka dengan berada di kapling paling berat siksanya. Dan mereka kekal di dalamnya, tanpa ada fihak yang bisa menolong.
ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُู†َุงูِู‚ِูŠู†َ ูِูŠ ุงู„ุฏَّุฑْูƒِ ุงู„ุฃุณْูَู„ِ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุฑِ ูˆَู„َู†ْ ุชَุฌِุฏَ ู„َู‡ُู…ْ ู†َุตِูŠุฑًุง
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa [4] : 145)

JIKA AMANAH DIBERIKAN KPD YG BUKAN AHLINYA ...

 ุฅِุฐَุง ุถُูŠِّุนَุชْ ุงู„ْุฃَู…َุงู†َุฉُ ูَุงู†ْุชَุธِุฑْ ุงู„ุณَّุงุนَุฉَ
ู‚َุงู„َ ูƒَูŠْูَ ุฅِุถَุงุนَุชُู‡َุง ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ
ู‚َุงู„َ ุฅِุฐَุง ุฃُุณْู†ِุฏَ ุงู„ْุฃَู…ْุฑُ ุฅِู„َู‰ ุบَูŠْุฑِ ุฃَู‡ْู„ِู‡ِ
ูَุงู†ْุชَุธِุฑْ ุงู„ุณَّุงุนَุฉَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (BUKHARI – 6015)
Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam di atas. “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu Allah subhaanahu wa ta’aala.
ุฅِู†َّุง ุนَุฑَุถْู†َุง ุงู„ุฃู…َุงู†َุฉَ ุนَู„َู‰ ุงู„ุณَّู…َุงูˆَุงุชِ
ูˆَุงู„ุฃุฑْุถِ ูˆَุงู„ْุฌِุจَุงู„ِ ูَุฃَุจَูŠْู†َ ุฃَู†ْ ูŠَุญْู…ِู„ْู†َู‡َุง
ูˆَุฃَุดْูَู‚ْู†َ ู…ِู†ْู‡َุง ูˆَุญَู…َู„َู‡َุง ุงู„ุฅู†ْุณَุงู†ُ
ุฅِู†َّู‡ُ ูƒَุงู†َ ุธَู„ُูˆู…ًุง ุฌَู‡ُูˆู„ุง
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”(QS Al-Ahzab 72)
Amanat ketaatan ini sedemikian beratnya sehingga makhluk-makhluk besar seperti langit, bumi dan gunung saja enggan memikulnya karena khawatir akan mengkhianatinya. Kemudian ketika ditawarkan kepada manusia, amanat itu diterima. Sehingga dengan pedas Allah ta’aala berfirman: “Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Sungguh benarlah Allah ta’aala…! Manusia pada umumnya amat zalim dan amat bodoh. Sebab tidak sedikit manusia yang dengan terang-terangan mengkhianati amanat ketaatan tersebut. Tidak sedikit manusia yang mengaku beriman tetapi tatkala memiliki wewenang kepemimpinan mengabaikan aturan dan hukum Allah ta’aala. Mereka lebih yakin akan hukum buatan manusia –yang amat zalim dan amat bodoh itu- daripada hukum Allah ta’aala. Oleh karenanya Allah hanya menawarkan dua pilihan dalam masalah hukum. Taat kepada hukum Allah atau hukum jahiliah? Tidak ada pilihan ketiga. Misalnya kombinasi antara hukum Allah dengan hukum jahiliah.
ุฃَูَุญُูƒْู…َ ุงู„ْุฌَุงู‡ِู„ِูŠَّุฉِ ูŠَุจْุบُูˆู†َ
ูˆَู…َู†ْ ุฃَุญْุณَู†ُ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ
ุญُูƒْู…ًุง ู„ِู‚َูˆْู…ٍ ูŠُูˆู‚ِู†ُูˆู†َ
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maidah 50)
Dewasa ini kita sungguh prihatin menyaksikan bagaimana musibah beruntun terjadi di negeri kita yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Belum selesai mengurus dua kecelakaan kereta api sekaligus, tiba-tiba muncul banjir bandang di Wasior, Irian. Kemudian gempa berkekuatan 7,2 skala richter di kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Lalu tiba-tiba kita dikejutkan dengan erupsi gunung Merapi di Jawa Tengah. Belum lagi ibukota Jakarta dilanda banjir massif yang mengakibatkan kemacetan dahsyat di setiap sudut kota, bahkan sampai ke Tangerang dan Bekasi. Bahkan siapa sangka banjir di Jakarta pernah terjadi di bulan Oktober, padahal jadwal rutinnya biasanya di bulan Januari atau Februari..?
Lalu bagaimana hubungan antara berbagai musibah dengan pengabaian hukum Allah? Simaklah firman Allah ta’aala berikut:
ูَุฅِู†ْ ุชَูˆَู„َّูˆْุง ูَุงุนْู„َู…ْ ุฃَู†َّู…َุง
ูŠُุฑِูŠุฏُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَู†ْ ูŠُุตِูŠุจَู‡ُู…ْ ุจِุจَุนْุถِ ุฐُู†ُูˆุจِู‡ِู…ْ
ูˆَุฅِู†َّ ูƒَุซِูŠุฑًุง ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุณِ ู„َูَุงุณِู‚ُูˆู†َ
“Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Maidah 49)
Berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa Allah mengancam bakal terjadinya musibah bila suatu kaum berpaling dari hukum Allah. Dan tampaknya sudah terlalu banyak dosa yang dilakukan ummat yang mengaku beriman di negeri ini sehingga musibah yang terjadi harus berlangsung beruntun. Dan dari sekian banyak dosa ialah tentunya dosa berkhianat dari amanah ketaatan kepada Allah ta’aala. Tidak saja sembarang muslim di negeri ini yang mengabaikan aturan dan hukum Allah, tetapi bahkan mereka yang dikenal sebagai Ulama, Ustadz, aktifis da’wah dan para muballigh-pun turut membiarkan berlakunya hukum selain hukum Allah. Hanya sedikit dari kalangan ini yang memperingatkan ummat akan bahaya mengabaikan hukum Allah.
Dan yang lebih mengherankan lagi ialah kasus banjir Jakarta. Sudahlah warga Jakarta dipaksa bersabar dalam menuntut janji kosong para Gubernur -sang “Ahli” yang mengaku sanggup mengatasi banjir tahunan tersebut- tiba-tiba kita semua dikejutkan dengan tersiarnya kabar bahwa ada salah satu gubernur justeru terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Serikat Kota dan Pemerintah Daerah Asia Pasifik. Sebagaimana diberitakan di Media Online Pemprov DKI Jakarta http://www.beritajakarta.com:
Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.”

Khutbah Ied Fithri 1436H - Menjaga Kemenangan dgn Kontrol Sosial

Khutbah ‘Idul Fithri 1436 H
MENJAGA KEMENANGAN DENGAN KONTROL SOSIAL
Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

ุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑ 9 ู…ุฑุงุช. ุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑูƒุจูŠุฑุง ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ูƒุซูŠุฑุง ูˆุณุจุญุงู† ุงู„ู„ู‡ ุจูƒุฑุฉ ูˆุฃุตูŠู„ุง ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุงุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ. ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ِู„ู„ู‡ِ ุงู„َّุฐِู‰ ุฃَู†ْุฒَู„َ ุนَู„َู‰ ุนَุจْุฏِู‡ِ ุงู„ْูƒِุชَุงุจَ, ุชَุจْุตِุฑَุฉً ِู„ุฃُูˆู„ِู‰ ุงْู„ุฃَู„ْุจَุงุจِ , ูˆَุฃَูˆْุฏَุนَู‡ُ ู…ِู†ْ ูُู†ُูˆْู†ِ ุงْู„ุนُู„ُูˆْู…ِ ูˆَุงู„ْุญِูƒَู…ِ ุงู„ุนَุฌَุจِ ุงู„ْุนُุฌَุงุจِ , ูˆَ ุฌَุนَู„َู‡ُ ุฃَุฌَู„َّ ุงู„ْูƒُุชُุจِ ู‚َุฏْุฑًุง ูˆَุฃَุบْุฒَุฑِู‡َุง ุนِู„ْู…ًุง ูˆَ ุฃَุนْุฐَุจِู‡َุง ู†َุธْู…ًุง ูˆَ ุฃَุจْู„َุบِู‡َุง ูِู‰ ุงู„ْุฎِุทَุงุจِ ู‚ُุฑْุขู†ุงً ุนَุฑَุจِูŠًّุง ุบَูŠْุฑَ ุฐِูŠ ุนِูˆَุฌٍ ูˆَ ู„ุงَ ู…َุฎْู„ُูˆْู‚ٍ ูˆَ ู„ุงَ ุดُุจْู‡َุฉٍ ูِูŠْู‡ِ ูˆَ ู„ุงَ ุงุฑْุชِูŠَุงุจٍ. ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَّ ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ ุฑَุจُّ ุงْู„ุฃَุฑْุจَุงุจِ ุงู„َّุฐِูŠ ุนَู†َุชْ ู„ِู‚َูŠُّูˆْู…ِูŠَّุชِู‡ِ ุงู„ْูˆُุฌُูˆْู‡ُ ูˆَุฎَุถَุนَุชْ ู„ِุนَุธَู…َุชِู‡ِ ุงู„ุฑِّู‚َุงุจُ. ูˆَ ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ ุงู„ْู…َุจْุนُูˆْุซُ ู…ِู†ْ ุฃَูƒْุฑَู…ِ ุงู„ุดُّุนُูˆْุจِ ูˆَุฃَุดْุฑَูِ ุงู„ุดِّุนَุงุจِ ุฅِู„َู‰ ุฎَูŠْุฑِ ุฃُู…َّุฉٍ ุจِุฃَูْุถَู„ِ ูƒِุชَุงุจٍ. ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ูˆَ ุณَู„ِّู…ْ ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَ ุนَู„َู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَ ุฃَุตْุญَุงุจِู‡ِ ุงู„ุฃَู†ْุฌَุงุจِ ุตَู„ุงَุฉً ูˆَุณَู„ุงَู…ًุง ุฏَุงุฆِู…َูŠْู†ِ ุฅِู„َู‰ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْู…َุขุจِ. ุฃَู…َّุง ุจَุนْุฏُ ูَูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„ู‡َ ุญَู‚َّ ุชُู‚َุงุชِู‡ِ ูˆَู„ุงَ ุชَู…ُูˆْุชُู†َّ ุฅِู„ุงَّ ูˆَ ุฃَู†ْุชُู…ْ ู…ُุณْู„ِู…ُูˆْู†َ 

Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Di tengah rasa sedih karena ditinggal bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan, dan kesedihan melihat negeri ini yang diambang krisis besar, umat Islam sedunia merayakan kemenangan besar karena telah berhasil menunaikan tugas atau kewajiban puasa selama sebulan penuh. Allah menjadikan kita pribadi-pribadi taqwa yang fitri karena telah bersih dari dosa-dosa, bagaikan bayi yang baru lahir dari Rahim ibunya.

Pribadi taqwa hasil tempaan selama bulan Ramadhan tentu tidaklah mudah perjalanan sebelas bulan kedepan, karena suasananya sudah berubah, terutama karena musuh utama manusia, syaitan, yang selama Ramadhan diikat, sekarang sudah dilepas kembali oleh Allah SWT. Iblis dan setan serta bala tentaranya tidak akan pernah rela pribadi-pribadi taqwa ini tetap dalam keadaan fitri. Mereka akan segera beraksi untuk memporak-porandakan hasil-hasil Ramadhan dengan segala upaya. Ingatlah, mereka sudah dari dulu sudah memproklamirkan penyesatan kepada seluruh manusia seperti diungkapkan dalam Al-Qur’an:

ู‚َุงู„َ ูَุจِู…َุง ุฃَุบْูˆَูŠْุชَู†ِูŠ ู„َุฃَู‚ْุนُุฏَู†َّ ู„َู‡ُู…ْ ุตِุฑَุงุทَูƒَ ุงู„ْู…ُุณْุชَู‚ِูŠู…َ (16) ุซُู…َّ ู„َุขุชِูŠَู†َّู‡ُู…ْ ู…ِู†ْ ุจَูŠْู†ِ ุฃَูŠْุฏِูŠู‡ِู…ْ ูˆَู…ِู†ْ ุฎَู„ْูِู‡ِู…ْ ูˆَุนَู†ْ ุฃَูŠْู…َุงู†ِู‡ِู…ْ ูˆَุนَู†ْ ุดَู…َุงุฆِู„ِู‡ِู…ْ ูˆَู„َุง ุชَุฌِุฏُ ุฃَูƒْุซَุฑَู‡ُู…ْ ุดَุงูƒِุฑِูŠู†َ (17)

Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A’raf [7]:16-17)

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Allah SWT pun sudah mempersilakan Iblis-syaitan untuk menyesatkan manusia, bahkan dipersilakan untuk mengerahkan segala pasukannya. Seperti halnya manusia, iblis-syaitan memiliki pasukan tempur yang lengkap. Pasukan tempur mereka ada yang berupa pasukan berkuda (kavaleri), ada juga yang berupa pasukan infantry (pasukan berjalan kaki). Allah SWT berfirman:

ู‚َุงู„َ ุงุฐْู‡َุจْ ูَู…َู†ْ ุชَุจِุนَูƒَ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ูَุฅِู†َّ ุฌَู‡َู†َّู…َ ุฌَุฒَุงุคُูƒُู…ْ ุฌَุฒَุงุกً ู…َูˆْูُูˆุฑًุง (63) ูˆَุงุณْุชَูْุฒِุฒْ ู…َู†ِ ุงุณْุชَุทَุนْุชَ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ุจِุตَูˆْุชِูƒَ ูˆَุฃَุฌْู„ِุจْ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุจِุฎَูŠْู„ِูƒَ ูˆَุฑَุฌِู„ِูƒَ ูˆَุดَุงุฑِูƒْู‡ُู…ْ ูِูŠ ุงู„ْุฃَู…ْูˆَุงู„ِ ูˆَุงู„ْุฃَูˆْู„َุงุฏِ ูˆَุนِุฏْู‡ُู…ْ ูˆَู…َุง ูŠَุนِุฏُู‡ُู…ُ ุงู„ุดَّูŠْุทَุงู†ُ ุฅِู„َّุง ุบُุฑُูˆุฑًุง (64)

Tuhan berfirman: "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (QS. Al-Isra’ [17]: 63-64)

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Pertempuran antara pribadi-pribadi taqwa dan iblis-syaitan memang abadi hingga hari kiamat. Allah memberikan kemurahanNya hanya di bulan Ramadhan dan tidak di bulan-bulan lain. Dalam rangka menjaga diri kita dan masyarakat dari gempuran Iblis dan pasukannya, maka kita harus membentengi diri dan masyarakat dengan terus menghidupkan budaya saling mengingatkan atau disebut dengan kontrol sosial. Budaya kontrol sosial ini dirasa semakin hilang dari kehidupan masyarakat kita. Padahal ini adalah cara paling unggul untuk terhindar dari kerugian dan malapetaka sebagaimana difirmankan oleh Allah:

ูˆَุงู„ْุนَุตْุฑِ (1) ุฅِู†َّ ุงู„ْุฅِู†ْุณَุงู†َ ู„َูِูŠ ุฎُุณْุฑٍ (2) ุฅِู„َّุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชِ ูˆَุชَูˆَุงุตَูˆْุง ุจِุงู„ْุญَู‚ِّ ูˆَุชَูˆَุงุตَูˆْุง ุจِุงู„ุตَّุจْุฑِ (3)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashar [103]:1-3)

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Sesungguhnya perubahan mental sosial selalu berlangsung sangat lama sehingga tidak dirasakan perubahannya, baik perubahan ke arah yang lebih baik maupun ke yang lebih buruk. Saat umat Islam pertama telah Allah ubah kondisi mereka ke arah yang lebih baik dengan diturunkannya Al-Qur’an, Allah pun memperingatkan mereka akan terjadinya perubahan ke arah yang lebih buruk karena perubahan yang terjadi pada diri mereka sendiri. Allah SWT berfirman:

ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู„ุง ูŠُุบَูŠِّุฑُ ู…َุง ุจِู‚َูˆْู…ٍ ุญَุชَّู‰ ูŠُุบَูŠِّุฑُูˆุง ู…َุง ุจِุฃَู†ْูُุณِู‡ِู…ْ ูˆَุฅِุฐَุง ุฃَุฑَุงุฏَ ุงู„ู„َّู‡ُ ุจِู‚َูˆْู…ٍ ุณُูˆุกًุง ูَู„ุง ู…َุฑَุฏَّ ู„َู‡ُ ูˆَู…َุง ู„َู‡ُู…ْ ู…ِู†ْ ุฏُูˆู†ِู‡ِ ู…ِู†ْ ูˆَุงู„ٍ

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’du [13]:11)

Biasanya kita memahami ayat ini untuk memotivasi umat Islam agar merubah dirinya ke arah kebaikan agar terjadi perubahan pada umat. Akan tetapi, saat ayat ini turun, sebenarnya ayat ini adalah ayat peringatan. Karena kondisi umat Islam saat itu sedang berada pada puncak kebaikan karena masa itu adalah masa nubuwwah, umat Islam dibersamai oleh Nabi Muhammad SAW. Kebaikan atau nikmat Allah itu akan lenyap, apabila diri mereka sendiri berubah ke arah keburukan sebagaiman difirmankan oleh Allah SWT:

ุฐَู„ِูƒَ ุจِุฃَู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู„َู…ْ ูŠَูƒُ ู…ُุบَูŠِّุฑًุง ู†ِุนْู…َุฉً ุฃَู†ْุนَู…َู‡َุง ุนَู„َู‰ ู‚َูˆْู…ٍ ุญَุชَّู‰ ูŠُุบَูŠِّุฑُูˆุง ู…َุง ุจِุฃَู†ْูُุณِู‡ِู…ْ

Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Al-Anfal [8]:53)

Contoh umat yang berubah dari kemuliaan menjadi hina dina adalah bani israil. Karena itu Allah menyuruh kita untuk mewaspadai agar itu tidak terjadi pada diri kita:

ูˆَู„َุง ูŠَูƒُูˆู†ُูˆุง ูƒَุงู„َّุฐِูŠู†َ ุฃُูˆุชُูˆุง ุงู„ْูƒِุชَุงุจَ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ُ ูَุทَุงู„َ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ُ ุงู„ْุฃَู…َุฏُ ูَู‚َุณَุชْ ู‚ُู„ُูˆุจُู‡ُู…ْ ูˆَูƒَุซِูŠุฑٌ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ูَุงุณِู‚ُูˆู†َ

"Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hadid [57]: 16)

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Bahwa perubahan suatu kaum (bangsa dan negara serta dunia) itu diawali oleh perubahan individu. Jika yang terjadi adalah perubahan ke arah lebih buruk, maka itu terjadi karena mayoritas individunya sedang berubah ke arah yang lebih buruk. Prosesnya adalah sebagai berikut: jika seseorang yang baik berbuat keburukan, maka akan ada noda hitam di hatinya (nuktatus saudaa). Rasulullah SAW bersabda,

ุฅِู†َّ ุงู„ْุนَุจْุฏَ ุฅِุฐَุง ุฃَุฎْุทَุฃَ ุฎَุทِูŠุฆَุฉً ู†ُูƒِุชَุชْ ูِูŠ ู‚َู„ْุจِู‡ِ ู†ُูƒْุชَุฉٌ ุณَูˆْุฏَุงุกُ ูَุฅِุฐَุง ู‡ُูˆَ ู†َุฒَุนَ ูˆَุงุณْุชَุบْูَุฑَ ูˆَุชَุงุจَ ุณُู‚ِู„َ ู‚َู„ْุจُู‡ُ ูˆَุฅِู†ْ ุนَุงุฏَ ุฒِูŠุฏَ ูِูŠู‡َุง ุญَุชَّู‰ ุชَุนْู„ُูˆَ ู‚َู„ْุจَู‡ُ ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ุฑَّุงู†ُ ุงู„َّุฐِูŠ ุฐَูƒَุฑَ ุงู„ู„َّู‡ُ { ูƒَู„َّุง ุจَู„ْ ุฑَุงู†َ ุนَู„َู‰ ู‚ُู„ُูˆุจِู‡ِู…ْ ู…َุง ูƒَุงู†ُูˆุง ูŠَูƒْุณِุจُูˆู†َ

Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan dan dibentuk di dalam hatinya bintik hitam. Ketika dia melepaskannya dan beristighfar, hatinya akan bersih kembali. Dan jika ia mengulanginya, bertambah pula noda hitam di hatinya sampai menutupi hatinya. Itulah “rona” yang disebut oleh Allah {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka}.

Hati yang bersih, putih, akan merasakan sekali adanya noda hitam tersebut sehingga ia akan menyesal luar biasa atas perbuatannya yang buruk, lalu beristighfar dan terhapuslah noda tersebut. Tapi kalau tidak beristighfar, maka noda hitam itu masih tetap ada. Jika mengulangi perbuatan dosanya maka akan bertambahlah noda hitamnya sehingga akhirnya menutupinya. Saat itulah terjadi perubahan yang luar biasa pada dirinya: yang semula malu-malu dalam melakukan dosa menjadi terang-terangan bahkan bangga dengan dosanya (‘izzah bil itsmi) sehingga menolak nasihat, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an:

ูˆَุฅِุฐَุง ู‚ِูŠู„َ ู„َู‡ُ ุงุชَّู‚ِ ุงู„ู„َّู‡َ ุฃَุฎَุฐَุชْู‡ُ ุงู„ْุนِุฒَّุฉُ ุจِุงู„ْุฅِุซْู…ِ ูَุญَุณْุจُู‡ُ ุฌَู‡َู†َّู…ُ ูˆَู„َุจِุฆْุณَ ุงู„ْู…ِู‡َุงุฏُ

Dan apabila dikatakan kepadanya:"Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. Al-Baqarah [2]: 206)

Itulah yang terjadi pada dunia Barat saat mereka akhirnya melegalkan pernikahan sejenis atau LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). Dulu mereka malu-malu melakukannya, sekarang mereka bangga dengan perilakunya yang menyimpang itu. Dalam setiap pawai mereka mengusung tulisan PRIDE yang berarti bangga dengan penyimpangannya. Na’udzu billahi min dzalik…

Rasulullah SAW menyebutkan fenomema akhir zaman dengan munculnya berbagai tindakan buruk yang merajalela:

ุฅِุฐَุง ุงู‚ْุชَุฑَุจَ ุงู„ุฒَّู…َุงู†ُ ูƒَุซُุฑَ ู„ُุจْุณُ ุงู„ุทِّูŠَุงู„ِุณَุฉِ ูˆَูƒَุซُุฑَุชِ ุงู„ุชِّุฌَุงุฑَุฉُ ูˆَูƒَุซُุฑَ ุงู„ู…ْุงَู„ُ ูˆَุนَุธَู…َ ุฑَุจَّ ุงู„ู…ْุงَู„ِ ูˆَูƒَุซُุฑَุชِ ุงู„ْูَุงุญِุดَุฉُ ูˆَูƒَุงู†َุชْ ุขู…ِุฑَุฉُ ุงู„ุตِّุจْูŠَุงู†ِ ูˆَูƒَุซُุฑَ ุงู„ู†ِّุณَุงุกُ ูˆَุฌَุงุฑُ ุงู„ุณُّู„ْุทَุงู†ِ ูˆَุทَูَّูُ ูِูŠ ุงู„ْู…ِูƒْูŠَุงู„ِ ูˆَุงู„ْู…ِูŠْุฒَุงู†ِ ูŠُุฑَุจَّูŠ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ุฌَุฑْูˆًุง ูƒَู„ْุจًุง ุฎَูŠْุฑٌ ู„َู‡ُ ู…ِู†ْ ุฃَู†ْ ูŠُุฑَุจَّูŠ ูˆَู„َุฏุงً ูˆَู„ุง ูŠُูˆَู‚ِّุฑَ ูƒَุจِูŠْุฑًุง ูˆَู„ุง ูŠَุฑْุญَู…َ ุตَุบِูŠْุฑًุง ูˆَูŠَูƒْุซُุฑُ ุฃَูˆْู„ุงุฏَ ุงู„ุฒِّู†َุง ุญَุชَّู‰ ุฅِู†َّ ุงู„ุฑَّุฌُู„َ ู„َูŠَุบْุดَู‰ ุงู„ْู…َุฑْุฃَุฉَ ุนَู„َู‰ ู‚َุงุฑِุนَุฉِ ุงู„ุทَّุฑِูŠْู‚ِ ูَูŠَู‚ُูˆْู„ُ ุฃَู…ْุซُู„ُู‡ُู…ْ ูِูŠ ุฐู„ِูƒَ ุงู„ุฒَّู…َุงู†ِ: ู„َูˆِ ุงุนْุชَุฒَู„ْุชُู…ْ ุนَู†ِ ุงู„ุทَّุฑِูŠْู‚ِ، ูŠَู„ْุจَุณُูˆْู†َ ุฌُู„ُูˆْุฏَ ุงู„ุถَّุฃْู†ِ ุนَู„َู‰ ู‚ُู„ُูˆْุจِ ุงู„ุฐَّุฆุงَุจِ ุฃَู…ْุซُู„ُู‡ُู…ْ ูِูŠ ุฐู„ِูƒَ ุงู„ุฒَّู…َุงู†ِ ุงู„ْู…َุฏَุงู‡ِู†ِ".( ุงู„ุทุจุฑุงู†ูŠ) ‏

“Apabila akhir zaman semakin dekat maka (1) banyak orang yang berpakaian jubah, (2) dominasi perdagangan (kapitalisme), (3) harta kekayaan melimpah, (4) para pemilik modal (konglomerat) diagungkan, (5) kemesuman merajalela, (6) kanak-kanak dijadikan pemimpin, (7) dominasi perempuan, (8) kelaliman penguasa, (9) manipulasi takaran dan timbangan, (10) orang lebih suka memelihara anjing piaraannya daripada anaknya sendiri, (11) tidak menghormati orang yang lebih tua, (12) tidak menyayangi yang kecil, (13) membiaknya anak-anak zina, sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di zaman itu hanya bisa mengatakan: tolonglah kalian menyingkir dari jalan, (14) mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.” (HR, Thabrani)

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Amaliyah Ramadhan telah membentuk umat Islam menjadi pribadi yang bersih, karena itu untuk mempertahankan kebersihan ini mutlak diperlukan kontrol sosial. Sebab kehancuran suatu kaum itu bukan karena mereka syirik kepada Allah, tetapi karena perbuatan yang menyimpang sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Abbas ra:

ู…َุง ุฃَู‡ْู„َูƒَ ุงู„ู„ู‡ُ ู‚َูˆْู…ุงً ุฅِู„َّุง ุจِุนَู…َู„ِู‡ِู…ْ، ูˆَู„َู…ْ ูŠُู‡ْู„ِูƒْู‡ُู…ْ ุจِุงู„ุดِّุฑْูƒِ

"Allah tidak menghancurkan suatu kaum kecuali karena perbuatan mereka, dan tidak menghancurkan mereka karena syirik."

Contoh:  Kaum Tsamud (kaumnya Nabi Shaleh) karena menyembelih unta, Ashhabul Aikah (kaumnya Nabi Syu’aib) karena curang dalam timbangan, kaum Nabi Luth karena homoseksual, Fir’aun dan tentaranya karena perlakuan buruk kepada Nabi Musa dan Bani Israil.

Jadi control social adalah kunci kesalamatan, sebagaimana difirmankan Allah SWT:

ูˆَู…َุง ูƒَุงู†َ ุฑَุจُّูƒَ ู„ِูŠُู‡ْู„ِูƒَ ุงู„ْู‚ُุฑَู‰ ุจِุธُู„ْู…ٍ ูˆَุฃَู‡ْู„ُู‡َุง ู…ُุตْู„ِุญُูˆู†َ

Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang melakukan perbaikan. (QS. Hud [11]:117)

Mereka amar ma’ruf nahi munkar, meskipun dicibir sebagai polisi moral. Jangan sampai ada pemikiran ketika melihat perbuatan dosa di sekitar kita: “dosanya yang nanggung dia ini” atau “bukan urusan saya”. Ini adalah masalah keselamatan bersama. Masyarakat digambarkan oleh Rasulullah SAW seperti kapal: Jika ada yang mencoba melubangi kapal meski maksudnya baik agar jangan mengganggu orang-orang yang berada di dek, harus segera dicegah. Pencegahan ini adalah bagian dari kontrol sosial. Kalau tidak, maka hancurlah semuanya alias tenggelam.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah,

Karena itu, kita semua harus aktif melakukan kontrol sosial saat melihat tindakan buruk agar tindakan buruk tersebut tidak sempat berkembang. Islam memandang kontrol sosial sebagai sebuah kewajiban dari penolakan dalam hati hingga mencegahnya dengan tangannya. Sudah seharusnya setiap kita melihat tindakan menyimpang dari agama, kita pandang itu sebagai urusan kita, bukan urusan pelakunya saja.

Semoga Allah selalu memperkokoh hati kita dalam Agama Allah:

ูŠَุง ู…ُู‚َู„ِّุจَ ุงู„ู‚ُู„ُูˆุจِ ุซَุจِّุชْ ู‚َู„ْุจِูŠ ุนَู„َู‰ ุฏِูŠู†ِูƒَ

Duhai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agamaMu

ุฌَุนَู„َู†َุง ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุฅِูŠَّุงูƒُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ْูَุงุฆِุฒِูŠْู†َ ุงู„ุขู…ِู†ِูŠْู†

Semoga Allah SWT menjadikan kita semua menjadi orang yang sukses dari Ramadhan ke Ramadhan. Semoga kita bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan yang akan datang.

Marilah kita tutup dengan bermunajat kepada Allah SWT.

ุฅِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูˆَู…َู„ุงุฆِูƒَุชَู‡ُ ูŠُุตَู„ُّูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุตَู„ُّูˆุง ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ُูˆุง ุชَุณْู„ِูŠู…ًุง. ุงู„ู„ู‡ู…َّ ุตَู„ِّ ูˆَุณَู„ِّู…ْ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ุฎَูŠْุฑَ ุงู„ْุฎَู„ْู‚ِ ุตَุงุญِุจُ ุงู„ْูˆَุฌْู‡ِ ุงู„ุฃَู†ْูˆَุงุฑِ. ูˆَุงุฑْุถَ ุงู„ู„ّู‡ُู…َّ ุนَู†ْ ูƒُู„ِّ ุงู„ุตَّุญَุงุจَุฉِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†. ูˆَุนَู†ِ ุงู„ุชَّุงุจِุนِูŠْู†َ ูˆَู…َู†ْ ุชَุจِุนَู‡ُู…ْ ุจِุฅِุญْุณَุงู†ٍ ุฅِู„َู‰ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ. ุฃู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ุงุช ุงู„ุฃุญูŠุงุก ู…ู†ู‡ู… ูˆุงู„ุฃู…ูˆุงุช. ุงู„ู„ู‡ู… ุงู†ْูَุนْู†َุง ุจِู…َุง ุนَู„َّู…ْุชَู†َุง ูˆَุนَู„ِّู…ْู†َุง ู…َุง ูŠَู†ْูَุนُู†َุง ูˆَุฒِุฏْู†َุง ุนِู„ْู…ًุง ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ู„ู‡ِ ุนَู„ู‰ ูƒُู„ِّ ุญَุงู„ٍ ูˆู†َุนُูˆْุฐُุจِูƒَ ู…ِู†ْ ุญَุงู„ِ ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ู†َّุงุฑِ. ุงู„ู„ู‡ู… ุงู†ْุตُุฑِ ุงู„ْู…ُุฌَุงู‡ِุฏِูŠْู†َ ูِูŠ ูƒُู„ِّ ู…َูƒَุงู†ٍ ูˆَุฒَู…َุงู†ٍ. ุงู„ู„ู‡ู… ุงู†ْุตُุฑِ ุงู„ْู…ُุฌَุงู‡ِุฏِูŠْู†َ ูِูŠ ูَู„ِุณْุทِูŠْู† ุฎُุตُูˆْุตًุง ูِูŠ ุบَุฒَุฉ

Ya Allah, tolonglah para pejuang Islam di segala tempat dan masa. Tolonglah mujahidin di Palestina, khususnya di Gaza. Hancurkanlah tentara-tentara Yahudi. Selamatkanlah kaum muslimin di segala penjuru dunia.

Ya Allah, berikanlah kami dari takut kami kepadaMu sesuatu yang akan mencegah kami dari mema’shiyatiMu, dari taat kami kepadaMu sesuatu yang akan menyampaikan kami ke dalam surgaMu, dan dari yakin kami sesuatu yang akan membuat kami ringan menghadapi musibah dunia; berikan kenikmatan melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami; jadikan itu sebagai pewarisan hidup kami; balaskan untuk kami orang yang menzhalimi kami; bela kami atas orang yang memusuhi kami; jangan jadikan musibah kami dalam urusan agama kami; jangan jadikan dunia sebagai puncak cita-cita dan puncak ilmu kami; jangan jadikan kami dalam cengkeraman orang yang tidak mengasihi kami.

Ya Allah, jadikanlah kumpulan kami, jamaah yang dirahmati, tempat orang muda yang menghormati orang tua, tempat orang tua yang menyayangi orang muda.

Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pelindung urusan kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi penghidupan kami dan perbaikilah akhirat kami tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini dapat menambah kebaikan bagi kami dan jadikanlah kematian itu istirahat bagi kami dari segala keburukan.

Ya Allah, terimalah amal ibadah kami selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Ya Allah, terimalah ibadah puasa kami, shalat fardhu kami, shalat tarawih kami, shalat witir kami, shalat tahajjud kami, wudhu kami, ruku’ dan sujud kami, khusyu’ kami, dzikir kami, bacaan al-Qur’an kami. Kami sadar, ya Allah, semua ibadah yang kami lakukan jauh dari sempurna. Hanya sebatas itu, ya Allah, kemampuan iman kami. Tapi kami memohon kepadaMu, dengan sepenuh kerendahan dan sepenuh pengharapan kami, terimalah itu semua, ya Allah. Ridho-Mu, ya Allah, hanya ridho-Mu-lah yang kami harapkan melingkupi diri kami, keluarga kami, orang tua kami, saudara-saudara kami, masyarakat kami, negara kami. Engkau adalah satu-satunya tempat kami bergantung dan kami memohon pertolongan. Hanya kepadaMu kami bertawakkal, ya Allah. Ya Allah, sampaikanlah kami di bulan Ramadhan yang akan datang, sehingga kami berkesempatan untuk memperbaiki kembali kekurangan-kekurangan kami.

ุฑَุจَّู†َุง ุชَู‚َุจَّู„ْ ู…ِู†َّุง ุฅِู†َّูƒَ ุฃَู†ْุชَ ุงู„ุณَّู…ِูŠุนُ ุงู„ْุนَู„ِูŠู…ُ ูˆَุชُุจْ ุนَู„َูŠْู†َุง ุฅِู†َّูƒَ ุฃَู†ْุชَ ุงู„ุชَّูˆَّุงุจُ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ُ
ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉً ูˆَูِูŠ ุงู„ْุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณَู†َุฉً ูˆَู‚ِู†َุง ุนَุฐَุงุจَ ุงู„ู†َّุงุฑِ

Thursday, July 9, 2015

Ramadhan Adalah Bulan Kesabaran

Ramadhan Adalah Bulan Kesabaran

Sesungguhnya kesabaran adalah asas yang terbesar bagi setiap akhlak yang indah dan bagi upaya menghindari akhlak yang hina. Dan sabar itu adalah menahan diri dari perkara yang tidak disukai oleh hawa nafsu dan menyelisihi seleranya, dalam rangka meraih ridho Allah dan pahalanya.
Termasuk cakupan kesabaran adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, dalam menghindari maksiat kepada Allah dan dalam menghadapi takdir Allah yang berat (yang dirasakan oleh seorang hamba). Ketiga hal ini -yang mengumpulkan seluruh ajaran agama Islam ini- tidaklah bisa terlaksana kecuali dengan kesabaran.
  1. Ketaatan-ketaatan -khususnya yang berat , seperti jihad di jalan Allah, ibadah yang kontinyu,seperti menuntut ilmu dan terus menerus berucap dan berperilaku yang bermanfa’at- (semua itu) tidaklah bisa terlaksana kecuali dengan kesabaran melakukannya dan melatih diri untuk terus menerus, senantiasa melakukannya dan membiasakan diri dengannya. Jika melemah kesabaran, melemah pula amalan-amalan sholeh ini, bahkan bisa jadi berhenti dilakukan.
  2. Dan demikian pula menahan diri dari melakukan kemaksiatan-kemaksiatan -khususnya kemaksiatan yang hawa nafsu berselera tinggi terhadapnya- tidaklah bisa meninggalkannya kecuali dengan kesabaran dan berusaha untuk sabar dalam menyelisihi hawa nafsu dan tahan merasakan beratnya hal itu.
  3. Demikian pula musibah-musibah, ketika menimpa seorang hamba, sedangkan ia hendak menghadapinya dengan ridho, syukur dan memuji Allah atas anugerah musibah itu[2], tidaklah bisa muncul sikap-sikap tersebut kecuali dengan sabar dan mengharap pahala Allah.
Kapanpun seorang hamba melatih diri untuk sabar dan mempersiapkan diri untuk tahan di dalam merasakan berat dan sulitnya hal itu, bersungguh-sungguh dan berjuang untuk menyempurnakan sikap-sikap tersebut , maka akibatnya adalah keberuntungan dan kesuksesan.
Dan tidaklah seseorang bersungguh-sungguh dalam mencari sesuatu dan diiringi dengan kesabaran melainkan ia akan membawa kemenangan, namun orang yang bersungguh-sungguh seperti ini jumlahnya sedikit.
Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah madrasah yang agung dan bangunan (keimanan) yang tinggi, yang para hamba mengambil darinya banyak ibroh dan pelajaran bermanfaat yang mendidik jiwa dan meluruskannya pada bulan Ramadhan ini dan di sisa umurnya. Dan salah satu (pelajaran besar) yang diambil oleh orang-orang yang berpuasa di bulan yang agung dan musim yang diberkahi ini adalah membiasakan diri dan membawanya kepada kesabaran, oleh karena itu , terdapat dalam beberapa Hadits, (bahwa) Nabi yang sangat penyayang –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mensifati bulan Ramadhan dengan “bulan kesabaran”.

Hadits Tentang Bulan Ramadhan Adalah Bulan Kesabaran

Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah madrasah yang agung dan bangunan (keimanan) yang tinggi, yang para hamba mengambil darinya banyak ibroh dan pelajaran bermanfaat yang mendidik jiwa dan meluruskannya pada bulan Ramadhan ini dan di sisa umurnya. Dan salah satu (pelajaran besar) yang diambil oleh orang-orang yang berpuasa di bulan yang agung dan musim yang diberkahi ini adalah membiasakan diri dan membawanya kepada kesabaran, oleh karena itu , terdapat dalam beberapa Hadits , (bahwa) Nabi yang sangat penyayang –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mensifati bulan Ramadhan dengan “bulan kesabaran”.
Diantaranya adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Muslim dari Hadits Abu Qotadah radhiyallahu ‘anhu, bahwa  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((ุตَูˆْู…ُ ุดَู‡ْุฑِ ุงู„ุตَّุจْุฑِ ูˆَุซَู„َุงุซَุฉِ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุดَู‡ْุฑٍ ุตَูˆْู…ُ ุงู„ุฏَّู‡ْุฑِ))
“Puasa bulan kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan adalah puasa sepanjang tahun”. [3]
ูˆุฃุฎุฑุฌ ุงู„ุฅู…ุงู… ุฃุญู…ุฏ ุนَู†ْ ูŠَุฒِูŠุฏَ ุจْู†ِ ุนَุจْุฏِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุจْู†ِ ุงู„ุดِّุฎِّูŠุฑِ ุนَู†ِ ุงู„ْุฃَุนْุฑَุงุจِูŠِّ ู‚َุงู„َ ุณَู…ِุนْุชُ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ูˆุฐูƒุฑ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„: (( ุตَูˆْู…ُ ุดَู‡ْุฑِ ุงู„ุตَّุจْุฑِ ูˆَุซَู„َุงุซَุฉِ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุดَู‡ْุฑٍ ูŠُุฐْู‡ِุจْู†َ ูˆَุญَุฑَ ุงู„ุตَّุฏْุฑِ ))
Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Yazid bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir, dari Al-A’rabii berkata saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan beliau menyebutkan Hadits bahwa Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
(( ุตَูˆْู…ُ ุดَู‡ْุฑِ ุงู„ุตَّุจْุฑِ ูˆَุซَู„َุงุซَุฉِ ุฃَูŠَّุงู…ٍ ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุดَู‡ْุฑٍ ูŠُุฐْู‡ِุจْู†َ ูˆَุญَุฑَ ุงู„ุตَّุฏْุฑِ ))
“Puasa bulan Kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan menghilangkan wahar[4] dada”. [5]
An-Nasa`i meriwayatkan dari Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((ุตู…ْ ุดู‡ุฑَ ุงู„ุตุจุฑِ ูˆุซู„ุงุซุฉَ ุฃูŠุงู…ٍ ู…ู† ูƒู„ِّ ุดู‡ุฑ…))
Puasa bulan Kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan…” [6]
Dalam ketiga Hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati bulan Ramadhan sedbagai bulan kesabaran, hal itu dikarenakan terkumpul dalam bulan Ramadhan seluruh jenis kesabaran; sabar melaksanakan ketaatan kepada Allah, sabar meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya dan sabar dalam menghadapi takdir Allah yang berat (yang dirasakan oleh seorang hamba)
Penjelasannya sebagai berikut :
  1. Didalam bulan Ramadhan terdapat ibadah puasa, shalat Taraweh, membaca Alquran, kebaikan, Ihsan, dermawan, memberi makan, dzikir, do’a, taubat, istighfar dan selainnya dari berbagai macam ketaatan-ketaatan, dan (semua) ini membutuhkan kesabaran, agar seseorang bisa melakukannya dalam bentuk yang paling sempurna dan paling utama.
  2. Didalam bulan Ramadhan terdapat sikap menahan lisan dari dusta, menipu, sia-sia, mencela, mencerca, teriak, debat, menggunjing, mengadudomba, mencegah anggota tubuh lainnya dari melakukan seluruh kemaksiatan, dan (semua) ini (tertuntut) di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Sedangkan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan ini membutuhkan  kesabaran,sehingga seorang hamba sanggup menjaga dirinya agar tidak terjatuh kedalamnya.
  3. Didalam bulan Ramadhan terdapat sikap meninggalkan makan ,minum dan  semua yang terkait dengannya, sedangkan nafsunya menginginkannya. Demikian pula menahan diri dari apa yang Allah bolehkan berupa mengikuti syahwat (yang halal) dan kelezatan (yang mubah), seperti bersetubuh dan pendahuluannya, dan (semua) ini jiwa tidaklah bisa meninggalkannya kecuali dengan kesabaran, maka (kesimpulannya) Ramadhan mencakup seluruh jenis kesabaran.

Alasan Ilmiah di Balik Larangan Khalwat Pria dan Wanita

Perintah untuk tidak berkhalwat (berdua-duaan) antara seorang pria dan wanita yang bukan mahram selama ini dipatuhi seorang mukmin sebagai ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tapi, jarang dari kita yang mengetahui alasan ilmiah di balik perintah itu.

Kenapa hal tersebut dilarang dan dianggap berbahaya oleh syariat Islam? Bagian tubuh kita yang mana yang ternyata berpengaruh terhadap kondisi khalwat itu?

Baru-baru ini, sebuah penelitian membuktikan bahaya berkhalwat tersebut.

Para peneliti di Universitas Valencia menegaskan bahwa seorang yang berkhalwat dengan wanita menjadi daya tarik yang akan menyebabkan kenaikan sekresi hormon kortisol. Kortisol adalah hormon yang bertanggung jawab terjadinya stres dalam tubuh. Meskipun subjek penelitian mencoba untuk melakukan penelitian atau hanya berpikir tentang wanita yang sendirian denganya hanya dalam sebuah simulasi penelitian. Namun hal tersebut tidak mampu mencegah tubuh dari sekresi hormon tersebut.
“Cukuplah anda duduk selama lima menit dengan seorang wanita. Anda akan memiliki proporsi tinggi dalam peningkatan hormon tersebut,” inilah temuan studi ilmiah baru-baru ini yang dimuat pada Daily Telegraph!

Para ilmuwan mengatakan bahwa hormon kortisol sangat penting bagi tubuh dan berguna untuk kinerja tubuh tetapi dengan syarat mampu meningkatkan proporsi yang rendah, namun jika meningkat hormon dalam tubuh dan berulang terus proses tersebut, maka yang demikian dapat menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dan berakibat pada diabetes dan penyakit lainnya yang mungkin meningkatkan nafsu seksual.

Bentuk yang menyerupai alat proses hormon penelitian tersebut berkata bahwa stres yang tinggi hanya terjadi ketika seorang laki-laki berkhalwat dengan wanita asing (bukan mahram), dan stres tersebut akan terus meningkat pada saat wanitanya memiliki daya tarik lebih besar! Tentu saja, ketika seorang pria bersama dengan wanita yang merupakan saudaranya sendiri atau saudara dekat atau ibunya sendiri tidak akan terjadi efek dari hormon kortisol. Seperti halnya ketika pria duduk dengan seorang pria aneh, hormon ini tidak naik. Hanya ketika sendirian dengan seorang pria dan seorang wanita yang aneh!

Para peneliti mengatakan bahwa pria ketika ada perempuan asing disisinya, dirinya dapat membayangkan bagaimana membangun hubungan dengannya (jika tidak emosional), dan dalam penelitian lain, para ilmuwan menekankan bahwa situasi ini (untuk melihat wanita dan berpikir tentang mereka) jika diulang, mereka memimpin dari waktu ke waktu untuk penyakit kronis dan masalah psikologis seperti depresi.

Nabi saw mengharaman khalwat

Kita semua tahu hadits yang terkenal yang mengatakan: “Tidaknya ada orang yang seorang laki-laki berkhlawat dengan wanita kecuali setan adalah yang ketiga, hadits ini menegaskan diharamkannya berkhalwat bagi seorang pria dengan wanita asing atau bukan mahramnyaI . karena itu Nabi saw melalui syariat ini menginginkan kita menghindari banyak penyakit sosial dan fisik.

Ketika seorang beriman mampu menghindari diri dari melihat wanita (yang bukan mahram) dan menghindari diri dari berkhalwat dengan mereka, maka ia mampu mencegah penyebaran amoralitas dan dengan demikian melindungi masyarakat dari penyakit epidemi dan masalah sosial, dan mencegah individu dari berbagai penyakit …

Kami sampaikan kepada mereka yang tidak puas dengan agama kami yang hanif: Bukankah Islam sebagai agama layak dihormati dan diikuti? mnh/alkaheel