Apakah ada kubur yang dijadikan tuhan? Begitu mungkin
pertanyaan yang muncul dari pembaca ketika membaca judul artikel ini.
Karena setiap orang tahu, bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah
Ta’ala.
Sedangkan menyembah selain Allah merupakan dosa besar yang paling
besar. Semoga pertanyaan ini segera sirna setelah menela’ah apa yang
akan kami sampaikan di bawah ini.
Isyarat Nabi ‘alaihi ash-sholatu was salam
Sesungguhnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam sudah
mengisyaratkan tentang penyembahan terhadap kubur itu di dalam banyak
hadits-hadits yang shahih. Antara lain hadits di bawah ini,
عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ اشْتَدَّ غَضَبُ اللَّهِ
عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
Dari ‘Atho’ bin Yasar, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa: “
Wahai
Allah janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (tuhan yang
disembah), besar murka Allah terhadap orang-orang yang menjadikan
kubur-kubur Nabi-Nabi mereka sebagai masjid-masjid”. (HR. Malik, di dalam kitab Al-Muwaththo’, no: 376)
Hadits ini
mursal (termasuk lemah), namun dikuatkan oleh hadits-hadits yang lain sehingga menjadi
shahih.
Oleh Karena itu Syaikh Al-Albani menshahihkannya di dalam kitab
Tahdzirus Sajid, hlm: 18, 19. Di antara hadits yang menguatakan adalah
hadits di bawah ini,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ لَا
تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا لَعَنَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ
أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam (beliau pernah berdoa): “
Wahai
Allah janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (tuhan yang
disembah), Allah melaknat orang-orang yang menjadikan kubur-kubur
Nabi-Nabi mereka sebagai masjid-masjid” (HR. Ahmad, di dalam kitab Musnad, juz: 2, hlm: 246)
Syaikh Dr. Sholih bin Fauzab bin Abdullah Al-Fauzan –ulama anggota
Majlis Fatwa Saudi- berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
khawatir akan terjadi di kalangan umatnya apa yang telah terjadi pada
orang-orang Yahudi dan Nashoro terhadap kubur-kubur Nabi-Nabi mereka,
yaitu yang berupa
ghuluw (sikap melewati batas) terhadap
kubur-kubur itu sehingga kubur-kubur itu menjadi berhala-berhala. Maka
beliau memohon kepada Rabbnya agar tidak menjadikan
kubur beliau demikian itu. Kemudian beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan
sebab kemurkaan dan laknat Allah menimpa orang-orang Yahudi dan
Nashoro, yaitu apa yang telah mereka lakukan terhadap kubur-kubur
Nabi-Nabi mereka, sehingga mereka merubahnya menjadi berhala-berhala
yang disembah. Maka mereka terjerumus di dalam syirik yang besar yang
bertentangan dengan tauhid”. (Al-Mulakhkhos Fii Syarh Kitab At-Tauhid,
hlm: 144-145)
Musyrikin Arab Menyembah Kubur
Allah Ta’ala mencela perbuatan orang-orang jahiliyah yang menyembah
kepada selain Allah di dalam banyak tempat di dalam Al-Qur’an. Antara
lain di dalam firman-Nya,
أَفَرَءَيْتُمُ اللاَّتَ وَالْعُزَّى {19} وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ اْلأُخْرَى {20
“
Beritahukan kepadaku (hai orang-orang musyrik) tentang Al-Lata dan Al-Uzza, dan Manah yang ketiga, yang lain itu?” (QS. An-Najm (53): 19-20)
Makna ayat ini –sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Qurthubi-,
“Beritahukan kepadaku (hai orang-orang musyrik) tentang berhala-berhala
ini, apakah dapat memberikan manfaat atau madhorot, sehingga menjadi
sekutu-sekutu Alloh Ta’ala?” (Fathul Majid, hlm: 118, penerbit: Dar Ibni
Hazm)
Ketiga nama ini adalah tuhan-tuhan yang disembah oleh orang-orang Arab jahiliyah.
Al-Lata adalah batu putih berukir yang padanya terdapat
rumah, memiliki tirai-tirai, dan ada penjaganya. Di sekitarnya terdapat
lokasi tanah yang diagungkan oleh penduduk kota Thoif. (Lihat Tafsir
Ibnu Katsir, surat An-Najm, ayat: 19-20)
Ada juga yang mengatakan bahwa Lata adalah kubur laki-laki yang dahulu dianggap sebagai orang sholih. Imam Bukhori meriwayatkan,
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي قَوْلِهِ اللَّاتَ وَالْعُزَّى كَانَ اللَّاتُ رَجُلًا يَلُتُّ سَوِيقَ الْحَاجِّ
Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah Ta’ala: “
tentang Al-Lata dan Al-Uzza”,
(QS. An-Najm (53): 19), beliau mengatakan: “Latta dahulu adalah seorang
laki-laki yang membuat adonan tepung untuk orang yang berhaji”. (HR.
Bukhori, no: 4859)
Sa’id bin Manshur meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan: “(Latta)
dahulu adalah seorang laki-laki yang menjual tepung dan mentega di dekat
sebuah batu besar, dan membuat adonan di atas batu besar itu. Ketika
laki-laki itu mati, suku Tsaqif menyembah batu besar itu karena
menagungkan terhadap penjual tepung itu (yakni Latta)”. (
Fathul Majid, hlm: 117)
Sa’id bin Manshur juga meriwayatkan bahwa Mujahid mengatakan:
“(Latta) dahulu adalah seorang laki-laki yang membuat adonan tepung
untuk mereka (orang-orang jahiliyah), tatkala dia telah mati, mereka
(orang-orang jahiliyah) semedi (tirakatan) pada kuburnya”.
Pada riwayat lain disebutkan: “Lalu dia (Latta) memberi makan
orang-orang yang lewat. Tatkala dia telah mati, mereka menyembahnya.
Mereka mengatakan: “Itu adalah Latta”. (
Fathul Majid, hlm: 222)
Dari keterangan di atas, ada dua pendapat tentang wujud Latta.
Sebagian mengatakan itu adalah sebuah batu, yang lain mengatakan itu
wujudnya kubur. Namun pada hakekatnya kedua pendapat itu tidak
berlawanan. Oleh karena itulah Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh
berkata: “Tidak ada kontradiksi antara dua pendapat itu, karena mereka
menyembah batu dan kubur tersebut sebagai perbuatan ibadah dan
pengangungan (kepada Latta, orang yang mereka anggap sholih-pen). Dan
karena semisal ini, dibangun peninggalan-peninggalan
(petilasan-petilasan) dan kubah-kubah di atas kubur-kubur, dan dijadikan
sebagai berhala-berhala. Dan padanya terdapat keterangan bahwa
orang-orang jahiliyah dahulu menyembah orang-orang sholih,
patung-patung, dan berhala-berhala”. (
Fathul Majid, hlm: 117)
Kenyataan Di Zaman Ini
Barangsiapa mengamati keadaan orang-orang yang mengagungkan kubur
orang-orang yang dianggap sebagai wali di zaman ini, akan mendapati
berbagai bentuk kemusyrikan pada mereka, dengan ringkas sebagai berikut,
- Anggapan mereka bahwa wali di kuburnya memiliki tindakan/kekuasaan
di alam ini. Seperti: memberi manfaat, menimpakan musibah, menyembuhkan
penyakit, melapangkan kesusahan, memenuhi permintaan dan hajat, dan
semacamnya yang termasuk syirik rububiyah.
- Perbuatan memohon pertolongan, kesembuhan, perlindungan, keberkahan,
menyembelih binatang untuknya, berthowaf (mengelilinginya), berhaji
(ziarah) kepanya, dan semacamnya yang termasuk syirik uluhiyah.
- Anggapan bahwa wali di kuburnya sebagai An-Nafi Adh-Dhoor (Yang mendatangkan manfaat dan Yang menolak musibah), Al-Wahhab (Yang Maha memberi), Ar-Rozzaq (Yang memberi rizqi), dan semacamnya yang termasuk syirik asma’ was sifat. (Diringkas secara bebas dari “Kuburan Agung”, hlm: 42-43, karya Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi, penerbit: Darul Haq, Jakarta)
Orang-orang yang mengagungkan kubur itu melewati beberapa jenjang
sampai mereka menyembahnya. Jenjang-jenjang itu antara lain sebagai
berikut:
Taqdis (mengkultuskan) orang yang di kubur; Menjadikan
penghuni kubur sebagai wasilah (perantara) kepada Alloh; Meyakini
keberkahan kubur; Istighotsah dan memohon hajat; Menjadikan kubur
sebagai berhala (tuhan yang disembah); Dan menjadikan kubur sebagai
tempat yang diziarahi. (Diringkas dari “
Kuburan Agung”, hlm: 35-37)
Di sini kami nukilkan sebagian kenyataan pada umat ini yang
menunjukkan jauhnya sebagian orang yang mengaku beragama Islam dari
ajaran Islam.
- Di Ma’an, Yordania, ada kuburan khusus yang dianggap menyembuhkan penyakit wanita!
- Di Thontho, Mesir, ada kuburan khusus yang dianggap menyembuhkan kemandulan, penyakit anak-anak, dan rematik!
- Pada waktu negeri Syam diserbu bangsa Tartar, para penyembah kubur keluar meminta tolong kepada kuburan!
- Ketika pasukan Rusia menyerbu kota Bukhoro, manusia berhamburan
beristighotsah (meminta dihilangkan musibah) kepada kuburan Syah
Naqsaband!
- Di Fayyum, Mesir, para penyembah kubur mengklaim bahwa yang
meneylamatkan kota dari kehancuran selama perang dunia kedua adalah wali
Ar-Rubi, berkat pertolongannya arah bom dipindahkan ke laut Yusuf!
(Diringkas dari “Kuburan Agung”, hlm: 32-33)
- Di Pulau Jawa khususnya, banyak orang yang meminta berkah ke kuburan para wali songo!
Selain itu, masih banyak di berbagai tempat orang-orang mengagungkan
kubur-kubur secara berlebihan, dan mengangkat kubur-kubur itu sebagai
sekutu-sekutu bagi Allah. Maha Suci Allah dari kemusyrikan mereka.
Semoga Allah memberikan bimbinganNya kita dan kaum muslimin menuju apa
yang Dia cintai dan ridhoi.
Aamiin.
—
Penulis:
Ustadz Muslim Atsari
Artikel
Muslim.Or.Id